• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penanaman Jiwa Entrepreneuiship Melalui Pembelajaraan IPS Tingkat Dasar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Penanaman Jiwa Entrepreneuiship Melalui Pembelajaraan IPS Tingkat Dasar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: M. Irfan Mahmudi dan Badrus

Penanaman Jiwa Entrepreneuiship Melalui Pembelajaraan IPS Tingkat Dasar

Cultivating the Spirit of Entrepreneurship Through Learning Social Science at Elementary School

M. Irfan Mahmudi1 Badrus2

1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Nganjuk 2Institut Agama Islam Tribakti Kediri,

1irfanmahmudi8091@gmail.com; 2 badrus.kdr@gmail.com

Abstract

The development of subject-based learning strategies integrated with entrepreneurship has become a new awareness in basic Islamic education.

Children are not only required to be sensitive to business opportunities.

Interestingly, many basic Islamic educational institutions have tried to implement it, but have not attracted much interest from researchers. The reason, the phase or stages of child development, is not yet feasible to understand the spirit of entrepreneurship. In this context, this research uses qualitative methods to get a more comprehensive and in-depth picture of the application of learning to increase the entrepreneurial spirit in Islam as if it were the basis of Islam. The data generated are the results of interviews, periodic field observations and document studies in accordance with the research focus. During data mining, the researcher simultaneously analyzed and condensed the data to be presented in the research report. The results of this study indicate that, 1) the design of entrepreneurship learning for upper- class students at MI Al Karim Gondang uses a fairly complete step, namely: 1) setting learning objectives in words that are operational and easy to understand for students, 2) determining the form of practice, with details a) using concrete materials, in the school environment. b) using visual tools, pictures, real materials, c) using examples that have been understood by students. d) Presenting material in an organized manner, starting from understanding, examples, and increasing to more detailed (complicated) material, e) providing exercises with various methods. f) contextual assignment of tasks, g) determine the form of process and outcome evaluation.

The results of the second study (2) The implementation of entrepreneurship cultivation in Social Sciences (IPS) learning is carried out by a) introducing money, the function of money, saving and how to get it, b) conducting observations on local tofu and tempeh business products, the practice of planting flowers and fruit in madrasas and participate in organizing marked day.

.

Article doi: https://doi.org/10.33367/jiee.v4i2.2970

Submission: 2022-09-29 Review: 2022-09-30 Revision: 2022-09-30 Accepted: 2022-09-30

(2)

Keywords: Instilling Entrepreneurship Spirit, Social Studies Learning, Elementary School Level

Abstrak

Pengembangan strategi pembelajaran berbasis mata pelajaran terintegrasi dengan entrepreneurship menjadi kesadaran baru dalam pendidikan Islam dasar. Anak-anak tidak hanya dituntut untuk mempunyai keperkaan terhadap peluang bisnis. Menariknya, banyak lembaga pendidikan Islam dasar berusaha menerapkan, akan tetapi tidak banyak menarik minat peneliti. Alasannya, fase atau tahapan perkembangan anak, belum layak untuk memahami jiwa entrepreneurship. Dalam koteks ini, penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan gambaran lebih menyeluruh dan mendalam tentang penerapan pembelajaran meningkatkan jiwa entrepreneurship di seolah dasar Islam. Data-data yang dihasilkan merupakan hasil wawancara, observasi lapangan secara berkala dan studi dokumen sesuai dengan fokus penelitian. selama penggalian data, secara bersamaan peneliti melakukan analisis dan kondensasi data untuk disuguhkan dalam laporan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1) desain pembelajaran entrepreneurship pada peserta didik kelas atas MI Al Karim Gondang menggunakan langkah yang cukup lengkap yakni: 1) menetapkan tujuan pembelajaran dengan kata yang operasional dan mudah dimengerti peserta didik, 2) menetapkan bentuk praktiknya, dengan rincian a) menggunakan bahan- bahan yang konkret, di lingkungan sekolah. b) menggunakan alat visual, gambar, bahan nyata, c) menggunakan contoh yang sudah dimengerti peserta didik . d) Menyajikan materi dengan terorganisir, mulai dari pengertian, contoh, dan meningkat ke materi yang lebih detail (rumit), e) memberikan latihan dengan berbagai metode. f) pemberian tugas secara kontekstual, g) menetapkan bentuk evaluasi proses dan hasil. Hasil penelitian yang kedua (2) Implementasi penanaman entrepreneurship pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dilakukan dengan a) mengenalkan uang, fungsi uang, menabung dan cara mendapatkanya, b) mengadakan obsevasi ke produk usaha lokal tahu dan tempe, praktik penanaman bunga dan buah di madrasah dan ikut menyelenggarakan marked day.

Kata Kunci: Penanaman Jiwa Entrepreneurship, Pembelajaran IPS, Tingkat Sekolah Dasar

Pendahuluan

Pengembangan strategi pembe- lajaran untuk menciptakan kesadaran wirausaha harus terus digalakkan pada anak didik di semua jenjang Pendidikan.

