• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PEMENUHAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of PEMENUHAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK KOTA SURAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1422

PEMENUHAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK KOTA SURAKARTA

Nela Khamrous Salwa, Rahayu Subekti, Rosita Candra Kirana Universitas Sebelas Maret Surakarta

E-mail : nelachamrous@gmail.com, rahayusubekti0211@staff.uns.ac.id, rositacandrakirana@staff.uns.ac.id

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Public Green Open Space, Constraints, Efforts

This research was conducted to answer the problems that occur in fulfilling the needs of public green open space in Surakarta City, especially in responding to obstacles and finding appropriate efforts to deal with these obstacles.

This research method is empirical and the approach used is qualitative. From this research it can be seen that there are still many obstacles in fulfilling Surakarta City's public green open space, one of the biggest obstacles is the lack of land due to the narrow area of Surakarta City. To deal with these obstacles, the government is making efforts to invite the cooperation of private or private parties who have vacant land to buy or rent in accordance with the agreement.

Abstrak Kata kunci:

Ruang Terbuka Hijau Publik, Kendala, Upaya

Corresponding Author :

Nela Khamrous Salwa, e-mail : nelachamrous@gmail.com

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau publik Kota Surakarta khususnya dalam menanggapi kendala dan menemukan upaya yang sesuai untuk menghadapi kendala tersebut. Metode penelitian ini adalah empiris dan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa masih terdapat banyak kendala dalam pemenuhan ruang terbuka hijau publik Kota Surakarta.

Salah satu yang menjadi kendala terbesar yaitu kurangnya lahan dikarenakan luasnya Kota Surakarta yang sempit. Untuk menghadapi kendala tersebut pemerintah melakukan upaya dengan mengajak kerjasama pihak privat atau swasta yang memiliki lahan kosong untuk di beli maupun di sewa sesuai dengan kesepakatan perjanjian.

@Copyright 2023.

(2)

1423 PENDAHULUAN

Dampak kemajuan dan tuntutan kehidupan manusia yang dinamis menimbulkan terjadinya persaingan. Laju pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang disebabkan oleh negara berkembang akibat dari pengaruh struktur sosial masyarakat. Agar terwujudnya impian masyarakat untuk merasakahan kebahagiaan secara lahir dan batin, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab negara sebagai pelindung dan supaya dapat memfasilitasi segala yang dibutuhkan setiap warga negaranya.

Indonesia yang dulunya merupakan negara agraris dan masyarakatnya yang hanya bergantung pada hasil pertanian kini terpaksa memasuki struktur yang berbeda pada tingkatan baik ekonomi, sosial hingga budaya. Pertumbuhan ekonomi di kota dan pedesaan yang sangat berbeda, menjadikan kota sebagai daya tarik bagi masyrakat pedesaan yang mengakibatkan terjadilanya pertumbuhan penduduk sangat pesat. Akibat pesatnya perkembangan wilayah perkotaan dan pertumbuhan penduduk tidak hanya mempengaruhi besarnya pemunuhan kebutuhan terhadap lingkungan yang sehat dan bersih, tetapi juga mempengaruhi kebutuhan akan ruang kota, akibatnya sering terjadi pengalihan fungsi lahan yang digunakan untuk pemukiman dan kegiatan komersial.

Sebenarnya masing-masing kota memiliki luasan lahan yang terbatas. Proses perkembangan pembangunan yang terjadi di perkotaan tidak hanya berdampak positif bagi terjaminnya kesejahteraan penduduk di kota melainkan juga memiliki dampak negatif karena meningginya peningkatan aktivitas yang menyebabkan penurunan kualitas dan mutu pada ruang kota secara berkala dan minimalnya harapan untuk menjadi kota yang layak huni. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya penataan dan pemeliharaan tempat pejalan kaki atau pedestarian, perubahan pengoperasian taman hijau dan banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang sedikit mengganggu kebersihan, kenyamanan, keindahan fasilitas kota.

Awalnya ruang terbuka hijau (RTH) menjadi bagian terbesar pada setiap kota.

Karena meningkatnya aktifitas masyarakat sehingga mempengaruhi peningkatan kebutuhan ruang, saat ini RTH cenderung mengalami transformasi lahan menjadi ruang terbangun. Padahal dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, diperlukan perhatian akan daya dukung lingkungan terhadap pelaksanaan pembangunan, Hal tersebut telah dijelaskan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa “untuk mencapai tujuan pembangunan diperlukan perhatian akan daya dukung lingkungan terhadap pelaksanaan pembangunan”.

