Kebijakan moneter tidak selalu direspon dengan baik oleh suku bunga perbankan, khususnya suku bunga kredit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang struktur pembentukan suku bunga bank (dari sisi dana dan kredit). Dalam kondisi seperti ini, peran suku bunga dapat menjadi alternatif lain dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Tingkat keseimbangan suku bunga ditentukan oleh kesesuaian antara penawaran dan permintaan di pasar sekuritas pada saat yang bersamaan. Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga riil (tingkat bunga nominal dikurangi tingkat inflasi) ditentukan oleh interaksi antara ketersediaan tabungan untuk dipinjamkan (penawaran dana) dan permintaan dana. Kurva permintaan kredit memiliki kemiringan negatif yang berarti semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar jumlah kredit yang diminta.
Sedangkan pada saat suku bunga berada pada r2, terjadi kelebihan pasokan deposito sebesar P1P0. Selisih antara suku bunga deposito (r1) dan suku bunga pinjaman (r2) disebut juga dengan margin suku bunga.
Gambaran Umum Responden
Hasil survei terhadap bank sampel menunjukkan bahwa terjadi penurunan mobilisasi dana pada deposito, tabungan, dan deposito pada saat krisis, dan kembali meningkat pada masa pemulihan. Sementara untuk kondisi masa pemulihan, seluruh responden pusat menyatakan kewenangan penetapan suku bunga produk pembiayaan sepenuhnya berada pada tim independen. Kondisi perekonomian nasional yang relatif lebih tenang pada masa pemulihan juga mempengaruhi frekuensi penentuan suku bunga responden.
Selain itu, terdapat 1 responden (5,00%) dari kelompok bank VUM yang memiliki model situasional dalam penentuan suku bunga. Kemudian, sejak krisis hingga masa pemulihan, pola siklus penetapan suku bunga responden daerah berubah menjadi lebih pendek setiap minggunya. Mayoritas responden pusat—73,68% sebelum krisis, 71,43% saat krisis, dan 80,95% pada masa pemulihan—menyatakan bahwa penetapan suku bunga pinjaman hanya dapat dilakukan oleh tim independen.
Namun sebagian besar responden daerah menyatakan bahwa kewenangan penetapan suku bunga kredit berada di tangan tim independen saja, yang jumlahnya sebesar 57,14% pada periode sebelum krisis, 50,00% pada periode krisis, dan 61,54% pada periode krisis. masa pemulihan. Pola siklus penentuan suku bunga responden daerah serupa di setiap daerah pengamatan.
Perilaku Responden dalam Pembentukan Suku Bunga
Sebagian besar responden kunci hanya melihat tolok ukur tertentu dalam metode penentuan suku bunga deposito pada periode sebelum krisis (Grafik 4.8). Pola metode penetapan suku bunga simpanan responden kunci pada masa krisis relatif sama dengan pola pada masa sebelum krisis. Metode penentuan suku bunga deposito bagi responden daerah Grafik 4.10 Metode penentuan suku bunga deposito bagi responden pusat.
Dalam menentukan suku bunga simpanan, responden pusat selalu memantau perkembangan persaingan suku bunga simpanan perbankan. Besaran perubahan suku bunga deposito sentral yang direspon responden terhadap perubahan suku bunga para pemimpin pasar juga cukup berbeda.
Respon Suku Bunga Perbankan terhadap Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Penjaminan
Di sisi lain, kelompok bank follower juga memiliki korelasi yang tinggi terhadap suku bunga SBI. Sedangkan korelasi antara suku bunga penghimpunan dana kelompok pemimpin pasar di luar negeri dengan suku bunga SBI memiliki nilai yang lebih rendah. Jika dibandingkan maka terlihat korelasi yang terjadi antar kelompok perbankan dengan korelasi suku bunga SBI.
Sedangkan untuk suku bunga penjaminan, pergerakan suku bunga dana (suku bunga simpanan) menunjukkan korelasi yang kuat. Faktor-faktor tersebut kemungkinan besar akan menurunkan nilai korelasi suku bunga kredit dengan suku bunga SBI. Suku bunga SBI dapat mempengaruhi suku bunga pendanaan lebih dari 75% kelompok perbankan VUB dan VUM.
Tren umum suku bunga penjaminan mempengaruhi bank dalam menentukan suku bunga simpanan. Bagi kelompok perbankan asing, suku bunga penjaminan deposito 1 bulan tidak mempunyai hubungan sebab akibat yang kuat. Sedangkan elastisitas suku bunga tabungan dengan suku bunga SBI berada di bawah 0,6 untuk seluruh kelompok perbankan.
Elastisitas suku bunga deposito terhadap suku bunga SBI cukup tinggi dibandingkan suku bunga lainnya. Akibatnya, jika suku bunga SBI selalu naik, maka spread antar suku bunga deposito semakin lebar. Secara umum nilai elastisitas bunga deposito terhadap bunga penjaminan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga SBI.
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Respon yang lebih kecil memperkuat dugaan bahwa ada faktor lain yang menyebabkan selisih antara suku bunga aset dan suku bunga pinjaman menjadi besar sehingga menghambat transmisi rasio antara suku bunga penjaminan dan suku bunga pinjaman. Selain tercermin dari semakin melebarnya spread antara suku bunga deposito satu bulan dengan suku bunga SBI, hal ini juga tercermin dari perbedaan tingkat elastisitas yang cukup besar, yaitu dari 0,9 pada saat suku bunga SBI turun menjadi 0,3 pada saat suku bunga SBI turun. ke atas. Selain karena kondisi perbankan yang likuid yang tercermin dari kelebihan cadangan bank yang cukup besar, hal ini juga disebabkan oleh fungsi intermediasi perbankan yang belum pulih sepenuhnya.
Hal ini tercermin dari selisih positif suku bunga simpanan dan pinjaman pada kelompok bank ini, sedangkan kelompok bank lainnya mempunyai selisih negatif yang cukup tinggi. Dalam kondisi suku bunga turun, suku bunga pinjaman relatif lebih ketat dibandingkan suku bunga deposito. Selain karena secara teori bank akan berperilaku memaksimalkan keuntungan, hal ini juga disebabkan oleh struktur oligopolistik industri perbankan Indonesia.
Suku bunga SBI efektif mempengaruhi suku bunga simpanan ketika menurun, sebaliknya kurang efektif ketika meningkat. Perbedaan suku bunga investasi dan penyaluran dana saat ini masih lebih besar dibandingkan sebelum krisis akibat masih tingginya risiko kredit yang mengakibatkan terganggunya fungsi intermediasi perbankan. Dalam kondisi suku bunga kredit perbankan yang tetap, dukungan moral sangat diperlukan untuk mendorong perbankan menyikapi kebijakan yang dilakukan otoritas moneter.
DAFTAR PUSTAKA