Strategi itu bisa berupa pembelajaran

ilmu pengetahuan sosial dan bentuk jiwa entrepreneuship khususnya bidang ekonomi. Hal ini penting karena salasatu indicator kemajuan sebuah negara adalah tumbuhnya perekonomian di semua lapisan masyarakat. Dengan

(3)

tumbuhnya perekonomian akan mem- berikan dampak pada masyarakat untuk bergerak lebih cepat terhadap pem- bangunan di berbagai sektor. Tum- buhnya perekonomian suatu bang-sa ditandai oleh berkembangnya gaerah masyarakat untuk berwirausaha (entre- preneur). Karna itu semangat berwi- rausaha harus digalakkan sebagai kekuatan masyarakat untuk mewu- judkan perekonomian yang lebih kuat . Mewujudkan pelaku wirausaha (entrepreneur) di Indonesia cukup serius karena jumlah pelaku wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal yakni 2% dari jumlah penduduk Indonesia. Data terkini dari Putra menunjukkan bahwa Indonesia baru mempunyai sekitar 1,65% pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk 4.26 penduduk.1 Angka-angka ini menunjukkan bahwa usaha penyadaran berwirausaha masih mempunyai permasalahan. Lebih jauh, masyarakat akan bertanya bagaimana peran lembaga pendidikan melakukan penyadaran beriwausaha, tidak semata- mata hanya berfokus pada pengem- bangan pengetahuan.

Banyak para pembisnis dan pendamping usaha kecil berharap pada lembaga pendiidkan. Mereka ber- pendapat, bahwa penanaman bidang entrepreneur yang paling strategis adalah di mulai dari sektor pendidikan, baik dalam pendidikan formal, informal, maupun nonformal atau dengan kata lain,di usia sekolah. Sebab menanamkan watak interpreneur dimasa sekolah dimungkinkan akan dapat lebih ber- kembang dibanding dengan menanamkan di masa tua. Lebih jauh, peran pendidikan yang diharapkan

1 Bintang Paula Putra, “Peningkatkan Jumlah Wirausahawan Di Indonesia Melalui Kolaborasi Akademisi -Pelaku Usaha - Mahasiswa,” Economicus 12 (January 1, 2018),

tidak semata-mata pada fase atau tahapan sekolah tingkat atas, akan tetapi tingkat dasar. Karena, karakter juga mencakup didalamya adalah jiwa berwirausaha atau jiwa entrepreneur.

Dalam pembahasan ini, lembaga pendidikan Islam dasar menjadi menarik untuk diteliti jika melakukan penerapan pananaman jiwa entrepreneur. Karena, pendidikan anak- anak dipahami sebagai bentuk usaha untuk mengembangkan kemamapuan- kemampuan lain dalam kehidupan manusia. Dengan wirausaha seseorang akan menemukan metode baru untuk mengubah produk sehingga menjadi lebih menarik, menemukan pasar baru untuk memasarkan barangnya, mene- mukan sumbersumber baru untuk mengembangkan usahanya, mene- mukan produk bari yang unggul yang dapat diminati oleh konsumen.2

Dasar pemikiran di atas, men- jadikan penulis melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Al Karim Gondang.

Sasaran penelitian ini cukup strategis, karena MI ini berada di wilayah kecamatan yang mayoritas pendu- duknya petani, wilayah ini Sebagian besar tanah sawah dan daerah pedesaan. Jumlah desanya hanya 17 desa, kehidupan masyarakatnya petani.

Sekalipun demikian kondisi MI ini sangat dinamis. Artinya disana di terapkan pengembangan ekonomi di tingkat dasar, dengan istilah “mem- bangun entrepreneurship peserta didik“. Tentu program semacam ini hasil dari kreativitas gurugurunya.

Ada hal yang menarik, mengapa guru-guru MI Al Karim mengembangkan program “membangun entrepreneurship peserta didik”. Sementara keunggulan

https://doi.org/10.47860/

economicus.v12i1.147.

2 David H. Holt. Eterpreneurship—New venture Creation, Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi, 2004.h. 30

(4)

lokal daerah ini adalah pertanian.

Program ini menjadi alternatif strategis yang sangat di minati peserta didik. Di sisi lain, walaupun wilayah ini banyak pesawahan, namun di tengah-tengah kecamatan ada pasar induk kecamatan, bahkan tergolong pasar besar di wilayah kabupaten nganjuk. Kondisi inilah yang menjadi pertimbangan guru MI Al Karim Gondang mengembangkan strategi pembelajaran” membangun entrepre- neurship peserta didik”3.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti MI ini, dengan fokus penelitian, bagaimana desain pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam menanamkan jiwa entrepreneurship peserta didik kelas atas dan bagaimana implementasi pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam menanamkan jiwa entrepreneurship peserta didik kelas atas di MI.

Metode

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang input, proses dan output dalam makna implementasi pembelajaran ilmu sosial dalam mem- bentuk jiwa entrepreneuship.4. Sumber data dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (sekunder). Sumber data primer pada penelitian ini adalah guru-guru MI, peserta didik, sejumlah orang tua murid.

Sumber data sekunder berupa hasil karya yang dijual, dan data marketing yang telah di dokumentasikan. Pro- sedur pengumpulan data di lakukan secara langsung di lapangan dengan teknik pengumpulan data observasi (observation), wawancara (interview)

3 Wawancara dengan Kepala MI Al Karim Gondang

4 Salmaa, “Metode Penelitian Kualitatif:

Pengertian Menurut Ahli, Jenis-Jenis, dan

dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengimput data lapangan meliputi proses pembelajaran di kelas, proses praktik jual beli dalam market day, dan sejumlah kegiatan peserta didik dalam pengenalan wirausaha di lingkungan Gondang. Adapun teknik wawancara digunakan untuk menginput data, tujuan utama penanaman entrepreneurship, metode yang digunakan dalam pembelajaran, strategi penanaman kewirausahaan peserta didik kelas atas. Sementara doku- mentasi digunakan mengimput data berupa foto, desain pembentukan jiwa entrepreneurship, laporan penyeleng- garaan kegiatan, dan produk kegiatan peserta didik. Dalam analisis data, peneliti menggunakan model alur yang meliputi, reduksi data, diplai data, dan penarikan kesimpulan.