Konsep dasar penyelenggaraan RTH telah diatur dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Undang – undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Dalam Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjelaskan pengertian lingkungan hidup yaitu sebagai satu kesatuan antara ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang berpengaruh pada kehidupan dan tingkat kesejahteraan makhluk hidup termasuk manusia serta keberlangsungan alam itu sendiri.

(3)

1424 Melihat memburuknya kualitas lingkungan pada setiap harinya dapat mengancam kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Seperti halnya permasalahan semakin berkurangnya ketersediaan RTH di Perkotaan yang beralih fungsi menjadi ruang terbangun.

Salah satu kota yang mengalami permasalahan tersebut adalah Kota Surakarta yang terletak dibagian selatan Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan dari data yang dimutakhirkan dan kajian teknis penghitungan wilayah menunjukkan bahwa angka kepadatan penduduk Kota Surakarta cukup tinggi yaitu mencapai 12.391 jiwa/

km².1 Angka kepadatan penduduk yang cukup tinggi inilah yang membuat banyaknya pengalih fungsian lahan dari RTH berubah menjadi ruang terbangun.

Dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan terkait besaran proporsi RTH pada setiap kota yaitu;

a. Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

b. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

c. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

Pasal 22 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang juga menjelaskan terkait besaran proporsi RTH pada setiap kota yaitu:

“Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) huruf c diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau publik dalam rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota;

b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau privat dalam rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas wilayah kota; dan

c. apabila luas ruang terbuka hijau, sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b memiliki total luas lebih besar dari 30% (tiga puluh persen), proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.”

Sebagai bentuk pelaksanaan dari Pasal 29 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 22 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang maka kota Surakarta membuat peraturan daerah Kota Surakarta No. 4 Tahun 2021 tentang rencana tata ruang wilayah kota surakarta tahun 2021 – 2041 pengganti dari Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2031.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surakarta, luas RTH privat saat ini sudah mencukupi yakni 10,02%. Namun untuk RTH publik masih kurang karena baru di angka 581,76 hektare atau 12,45%. Berarti

1 Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Profil Perkembangan Kependudukan Kota Surakarta Tahun 2017. Surakarta. Dispendukcapil Surakarta. 2018. Hal: 8.

(4)

1425 luas ruang terbuka hijau tersebut masih membutuhkan 352 hektare atau 7,55%.2 Sebagai upaya ntuk melakukan pemenuhan terhadap kekurangan RTH publik yang belum mencapai 20%. Kekurangan tersebut yang menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti terkait kendala apa yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan RTH publik dan untuk mengetahui upaya apa yang telah disiapkan agar kendala tersebut dapat teratasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dalam penelitian ini biasa dikenal sebagai non-doctrinal research atau empiris. Pada penelitian empiris atau sosiologis, data sekunder merupakan data yang awalnya diteliti, setelah itu penelitian dilanjutkan terhadap masyarakat sehingga menggunakan data yang sebenarnya terjadi di lingkungan atau biasa disebut data primer.3 Penelitian ini bersifat deskriptif yang biasa digunakan untuk menyelidiki suatu kondisi ataupun keadaan lain yang yang nantinya hasil dari penyelidikan tersebut dipaparkan menjadi laporan penelitian.4 Adapun pendekatan penelitian ini menggunakan pendekataan kualitatif dengan hasil data yang disebut data deskriptif yang nantinya oleh responden akan dinyatakan baik secara lisan maupun tertulis dengan perilaku yang nyata.5 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara yang mana penulis mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari berbagai buku, peraturan-peraturan, undang-undang, dokumen yang bersifat resmi, penelitian terdahulu, jurnal ilmiah serta bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian serta turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer.6 Sehubungan dengan analisi data yaitu menggunakan teknik analisis bahan hukum kualitatif. Bahan hukum yang telah diperoleh, kemudian disusun, caranya yaitu dikelompokkan dan diseleksi data dari hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, baru setelah itu diambil kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kendala dalam pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) publik Kota Surakarta

Perencanaan RTH adalah sutau upya untuk menjaga kesinambungan antar generasi sehingga arah, bentuk, fungsi dan peran ruang hijau dapat dilestarikan di setiap daerah secara keseluruhan, baik dalam posisi RTH alami maupun tidak alami sebagai hasil perencanaan wilayah ruang untuk mendistribusikan RTH yang tidak alami. Pada dasarnya perencanaan ruang terbuka hijau disusun dengan pandangan jauh ke depan untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan pembangunan perkotaan yang seimbang, serasi dan selaras antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau. Upaya ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002

2 Solopos.com, ‘Ruang Terbuka Hijau Baru 12,45% Luas Wilayah, Solo Masih Butuh Banyak Taman’, Https://Www.Solopos.Com/Ruang-Terbuka-Hijau-Baru-1245-Luas-Wilayah-Solo-Masih-Butuh-Banyak-Taman- 1439688 , (19 Maret 2023)

3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Jakarta, UI-Perss, 2014

4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013

5Soerjono Soekanto, op.cit.

