• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penerapan Mitigasi Bencana dalam Kegiatan Pembelajaran Di SD Negeri Kota Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Penerapan Mitigasi Bencana dalam Kegiatan Pembelajaran Di SD Negeri Kota Yogyakarta"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2023

89

Tantangan dan inovasi dalam mewujudkan merdeka belajar di sekolah dasar berbasis ajaran KHD

PENERAPAN MITIGASI BENCANA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI KOTA YOGYAKARTA

Oleh: Siti Anafiah, Shanta Rezkita Universitas Sarjanawiyata Tamnasiswa

e-mail: siti.anafiah@ustjogja.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan mitigasi bencana dalam kegiatan pembelajaran di SD Negeri Kota Yogyakarta. Setting penelitian berjumlah 3 sekolah yang dicanangkan sebagai Sekolah Siaga Bencana, antara lain: SDN Bangunrejo 1, SDN Bangunrejo 2, dan SDN Baluwarti. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penariakan simpulan. Kebasahan data dilakukan dengan ketekunan penggamatan dan trianggulasi. Hasil penelitian ini adalah penerapan mitigasi bencana dalam kegiatan pembelajaran terdapat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu juga terdapat dalam kurikulum. Peran serta semua pihak, baik kepala sekolah, guru, siswa, dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam kegiatan mitigasi bencana di sekolah.

Kata kunci: Penerapan, Mitigasi Bencana, Pembelajaran

Abstract

This study aims to describe the application of disaster mitigation in learning activities at SD Negeri Yogyakarta. The research settings totaled 3 schools that were declared as Disaster Preparedness Schools, including: SDN Bangunrejo 1, SDN Bangunrejo 2, and SDN Baluwarti. This sampling technique uses a purposive sampling technique. Data collection techniques using interviews, observation, and documentation. Data analysis uses the Miles and Huberman model, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The wettability of the data was determined by persistent observation and triangulation. The results of this study are the application of disaster mitigation in learning activities contained in the planning, implementation and evaluation of learning. In addition, it is also included in the curriculum. The participation of all parties, including school principals, teachers, students, and the community is needed in disaster mitigation activities in schools.

Keyword: Application: Disaster Mitigation, Learning

Pendahuluan

Tingkat kerentanan bencana di Indonesia sangat tinggi, hal ini tidak hanya karena faktor geografis di mana Indonesia berada di daerah rawan bencana, namun juga karena kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah dalam menghadapi ancaman bencana. Pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia Indonesia bahkan semakin membuat ancaman bencana bertambah besar, misalnya bencana asap karena kebakaran hutan dan lahan yang banyak disebabkan ulah manusia yang sengaja membakar hutan untuk membuka lahan. Bencana banjir karena membuang sampah secara sembarangan di sungai yang mengakibatkan tersumbatnya aliran air. Agar ancaman bencana tidak semakin besar, maka perlu menanamkan dan menumbuhkan karakter sadar, siaga, dan tanggap bencana kepada masyarakat. Salah satu caranya ialah melalui jalur pendidikan, yaitu mengintegrasikan pendidikan siaga bencana dalam pembelajaran. Langkah ini akan berdampak besar apabila dilakukan sejak dini, yakni di usia sekolah dasar (rentang 7-12 tahun). Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan bisa menjadi tempat yang tepat dalam menghasilkan generasi bangsa yang tanggap bencana.

Pendidikan kebencanaan di sekolah dasar dan menengah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat pada saat kejadian bencana.

Menyelenggarakan pendidikan tentang resiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Sebagai tambahan terhadap peran penting mereka di dalam pendidikan formal, sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana (Anonim. 2015, www.bnpb.go.id).

Berdasarkan hasil observasi sekolah di SDN Bangunrejo 1, SDN Bangunrejo 2, dan SDN Baluwarti.

(2)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2023

90

Tantangan dan inovasi dalam mewujudkan merdeka belajar di sekolah dasar berbasis ajaran KHD

SDN Bangunrejo 1 dan SDN Bangunrejo dicanangkan sebagai SSB sejak tahun 2015. Kedua sekolah ini berada di pinggir Kali Winongo sehingga memiliki potensi bencana banjir dan tanah longsor. SDN Baluwarti baru dicanangkan sebagai SSB tahun 2016. SDN Baluwarti berada di tengah dan memiliki potensi bencana gempa bumi. Hal tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa keadaan lingkungan di sekitar SD tersebut berbeda, sehingga dalam mensiagakan bencana juga berbeda. Perbedaan itu juga akan menunjukkan bahwa setiap guru memiliki pengalaman, pengetahuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajarkan yang mengintegrasikan dengan siaga bencana.