Temuan dan Pembahasan Penelitian Strategi pembelajaran merupa- kan kunci untuk mencapai tujuan pen- didikan itu sendiri. Perumusan strategi yang baik akan mempermudah untuk mencapai tujuan. Sehingga, strategi selalu diorientasikan untuk membangun penerawangan yang terukur untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Strategi pula sangat berdekatan dengan konsep penenaman nilai-nilai dalam pemebelajaran, termasuk di dalamnya, penenaman nilai-nilai yang membangun jiwa entrepreneurship.

Berdasarkan fokus penelitian ini, temuan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran IPS berbasis Penanaman Entrepre- neurship

Sebagaimana data yang di dapat peneliti bahwa desain pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam

Karakteristiknya,” Penerbit Deepublish (blog),

July 1, 2021,

https://penerbitdeepublish.com/metode- penelitian-kualitatif/.

(5)

menanamkan jiwa entrepreneurship peserta didik kelas atas di MI mengunakan Langkah yang cukup leng- kap yakni: menetapkan tujuan pem- belajaran, menetapkan bentuk prak- tiknya, dengan rincian, mengguna-kan bahan-bahan yang kontrit,seperti benda nyata, menggunakan alat visual, gambar, bahan kontrit,menggunakan contoh yang sudah di mengerti peserta didik, menyajikan materi dengan terorganisir dengan baik, memberikan Latihan yang nyata untuk menganalisis masalah kejadian dengan berbagai metode, pemberian tugas secara kontekstual, sudah menggunakan evaluasi. Makin lengkap desain pembelajaran yang di siapkan akan berpengaruh pada ke- lancaran pembelajaran. Khalil dan Elhider menyimpulkan bahwa, teori Pendidikan menginformasikan desain intruksi dan model desain instruksional memberikan kerangka panduan untuk pengembangan instruksi yang efektif, menarik, konsisten, dan handal.

Efektivitas pendekatan sistematuis da- lam merancang instruksi mem-berikan proses empiris meningkatkan penga- laman belajar yang di kembangkan5.

Langkah berikutnya penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran dikembangkan dengan tingkatan kemampuan peserta didik lingkungan peserta didik.

Pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan peserta didik melalui tugas maupun pembelajaran secara konteks- tual adalah sebuah pengembangan

5Mohammed K. Khalil and Ihsan A.

Elkhider, “Applying Learning Theories and Instructional Design Models for Effective Instruction,” Advances in Physiology Education 40, no. 2 (June 2016): 147–56, https://doi.org/10.1152/advan.00138.2015.

6admin, “Gagne’s Hierarchy of Learning Types | Dr. V.K. Maheshwari, Ph.D,” accessed

March 24, 2022,

http://www.vkmaheshwari.com/WP/?p=854.

pembelajaran yang sudah repre- sentative. Dan di predikasi akan membuahkan hasil belajar yang makin jelas.

Dilihat dari prosedur dalam menetapkan tujuan pembelajaran di MI Al Karim Gondang telah melalui tahapan yang benar, yakni pertama melalui rapat internal sekolah, yaitu antara guru kelas dan wakil kepala sekolah. Kedua, meng- himpun dari pendapat komite dan orang tua murid. Ketiga, menetapkan dalam rencana praktik pembelajaran (RPP).

Adapun tujuan pembelajaran kewira- usahaan yang telah ditetapkan adalah 1) dengan mengamati gambar dan ber- tanta-jawab, peserta didik dapat mengi- dentifikasi jenis usaha yang ada disekitar tempat tinggalnya beserta manfaat usaha tersebut. Dalam kehi- dupan sehari-hari. 2).dengan bentuk Kerjasama dalam kelompok peserta didik dapat mengidentifikasi antara jenis usaha, peralatan yang di gunakan dan tempat pembelian sumber daya untuk jenis usaha tersebut. Temuan ini sesuai dengan konsep pembelajaran kognitif dari gagne. Yakni di mulai dari pengamatan, pemahaman, dan pen- dalaman yang akhirnya peserta didik mendapatkan pengetahuan6.

Sementara dari sisi penetapan bentuk praktik pembelajaran digunakan pemetaan peserta didik dalam kelompok dengan dalam pembelajaran kewirausahaan. Hal ini memberikan ruang kerjasama anatara peserta didik satu dengan yang lainnya7. Adapun dalam menetapkan bentuk evaluasi,

7Khusnul Khuluq, Zainul Abidin, and Saida Ulfa, “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta didik Kelas XI IPS,”

JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan 4, no. 2

(May 30, 2021): 197–206,

https://doi.org/10.17977/um038v4i22021p19 7.

(6)

instrumen yang digunakan meliputi soal tertulis, dan unjuk kerja. Telah memenuhi sasaran bahwa observasi digunakan untuk menilai proses perkembangan kegiatan yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran. Soal tertulis digunakan untuk menilai pemahaman dan praktik yang dilakukan, sedangkan unjuk kerja untuk menguji kemampuan motorik dan emosional peserta didik.