6 Soerjono Soekanto, op.cit.

(5)

1426 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Bangunan Gedung, khususnya Pasal 25, Ayat (1), dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Dalam perencanaan tata ruang, kedudukan RTH merupakan suatu kawasan yang direncanakan menjadi ruang terbuka publik, yang didalamnya berupa gabungan antara RTH dan Non RTH. Fungsi dari RTH sendiri memiliki peranan tersendiri pada setiap kawasan yang sudah ada dalam perencanaan tata ruang kabupaten/kota. Bentuk dari perencanaan itu berupa penataan beberapa tumbuhan dan tanaman serta vegetasi. Hal itu dimaksudkan agar RTH dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat mendatangkan kebermanfaatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat secara optimal.7 Faktor ekologi administrasi negara yang melatarbelakangi pembentukan kebijakan oleh pemerintah pada sektor pengelolaan lingkungan, khususnya pertumbuhan kepadatan pada penduduk yang tidak sepenuhnya merata dan fakta jika jumlah angkanya akan lebih meningkat setiap tahun, antara lain permasalahan aspek struktur sosial, perubahan dinamika semua masyarakat, dan Perubahan dari nilai-nilai agraris ke industri mencakup pada transformasi ideologis Sementara itu, perkembangan lingkungan industri dan kemajuan lingkup teknologi termasuk dalam pondasi ekonomi, kemajuan informasi yang pesat dan mencakup dalam masalah jaringan komunikasi dan masalah kesehatan serta pencemaran dan kerusakan lingkungan termasuk dalam bencana.8

Dalam latar belakang diatas telah dijelaskan bahwa masing-masing kota mempunyai RTH minimal 30% berupa RTH Publik 20% dan RTH Publik Privat 10%.

Akan tetapi di Kota Surakarta baru RTH Privat yang terpenuhi sedangkan RTH Publik masih diangka 12,45% dari luas wilayah Kota Surakarta. Itu artinya masih ada kewajiban pemenuhan RTH publik oleh Pemerintah Kota Surakarta sebesar 7,55%.

Menurut Bapak Budiyono Kepala Bidang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam hasil wawancara yang dilakukan pada Selasa, 04 April 2023 menyatakan bahwa “keterbatasan lahan merupakan kendala utama yang menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Surakarta, mengingat luas Kota Surakarta yang kecil. Hal ini sudah menjadi masalah utama sejak munculnya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang”.9 Berdasarkan data Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta menunjukkan bahwa pada tahun 2021 Kota Surakarta memiliki luas wilayah 46,73 km² dengan 578.906 jiwa jumlah penduduknya, yang terdiri dari laki- laki 285.756 jiwa dan perempuan 293.150 jiwa. Berikut sajian tabel luasan wilayah Kota Surakarta beserta besaran RTH.10

7 Widi Suroto, Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota (Kasus Kota Surakarta), Vol 1, Rural and Development (Jurnal R&D), 2010,

8 Rahayu Subekti dan Shinta Dwi Destiana, Perspektif Hukum Administrasi Negaradalam Penataan Lingkungan Kabupaten Purbalingga, Vol 10, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha,2022

9 Wawancara dengan Bapak Budiyono, 04 April 2023, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta.

10 Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Op. cit.

(6)

1427 Sumber: Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta

Sumber: Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.