2. Implementasi Pembelajaran IPS berbasis Penanaman Entrepre- neurship.

Sesuai temuan data tentang implementasi pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam menanamkan jiwa entrepreneurship peserta didik kelas atas di MI Al Karim Gondang telah dikembangkan sejumlah 4 karakter yang menjadi sasaran pembelajaran yaitu, kreatif, mandiri, mampu memecahkan masalah, dan mampu berinteraksi dengan orang lain.

Dijelaskan bahwa jiwa kreatif dalam Pendidikan kewirausahaan ini meliputi kreatif dalam menemukan dan meng- aplikasikan ide penambahan nilai guna dari sesuatu barang dan jasa. Guru MI Al Karim Gondang ini mengembangkan jiwa kreatif anak dengan memberikan tugas mengeksplorasi barang-barang yang dianggap tidak ada nilai gunanya, atau kebutuhan kebutuhan masyarakat seperti membuat kreasi gelas plastik bekas minuman mineral untuk bahan kerajinan hiasan. Langkah semacam ini tergolong kegiatan yang dapat menggugah kreativitas diri. Imbas lain dari kreativitas adalah berpengaruh pada hasil belajar8.

Penjelasan diatas dikuatkan oleh tugas yang diberikan kepada peserta

8Naila Fitri and Sita Sari, “Pengaruh Kreativitas dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika,” Jurnal Silogisme : Kajian Ilmu Matematika Dan Pembelajarannya 4 (April

didik yakni peserta didik diminta untuk memberikan ide agar barang yang awalnya dinilai sepele menjadi sesuatu yang lebih berharga dan dapat menghasilkan keuntungan, misalnya peserta didik membangun kreativitas dari gelas plastic dari bekas minuman mineral tadi diubah menjadi berbagai bentuk kerajinan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari. Peserta didik diberikan kesem- patan untuk membuat sendiri kerajinan dari kain perca tersebut dan guru bertugas memberikan bimbingan ter- kait dengan pembuatannya.

Kemudian keterampilan meme- cahkan masalah memiliki keterkaitan dengan pentingnya sikap mandiri pada anak. Anak yang mandiri biasanya dengan mudah memiliki solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Guru kelas atas di MI Al Karim Gondang memberikan berbagai tugas pemecahan masalah yang berbasis masalah sosial disekitar peserta didik. Peserta didik diminta untuk mengeksplorasi dan menemukan masalah yang ada, mengidentifikasi penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari masalah itu, yang pada akhirnya peserta didik mampu memberikan solusi pemecahan.

Pembelajaran dengan mengede- pankan kreativitas peserta didik adalah pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sifat manusia yang perlu dikembangkan. Dengan menge-depan- kan kreatifitas peserta didik akan berdampak pada hasil belajar peserta didik9. Kendati solusi yang dipilih anak mungkin belum menjadi keputusan yang terbaik, setidaknya guru menga- presiasi atas Tindakan mereka mem- berikan solusi. Berdasarkan studi pembelajaran bermain juga merupakan

18, 2020): 68,

https://doi.org/10.24269/silogisme.v4i2.988.

9 Fitri and Sari.

(7)

salah satu cara anak dalam mempelajari problem solving. Penilitian tersebut membandingkan kemampuan problem solving anak yang lebih sering bermain dengan permainan konvergen seperti puzzle dengan anak yang bermain dengan permainan divergen seperti balok kayu. Hasilnya, anak yang bermain dengan permainan divergen lebih kreatif dalam mencari pemecahan masalah10.

Selanjutnya kompetensi mampu beraksi dengan orang lain. Penting bagi guru untuk mengajarkan anak bagaimana berinteraksi yang baik dan benar dengan orang lain. Dari aspek Bahasa yang diucapkan, anak di ajarkan untuk mampu berkomunikasi yang santun, jelas, dan tidak berkata kotor ketika berbicara dengan orang lain.

Menghargai orang lain Ketika berbicara, tidak menyela, dan selalu menjaga perasaan orang lain juga wajib dipahami oleh anak. Kaitannya dengan kegiatan kewirausahaan adalah untuk melatih anak berhadanpan dengan orang lain.

Dalam mengembangkan kkarakter ini guru MI Al Karim Gondang mengajak peserta didik pergi kepasar untuk melihat para penjual dalam mena- warkan dagangannya.

Langkah guru MI di atas sesuai dengan pendapat Malik dan Marwaha bahwwa berkembangnya sosial anak dipengaruhi oleh lingkungan dan pem- biasaan yang berlaku pada kehidupan anak. Kemudian di kelas peserta didik di latih bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Dengan praktik di kelas diharapkan anak-anak akan memahami

10 Norlita Nemenzo, “Problems Encountered by Teachers in the Teaching- Learning Process: A Basis of an Action Plan,”

April 20, 2018.

11 Fatima Malik and Raman Marwaha,

“Developmental Stages of Social Emotional Development In Children,” in StatPearls (Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2022),

bahwa mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain akan mencipatakan hubungan yang harmo- nis, khusunya untuk jual beli11.

a. Pembinaan dalam Penggunaan Uang Sebagaimana temuan peneliti bahwa guru MI Al Karim Gondang dalam menanamkan pengalaman wirausaha diawali pertama, dengan pembelajaran tentang penggunaan uang. Kedua, belajar merencanakan penggunaan uang. Ketiga, tugas mendapatkan uang.

Keempat, pemahaman uang sebagai alat tukar untuk sabagian besar barang dan jasa.