Menurut Bapak Yuki Riswandha Penata Ruang Ahli Pertama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Surakarta dalam hasil wawancara pada 22 Februari 2023 menambahkan bahwa “selain kendala utamanya yaitu keterbatasan lahan, ada beberapa kendala lain dalam pemenuhan kebutuhan RTH publik di Kota Surakarta yaitu “pertama, lemahnya pengawasan. Maksutnya lemahnya pengawasan terhadap perizinan yang telah di terbitkan, baik perizinan terkait persetujuan bangunan gedung (PBG) maupun perizinan terkait kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR). Kedua, keterbatasan anggaran. Karena kurangnya lahan yang menjadi kendala utama dalam pemenuhan kebutuhan RTH di Kota Surakarta, maka dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk membeli maupun menyewa lahan milik privat untuk memenuhi kebutuhan RTH Publik sebesar 20% sebagai bentuk implementasi pelaksanaan dari peraturan peraturan terkait penyelenggaraan penataan ruang. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat. Maksut dari kurangnya kesadaran masyarakat disini adalah si pemohon atau masyarakat yang terlalu beranggapan bahwa berhak atas apapun terhadap lahan miliknya, padahal setelah perizinan terkait PBG ataupun KKPR itu terbit terdapat ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi oleh si pemohon tersebut. sehingga masyarakat lebih memilih lahan mereka dibangun melebihi daripada apa yang telah di tentukan dalam perizinan daripada digunakan menjadi RTH privat”.11 Dengan ruang terbuka hijau dalam kota hijau yang sehat dapat mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait

11 Wawancara dengan Bapak Yuki Riswandha, 22 Februari 2023, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Surakarta

(7)

1428 (stakeholders) baik itu Pemerintah Pusat dan Daerah, pelaku ekonomi atau developer, serta masyarakat.12

Kaitannya dengan kendala RTH yang telah dijelaskan oleh Bapak Yuki Riswandha terkait lemahnya pengawasan, dalam ayat 17 pasal 1 Perda Kota Surakarta No.4 tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2021-2041 dijelaskan bahwa “Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Maka dari itu apabila pengawasan terhadap RTH ini masih lemah, tentu saja harapan akan pemenuhan RTH publik di Kota Surakarta masih sulit untuk diwujudkan.

Adapun keterbatasan anggaran, dalam masterplan RTH Kota Surakarta dijelaskan bahwa, perolehan anggaran dan pendanaan yang digunakan dalam pemanfaatan dan penyediaan RTH Kota Surakarta berasal dari berbagai sumber yang sah yang telah disesuaiakan dengan perundang-undangan yang berlaku yaitu:

1. APBN atau APBD;

2. Masyarakat berupa hibah dan CSR; dan/atau:

3. Sumber lain terdiri dari pinjaman dan hibah.

4. APBN, meliputi:

a. Pembiayaan pengadaan lahan dan RTH publik; dan/atau

b. Pembiayaan pembangunan dan atau pemeliharaan RTH bangunan.

5. BUMN, terdiri dari pengadaan lahan dan ruang terbuka hijau publik pada lahan privat.

6. Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), meliputi: kerjasama antara pemerintah dengan pihak pengembang (Developer) dalam pembangunan serta pengelolaan atau pemeliharaan RTH berupa Insentif berdasarkan kualitas dan kuantitas RTH.

7. Swasta, meliputi:

a. Pembiayaan berupa hibah atau tanggung jawab sosial/Corporate Social Responsibility (CSR), wakaf hijau dalam perencanaan, perancangan, pembangunan dan/atau pemeliharaan RTH; dan/atau

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH pada kaveling

Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa anggaran atau pendaan tersebut masih belum dapat mencukupi dalam memenuhi besaran kekuranag RTH Publik di Kota Surakarta.

Terakhir kaitannya dengan kurangnya partisipasi dalam masyarakat telah di singgung dalam penjelasan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 4 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2021-2041 bahwa

“Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta adalah merupakan wadah mengkoordinasikan segala kegiatan pembangunan, oleh sebab itu bilamana sudah ditetapkan secara hukum harus dan wajib ditaati oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat”.

Upaya dalam pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) publik Kota Surakarta

12 Clara Wahyu Puspitasari, Waluyo, Rosita Candra Kirana, Ruang Terbuka Hijau (Rth) Dalam Keseimbangan Pembangunan Perkotaan Kabupaten Sragen, vol 2, journal of comprehensive science, 2023

(8)

1429 Penyusunan rencana tidak selalu dapat berjalan mulus sebagaimana yang telah di rencanakan sebelumnya, ada saja kendala yang terjadi saat pelaksanaannya.

Agar kendala yang dihadapi dapat terselesaikan, maka dibutuhkan suatu upaya dalam menjalankan perencanaan yang telah ditetapkan. Sebelum mencari upaya apa yang tepat untuk dilakukan, sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu akar permasalahan dari kendala kendala yang terjadi, hal ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan kegagalan dalam perencanaan yang telah dibuat.