Langkah guru MI tersebut merupakan Langkah yang memberikan pengetahuan dan pengalaman keuangan peserta didik sekaligus. Dalam teori manajemen keuangan sangat penting seseorang dalam mengendalikan keu- angan anatara teori dan praktik di lapangan. Sebagaiman temuan Fatma- wati dan Lutfi bahwa, hasil penelitian menunjukan bahwa locus of control dan financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap perilaku keuangan generasi millennial. Sebaliknya pen- dapat pengaruh signifikan terhadap perilaku keuangan. Selain itu, tidak terdapat bukti yang signifikan bahwa pendapatan mampu memperkuat pe- ngaruh pengetahuan keuangan ter- hadap perilaku keuangan. Artinya, generasi milenial perlu meningkatkan pengetahuan keuangan dan keper- cayaan diri serta kemampuan untuk mengendalikan kondisi keuangan12. b. Pembinaan Menabung

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK5348 19/.

12 Indria Fatmawati and Lutfi Lutfi,

“Pengaruh Lokus Pengendalian Dan Pengetahuan Keuangan Pada Perilaku Manajemen Keuangan Generasi Milenial Dengan Moderasi Pendapatan,” Jurnal Manajemen Dan Keuangan 10 (June 7, 2021): 58–71.

(8)

Telah dijelaskan di atas bahwa guru MI Al Karim Gondang untuk membina wirausaha juga menyelipkan pembelajaran untuk menabung.

Sebagaiman penjelasan guru di sana behwa menabung. Pertama, perlu menentukan tujuan terlebih dahulu.

Kedua, menentukan target. Ketiga, berkomitmen terhadap keputusan.

Keempat, bawalah makanan dan minuman dari rumah. Kelima, belilah celengan jangan siasiakan uang receh.

Keenam, jauhkan niat dari untuk membeli hal-hal yang tidak penting.

Ketujuh, gunakan fasilitas yang ada.

Kedelapan, bukalah rekening tabungan secara mandiri. Kesembilan, berfikir kreatif dan inovatif. Kesepuluh, cara untuk menabung bagi pelajar yang terakhir adalah menghemat penge- luaran teruatama untuk kebutuhan telepon seluler.

Kegiatan guru MI tersebut memberikan pengertian bahwa penggu- naan keuangan diperlukan pengetahuan khususnya terkait dengan literasi keuangan. Karena literasi keuangan anak akan mengerti tentang penting dan memanfaatkan uang dalam kehidupan.

Sebaliknya anak yang tidak mengerti akan berakibat boros dalam hidupnya.

Sebagaimana hasil penelitian Lutfi bahwa, variabel literasi berpengaruh terhadap pengelolan keuangan karya- wan PT. Mulia Boga Raya Tbk yang bekerja dikantor. Sedangkan variabel gaya hidup tidak berpengaruh pada manajemen keuangan PT. Mulia Bogar Raya Tbk yang bekerja di kantor13 c. Menanamkan Keterampilan Wira-

usaha

Berikutnya seperti data yang berhasil di himpun peneliti bahwa kegiatan yang di lakukan guru MI Al

13 Fatmawati and Lutfi.

14 Sri Hartati et al., “Peran Metode Bercerita Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini,” Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal

Karim Gondang dalam menanamkan keterampilan wirausaha meliputi penerapan peraktek, modeling, obser- vasi, karya wisata, market day, dan budidaya tanaman disekoalah. Dari masingmasing kegiatan tersebut bila dilihat kekurangan dan kelebiahannya memang pasti ada, namun disini peneliti akan menganalisis dari sisi faktor pembelajarannya denagan teori kewiarausahaan14

d. Bercerita dan Menggambarkan Kegiatan Wirausaha

Telah di paparkan bahwa Guru MI Al Karim Gondang dalam mena- namkan minat peserta didik dalam dunia kewirausahaan adalah dengan bercerita. Misalnya saja, orang tua bisa menceritakan kisah tentang teman yang berhasil menjalankan bisnis, baik bisnis kecil-kecilan maupun yang sudah sukses. Setelah bercerita, orang tua dapat menyakinkan anak bahwa mereka juaga bisa sukses seperti itu, dan memberikan arahan sebagaimana menajadi pengusaha baik, cerdas dan sukses. Kisah-kisah sukses dari para wirausahawan tersebut dapat dijadikan inspirasi bagi anak untuk semakin bersemangat mengembangkan jiwa wi- rausaha yang dimilikinya.

Lagkah guru MI di atas bila dilihat dari sisi fungsi media cerita, sangat berpengaruh terhadap motivasi peserta didik dalam melakukan progam kegiatan sebagaimana fungsinya hasil penelitian Hartati dan kawan-kawan menemukan bahwa metode bercerita juga dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan kemampuan kosa kata anak denagn menggunakan tema yang beragam, kalimat yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Implikasi dalam penelitian ini adalah metode

Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini 8, no. 2 (October 30, 2021): 74–86, https://doi.org/10.21107/pgpaudtrunojoyo.v8i 2.10513.

(9)

bercerita berperan terhadap perkem- bangan Bahasa anak usia dini. Oleh karena itu, diaharapkan kepada para pendidik mengguankan berbagai metode yang kreatif dan inovatif dalam membantu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, selain itu tercipta suasana gembira dan tidak cepat membosankan Ketika anak saat belajar15.

e. Mengadakan Pengamatan di Lapangan Usaha

Sebuah data temuan peneliti bahwa observasi merupakan kegiatan studi lapangan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pengamatan tentang suatu obejek atau keadaan. Dalam hal ini guru MI Al Karim Gondang memberikan tugas bagi peserta didik untuk mengobservasi sejumlah penjual di lingkungan madra- sah. Tempat-tempat usaha yang ada di sekitarnya, termasuk dilingkungan sekitar peserta didik atau sekolah formal baik barang maupun jasa.

Peserta didik diminta untuk mengamati berapa jumlah pegawai, barang apa yang dijual, beberapa banyak baran- barang yang dapat terjual dalam satu hari, dan sebagainya.

Model pembelajaran di atas bila di korelasikan dengan pendapat dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi inter- nal dan kondisi-kondisi external indi- vidu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperluakan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.

Sedangkan kondisi internal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Asumsi nya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.

15 Aminah Rehalat, “MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI,”

JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL 23 (April 7,

Perkembangan merupakan hasil komu- latif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses peneri- maan informasi yang kemudian di olah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang ter- diri dari: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, kecakapan motorik16.

Selain itu, tugas ini dapat melatih aspek sosial peserta didik SD, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain untuk memperoleh data tentang proses menjalankan usaha, baagaiman proses mendirikan usaha, pelayanan terhadap pengunjung, tanggapan pengunjung, dan hal-hal lain. Tugas seperti akan memperkarya pengalaman peserta didik.

f. Karya Wisata.

Begitu pula dalam pengayaan pengalaman peserta didik guru MI Al Karim Gondang mengadakan kegiatan berkarya wisata atau mengunjungi tem- pat perbelanjaan, atau tempat tempat produksi barang atau jasa dalam hal ini anak-anak diajak berkunjung ke pabrik pembuatan sosis, pembuatan kue, atau produsen-produsen kerajinan yang produknya sampai diekspor keluar ne- gri. Karya wisata tahun 2019 lalu peserta didik diajak ke pabrik roti di Surabaya, perusahaan tahu takwa di Kediri. Pengalaman karya wisata seperti ini akan menjadi pengalaman yang mengesankan bagi anak, karena mereka dapat langsung mengetahui bagaimana proses pembuatan barang dan jasa tersebut. Rasa tertarik dan terkesan ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada anak agar anak bisa membuka suatu lapangan kerja dan

2016): 1,

https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1625.

16 Rehalat.

(10)

bermanfaat dalam menumbuhkan jiwa kewirausa-haan anak.

Sebagaimana temuan Wijaya dan kawan-kawan ada pengaruh metode pembelajaran karya wisata terhadap hasil belajar peserta didik17. Logikanya bahwa dengan karya wisata peserta didikn akan meliahat berbagai kejadian diluar sana yang kemudian mereka tertarik kepada aktivitas tersebut dan akhirnya mereka mencoba untuk melakuakan yang sama. Setidaknya mereka akan meniru.

g. Market Day

Temuan berikutnya bahwa kegiatan market day dilakukan oleh pe- serta didik mulai dari proses produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan ini di awali dari pemberian tugas dan tang- gung jawab kepada peserta didik untuk membuat barang atau kerajinan yang menerapkan prinsip kewirausahaan.

Kegiatan ini dapat di organisasikan dalam bentuk kelompok.Hal ini berarti peserta didik bersama kelompoknya menciptakan ide membuat produk dengan menggunakan prinsip menam- bah nilai guna atau manfaat dari sebuah barang. Misal, peserta didik membuat kerajinan dari kain perca, dari botol bekas, stick eskrim dan lain lain yang di ubah menjadi bentuk- bentuk barang yang menarik dan bermanfaat.

Market day merupakan model pembelajaran yang cukup efektif untuk menanamkan skill kewirausahaan, hal bisa dikorelasikan dengan temuan Nurhayati bahwa penyediaan market day (bazar) di kampus mampu mem- bangun semangat wirausaha para peserta didik. Ini menegaskan bahwa

17 Hadi Wijaya, Mukminah Mukminah, and Miftahul Hasanah, “Pengaruh Metode Karya Wisata Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VI Materi Wirausaha Di MI Qur’aniyah Batu Kuta Narmada Tahun Pelajaran 2019/2020,” JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan) 4, no. 1 (January 31, 2020), https://doi.org/10.36312/jisip.v4i1.1169.

kegiatan hari pasar (bazar) di UNSIQ Wonosobo jawa tengah memiliki pengaruh positif pada semangat wira- usaha mahapeserta didik dan kursus kewirausahaan itu sendiri18.

Adapun beberapa barang mau- pun kerajinan yang dijual itu seperti, coklat unik minuman sinom dan kedelai, makanan nasi goreng dan sebagainya.

Kemudian peserta didik diberikan untuk menjual atau menawarkan produk mereka dalam event yang di berinama market day. Peserta didik yang lain dan para guru bertanggung jawab menjadi konsumen. Guru juga punya kewajiban untuk terus mengontrol jalannya market day dan menanamkan nilai jual beli benar sesuai syariat agama. Pada acara ini, pihak sekolah mengundang orang tua peserta didik untuk ikut berpar- tisipasi sebagai konsumen. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik19.

h. Budi Daya Tanaman Sayuran Di Sekolah

Selanjutnya temuan peneliti bah- wa guru MI dalam membina peserta didik untuk wirausaha dengan menga- dakan kegiatan tanaman sayuran di sekolah.Hal ini bertujuan agar peserta didik mengenal tanaman sederhana, namun di butuhkan dalam keluarga.