Sebagaiama dalam menghapai kendala yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan RTH Publik Kota Surakarta, dibutuhkan suatu upaya demi terpenuhinya kebutuhan RTH Publik tersebut. maka dari itu Pemerintah Kota Surakarta telah menetepkan upaya sebagai solusi dari setiap kendala yang ada.

Sudah tidak heran lagi apabila kendala utama dalam pemenuhan RTH publik Kota Surakarta adalah kekurungan lahan, mengingat luas Kota Surakarta yang sempit. Maka dari itu, untuk menangani kendala tersebut Pemerintah Kota Surakarta telah menyiapkan beberapa upaya. Menurut Bapak Budiyono menyatakan bahwa untuk menangani permasalahan terkait kekurungan lahan untuk mencukupi RTH publik maka pemerintah Kota Surakarta melakukan upaya dengan berbagai cara seperti mengajak kerjasama pihak privat, melakukan penataan pemukiman, dan mengalihfungsikan beberapa fasilitas pemerintahan menjadi RTH.13

Upaya mengajak kerjasama pihak privat untuk memenuhi kebutuhan RTH publik berupa kerjasama dengan masyarakat atau pihak swasta. Dalam hal ini pemerintah membutuhkan pihak pihak tersebut sebagai pemilik lahan kosong yang kemudian diajukan kerjasama dalam bentuk sewa lahan untuk digunakan sebagai kawasan RTH publik atau biasa disebut dengan Collaborative Governance, yang memiliki arti sebagai penataan pemerintahan sebagai badan publik yang secara langsung melibatkan siapa saja yang memangku kepentingan (diluar pemerintahan terlait) dalam suatu proses mengambil keputusan yang kolektif yang bersifat formal, yang memiliki orientasi pada konsensus dan musyawarah, tujuannya menciptakan suatu kebijakan pada program publik.14

Penataan pemukiman dengan tujuan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan RTH publik Kota Surakarta dilakukan dengan cara melakukan penataan kembali terhadap pemukiman pemukian liar dalam artian pemukiman tanpa izin yang selama ini menetap di bantaran sungai yang kemudian di relokasi dan naturalisasi untung menghitung besaran sempadan sungai untuk mengembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka, hal itu disampaikan oleh Bapak Budiyono dalam wawancara.15 Penataan pemukiman ini sangat penting untuk dilakukan karena sempadan sungai merupakan bagian dari RTH yang memiliki fungsi ekologis.

Meningkatnya kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, meminimalisir polusi udara, dan mengurangi temperatur kota merupakan fungsi ekologis RTH.16

13 Budiyono. Op.cit.

14 Ansell, Gash, Collaborative Governance in Theory and Practice, Vol 543 571, Journal of Public Administration Research and Theory. 2007

15 Budiyono. Op.cit.

16 Pemerintah Kota Medan Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, ‘Ruang Terbuka Hijau Dalam Perencanaan Kota’, https://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-919-ruang-terbuka-hijau-dalam-perencanaan-kota.html, (02 Mei 2023)

(9)

1430 Pengalihfungsian beberapa fasilitas pemerintahan menjadi RTH dirasa cukup efektif, misalnya seperti penggabungan dua sekolah menjadi satu atau yang biasa disebut marger. Merger merupakan suatu gabungan dari dua badan usaha, dimana badan usaha yang satu menetap dan yang satunya harus dihapus secara hukum yang nantinya badan usaha tersebut menggunakan nama badan usaha yang ada atau tidak dihapuskan. Sedangkan marger yang ditetapkan dalam dunia pendidikan berkaitan dengan perampingan jumlah sekolah.17 Penggabungan sekolah merupakan proses penyatuan antara dua ataupun lebih sekolahan agar tercapainya pengelolaan yang bersifat efektif dan efisien agar dapat meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan.18 Merger dirasa cukup efektif karena terbatasnya lahan yang tersisa sehingga dapat menghambat perkembangan sekolahan itu sendiri, sehingga keberanian pemerintah dalam mengambil kebijakan sangat diharpakan. Maka dari itu Bapak Budiyono dalam hasil wawancara menyatakan bahwa bangunan- bangunan sekolah yang marger kemudian dilakukan pendekatan terkait pengalihfungsian menjadi RTH sehingga dapat menambah fungsi ekologis RTH dan sedikit menutup kekurangan luasan RTH publik di Kota Surakarta.