Seperti menanam bayam, keningkir, ketela jalar. Ketika peneliti bertanya alas an lain yang lebih jauh, guru itu menjawab ”Zaman yang serba sulit sekarang ini memang untuk mencari sebuah pekerjaan sangatlah sulit. Apa lagi bagi mereka yang hanya tidak memiliki Pendidikan tinggi mengajar-

18 Eni Candra Nurhayati, “Pengaruh Market Day (Bazar) Terhadap Membangun Jiwa Wirausaha Mahapeserta Didik Unsiq Jawa Tengah Di Wonosobo,” Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2018): 1.

19Wawancara dengan Ibu Nurul ‘Aini, guru kelas 5 MI Al Karim Gondang.

(11)

kan peserta didik untuk bisa berwira- usaha akan megarjakan mereka mampu menciptakan lapangan kerja.

Pembelajaran seperti itu diharapkan dapat menanamkan sema- ngat baru peserta didik untuk menger- jakan sesuatu sesuai dengan lingkungan meraka berada. Demikian pula pembe- lajaran bertanam dalam praktek dite- rapkan dengan metode penyele-sainan proyek, karya peserta didik ditugaskan untuk menanam hingga dapat di nikmati sehingga dapat dinikmati hasilnya.

Pembelajaran penyelesaian proyek se- perti ini sangat efektif diterapkan diting- kat dasar20.

i. Kunjungan Ke Perusahaan Roti Temuan data selanjutnya ada- lah kunjungan ke produksi roti dalam mendalami kompetensi dasar wira- usaha. kunjungan itu untuk melihat langsung bagaimana proses produksi roti.Di pabrik, para peserta didik diberi penjelasan bagaimana proses mempro- duksi roti, yang salah satunya menggu- nakan bahan ragi sebagai bahan pengembang. Rasa dan variasi, harga serta jaminan kebersihan produk ysng ditawarkan membuatanya diminati ba- nyak kalangang, mulzi dari kelas bawah hingga kelas atas.

Pembelajaran secara lang- sung terjun di lapangan adalah pembe- lajaran yang bertuuan menanam-kan pengalaman secara langsung. Dalam teori pembelajaran pemerosesan infor- masi, tergolong pembelajaran yang mengena pada sasaran peserta didik.

Disana akan muncul, 1) motivasi, fase adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan

20 Yaskinul Anwar, Alvin Fadillah, and Muliati Syam, “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas X di SMA Negeri 11 Samarinda,” JURNAL PENDIDIKAN 30, no. 3 (November 7, 2021): 399–408, https://doi.org/10.32585/jp.v30i3.1753.

tertentu (motivasi instrinsik dan ekstrensik);2) pemahaman, fase di individu menerima dan memahami in- formasi yang diperoleh dari pem- belajaran di lapangan dan pemahaman di dapat melalui perhatian;3) pemero- lehan, individu memberikan makna/

mempersepsikan segala informasi pada dirinya sehingga terjadi proses penyim- panan dalam memori peserta didik;4) penahanan, menahan informasiyang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik; 5) ingatan Kembali, mengeluarkan Kembali informasi yang telah di simpan,bila ada rangsangan ;7) generelisasi, menggunakan hasil pe- mbelajaran untuk diperlukan tertentu;

9) umpan balik, individu memperoleh feedback dari prilaku yang telah dilakukan21.

j. Kunjungan Ke Produk Dumblek Tujuan kunjungan ini adalah memberikan pengalaman langsung pa- da anak untuk mengetahui jajanan dumblek, sebagai produk jajanan khas gondang.Diharapkan dengan kunjugan ini akan muncul sebuah minat peserta didik untuk mempelajari lagi bagaimana pembuatan jajan dumblek. Pembe- lajaran di atas bila dikaitkan dengan karya atau produk keunggulan local sangat penting untuk melestarikan dan sekaligus mengembanggkan. Jangan sampai terjadi sebaliknya,dengan ada- nya produk keunggulan local membiar- kanya sehingga makin kesini makin punah sebagaimana penelitian Maton- dang dan kawan kawannya, bahwa pemerintah daerah kurang memberikan

21 Septiani Khotijah, Agus Trianto, and Padi Utomo, “PENERAPAN MODEL

PEMROSESAN INFORMASI PADA

PEMBELAJARAN MEMBACA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 02 BENGKULU UTARA,” Jurnal Ilmiah KORPUS 1, no. 2 (2017): 199–209, https://doi.org/10.33369/jik.v1i2.4121.

(12)

kontribusi budaya lokal khususnya di Kota Padang Sumatera22.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1) desain pembelajaran entre- preneurship pada peserta didik kelas atas MI Al Karim Gondang menggunakan langkah yang cukup lengkap yakni: a) menetapkan tujuan pembelajaran de- ngan kata yang operasional dan mudah dimengerti peserta didik, b) mene- tapkan bentuk praktiknya, dengan rincian a) menggunakan bahan-bahan yang konkret, di lingkungan sekolah. b) menggunakan alat visual, gambar, bahan nyata, c) menggunakan contoh yang sudah dimengerti peserta didik . d) Menyajikan materi dengan terorganisir, mulai dari pengertian, contoh, dan meningkat ke materi yang lebih detail (rumit), e) memberikan latihan dengan berbagai metode. f) pemberian tugas secara kontekstual, g) menetapkan bentuk evaluasi proses dan hasil. 2) Implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mena- namkan jiwa entrepreneurship peserta didik Kelas atas, dilakukan a) menge- nalkan uang, fungsi uang, menabung dan cara mendapatkanya, b) mengadakan obsevasi ke produk usaha lokal tahu dan tempe, praktik penanaman bunga dan buah di madrasah dan ikut menye- lenggarakan marked day. Kegiatan observasi entrepreneurship di lapangan dibimbing secara intensif oleh guru.

Daftar Pustaka

Ahmad. “Gagne’s Hierarchy of Learning Types | Dr. V.K. Maheshwari, Ph.D.” Accessed March 24, 2022.

http://www.vkmaheshwari.com /WP/?p=854.

22 Armansyah Matondang, Yurial Lubis, and Agung Suharyanto, “Eksistensi Budaya Lokal Dalam Usaha Pembangunan Karater Peserta didik Smp Kota Padang Sidimpuan,” Anthropos:

Anwar, Yaskinul, Alvin Fadillah, and Muliati Syam. “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas X di SMA Negeri 11 Samarinda.” JURNAL PENDIDIKAN 30, no. 3 (November 7, 2021): 399–408.

https://doi.org/10.32585/jp.v30 i3.1753.

Fatmawati, Indria, and Lutfi Lutfi.

“Pengaruh Lokus Pengendalian Dan Pengetahuan Keuangan Pada Perilaku Manajemen Keuangan Generasi Milenial Dengan Moderasi Pendapatan.” Jurnal Manajemen Dan Keuangan 10 (June 7, 2021): 58–71.

Fitri, Naila, and Sita Sari. “PENGARUH KREATIVITAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA.”

JURNAL SILOGISME : Kajian Ilmu

Matematika Dan

Pembelajarannya 4 (April 18,

2020): 68.

https://doi.org/10.24269/silogi sme.v4i2.988.

Hartati, Sri, Eka Damayanti, M. Rusdi T, and Dahlia Patiung. “Peran Metode Bercerita Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.” Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini 8, no. 2 (October 30, 2021): 74–86.

https://doi.org/10.21107/pgpa udtrunojoyo.v8i2.10513.

Khalil, Mohammed K., and Ihsan A.

Elkhider. “Applying Learning Theories and Instructional Design Models for Effective Instruction.” Advances in Physiology Education 40, no. 2

Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 3 (December

29, 2017): 103,

https://doi.org/10.24114/antro.v3i2.8306.

(13)

(June 2016): 147–56.

https://doi.org/10.1152/advan.

00138.2015.

Khotijah, Septiani, Agus Trianto, and Padi Utomo. “PENERAPAN MO- DEL PEMROSESAN INFORM-ASI PADA PEMBELAJARAN MEM- BACA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 02 BENGKULU UTARA.”

Jurnal Ilmiah KORPUS 1, no. 2

(2017): 199–209.

https://doi.org/10.33369/jik.v1i 2.4121.

Khuluq, Khusnul, Zainul Abidin, and Saida Ulfa. “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investiga- tion Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta didik Kelas XI IPS.” JKTP:

Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan 4, no. 2 (May 30,

2021): 197–206.

https://doi.org/10.17977/um03 8v4i22021p197.

Malik, Fatima, and Raman Marwaha.

“Developmental Stages of Social Emotional Development In Children.” In StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls

Publishing, 2022.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bo oks/NBK534819/.

Matondang, Armansyah, Yurial Lubis, and Agung Suharyanto.

“Eksistensi Budaya Lokal Dalam Usaha Pembangunan Karater Peserta didik Smp Kota Padang Sidimpuan.” Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 3 (December 29,

2017): 103.

https://doi.org/10.24114/antro.

v3i2.8306.

Nemenzo, Norlita. “Problems Encountered by Teachers in the Teaching-Learning Process: A

Basis of an Action Plan,” April 20, 2018.

Nurhayati, Eni Candra. “PENGARUH MARKET DAY (BAZAR) TERHADAP MEMBANGUN JIWA WIRAUSAHA MAHAPESERTA DIDIK UNSIQ JAWA TENGAH DI WONOSOBO.” PARAMUROBI:

JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1, no. 2 (2018): 1.

Rehalat, Aminah. “MODEL PEMBE- LAJARAN PEMROSESAN INFOR- MASI.” JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL 23 (April 7, 2016):

1.

https://doi.org/10.17509/jpis.v 23i2.1625.\

Salmaa. “Metode Penelitian Kualitatif:

Pengertian Menurut Ahli, Jenis- Jenis, dan Karakteristiknya.”

Penerbit Deepublish (blog), July 1, 2021.

https://penerbitdeepublish.com /metode-penelitian-kualitatif/.

Wijaya, Hadi, Mukminah Mukminah, and Miftahul Hasanah. “Pengaruh Metode Karya Wisata Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VI Materi Wirausaha Di MI Qur’aniyah Batu Kuta Narmada Tahun Pelajaran 2019/2020.”

JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan) 4, no. 1 (January 31, 2020).

https://doi.org/10.36312/jisip.v 4i1.1169.

Referensi

Dokumen terkait

A notary is a public official whoonly authorized to make authentic deeds regarding all actions, agreements and stipulations required by laws and regulations and/or desired by the

3-85 Sec-C Interactive session with class teacher Jarfin Akhter Roll.4-76 Sec-D Interactive session with class teacher Rumana Surmin Roll.1-86 Sec-E Interactive session with class