PENUTUP Kesimpulan

Belum terpenuhinya RTH publik di Kota Surakarta disebabkan karena masih terdapat berbagai kendala, baik itu disebabkan oleh faktor geografis luas wilayah Kota Surakarta yang sangat kecil sebagai kendala utamaya, maupun faktor faktor lain yang disebabkan oleh baik dari sistem pemerintahan itu sendiri maupun oleh masyarakatnya seperti kepadatan penduduk yang mengakibatkan alih fungsi lahan dari RTH menjadi ruang terbangu serta masih lemahnya pengawasan dari pemerintah.

Adanya berbagai kendala tersebut kemudian menjadi tugas bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk menemukan upaya sebagai solusinya. Upaya tersebut di lakukan agar kebutuhan RTH Kota Surakarta khusunya RTH publik dapat terpenuhi.

Tentunya upaya yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kota Surakarta sagat membutuhkan dukungan penuh oleh masyarakat karena upaya upaya tersebut akan melibatkan dan berhubungan langsung dengan masyarakat seperti upaya kerjasama dengan pihak privat, penataan pemukiman dan pengalihfungsian beberapa fasilitas pemerintahan.

Saran

Mengingat partisipasi masyrakat sangat berperan penting dalam upaya upaya yang akan dilakukan, maka penulis ingin memberi saran agar pemerintah sebelum menjalankan upaya yang telah direncanakan tersebut terlebih dahulu melakukan diskusi bersama masyarakat setempat yang berhubungan langsung dengan hal tersebut. hal ini bertujuan agar masyarakat dapat teredukasi mengenai pentingnya RTH, sehingga akan muncul kesadaran masyarakat untuk membantu pemerintah

17 Adrian Sutedi, Hukum perbankan: suatu tinjauan pencucian uang, merger, likuidasi, dan kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, 2007.

18 Wahdan Najib Habiby, dkk, Dinamika Merger Sekolah: Antara Pengembangan Dan Problem Sekolah, Vol 5, JPPD.

2018, Hal 177-184

(10)

1431 dalam mensukseskan upaya yang akan dilakukan sebagai solusi dari kendala belum terpenuhinya RTH publik Kota Surakarta.

DAFTAR RUJUKAN

Peraturan Undang-Undang

Per.aturan Daerah Kota Surakarta No. 4 Tahun 2021 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2021 – 2041.

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Buku

Adrian Sutedi,2007, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailatan, Sinar Grafika, Jakarta.

Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 2018. Profil Perkembangan Kependudukan Kota Surakarta Tahun 2017. Surakarta:

Dispendukcapil Surakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Soekanto, Soerjono. 2014. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Perss

Jurnal

Ansell dan Gash. 2007. Collaborative Governance in Theory and Practice, Journal of Public Administration Research and Theory. Volume; 543 571.

Puspitasari, Clara, Wahyu. Waluyo dan Rosita Candra Kirana. Ruang Terbuka Hijau (Rth) Dalam Keseimbangan Pembangunan Perkotaan Kabupaten Sragen.

journal of comprehensive science. Vol 2 (2). 2023. Hal 560-568

Subekti, Rahayu. dan Shinta Dwi Destiana. Perspektif Hukum Administrasi Negara Dalam Penataan Lingkungan Kabupaten Purbalingga. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol (10) 2. Hal 451-460

Suranto, Widi. 2010. Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota (Kasus Kota Surakarta). Rural and Development (Jurnal R&D). Vol 1 (1)

Wahdan Najib Habiby, dkk. 2018. Dinamika Merger Sekolah: Antara Pengembangan Dan Problem Sekolah. JPPD. Vol 5 (2). Hal 177-184

Artikel Internet

Pratama, Gigih, Windar. 2022. Ruang Terbuka Hijau Baru 12,45% Luas Wilayah, Solo Masih Butuh Banyak Taman. Solopos.com. https://www.solopos.com/Ruang- Terbuka-Hijau-Baru-1245-Luas-Wilayah-Solo-Masih-Butuh-Banyak-Taman- 1439688. Diakses pada 19 Maret 2023.

Pemerintah Kota Medan Dinas Tata Ruang Tata Bangunan. Ruang Terbuka Hijau Dalam Perencanaan Kota. https://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-919- ruang-terbuka-hijau-dalam-perencanaan-kota.html. Diakses pada 02 Mei 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Separation of Variables If we have a differential equation in the form: dy dx =fxgy where fx is a function of only x and gy is a function of only y, then we can use the method of