Perbedaan potensi bencana yang ada di daerah tersebut menuntut guru lebih kreatif dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, teerutama dalam kaitannya dengan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang mitigasi bencana. Selain itu, semua mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum harus terintegrasikan dengan siaga bencana. Guru harus memasukkan nilai-nilai kesiagaan menghadapi bencana dalam berbagai media dan materi pembelajaran. Dari kondisi-kondisi tersebut muncul keinginan untuk mengetahui penerapan mitigasi bencana dalam kegiatan pembelajaran di SD Negeri Kota Yogyakarta.

Berdasarkan realitas di atas, sangat bijak kiranya jika di sekolah‐sekolah yang ada di daerah rawan bencana dikembang‐kan pendidikan kebencanaan. Seperti yang diketahui bahwa potensi terjadinya bencana alam kebumian (gempa, tsunami, longsor dan gunung api) di daerah Bantul sangat tinggi. Oleh karena itu, upaya mitigasi harus dilakukan secara serius dengan dukungan seluruh stake holders. Mitigasi merupakan upaya untuk meminimalkan dampak bencana yang akan terjadi. Salah satu upaya mitigasi yaitu meningkatkan kesadaran masyara‐kat. Upaya tersebut sebaiknya dilakukan sejak dini melalui pendidikan formal di sekolah, yaitu dengan menyisipkan topik bencana alam kebumian pada kurikulum.

Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadii, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang (http://kawasan.bappenas.go.id). Hal senada dikemukan juga oleh Promonis (1994:74) bahwa mitigasi bencana adalah mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam mengantisipasi munculnya suatu potensi kejadian yang mengakibatkan kerusakan, termasuk kesiagaan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang, baik yang terkait dengan bahaya alam maupun ulah manusia yang sudah diketahui, dan untuk menangani bencana- bencana yang benar-benar terjadi.

Sebagai contoh pendidikan mitigasi bencana atau dissaster education di Jepang menurut Heru Susetyo (melalui Purwantoro, staff.uny.ac.id) dilakukan dengan berbagai berikut: 1) memberi informasi pada siswa tentang pengetahuan yang benar mengenai bencana; 2) Memberi pemahaman tentang perlindungan secara sistematis; 3) Membekali siswa melalui practical tranning yakni cara melindungi diri dan merespon bencana tersebut secara tepat dan cepat.

Pembelajaran mitigasi bencana dapat melalui sekolah, maupun secara langsung ke masyarakat umum. Agar sekolah dapat mengimplementasi pelajaran mitigasi bencana, maka harus eksplisit tertera dalam kurikulum. Materi mitigasi bencana harus muncul memiliki kompetensi dasar. Kompetensi yang perlu ditambahkan pada kurikulum adalah kompetensi mitigasi bencana, baik bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Kompetensi mitigasi bencana alam seperti kompetensi dasar tentang mitigasi gempa, mitigasi bencana erupsi, tanah longsor, banjir, badai, dan sebagainya. Demikian pula harus ada kompetensi dasar tentang bencana sosial yang layak masuk dalam mata pelajaran PKn maupun agama dengan kompetensi berkaitan dengan sikap ramah, sopan, toleransi, tenggang rasa, hormat, peduli, dan lain-lain.

Metode Penelitian

Jenis penelitian inti termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan atau mengurangikan permasalahan yang berhubungan dengan keadaaan atau status fenomena kelompok tertentu dalam bentuk kalimat, bukan berupa angka-angka (Rachman, 1993:108). Populasi dalam penelitian ini adalah 90 SD di Kota Yogyakarta. Akan tetapi, tidak semua akan dijadikan subjek penelitian.

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik pengambilan purposive sampling. Nasution (1996: 98-99) menyatakan bahwa purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dipilih secara cermat sehingga relevan dengan desain penelitian. Setting penelitian ini adalah tiga sekolah di Kota Yogyakarta yang ditunjuk sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB) yakni SDN Bangunrejo 1, SDN Bangunrejo 2, dan SDN Baluwarti.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru. Obesrvasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran. Dokumentasi berupa catatan atau rekaman dan foto pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah dalam penerapan mitigasi bencana di sekolah. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penariakan simpulan.

(3)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2023

91

Tantangan dan inovasi dalam mewujudkan merdeka belajar di sekolah dasar berbasis ajaran KHD

Teknik keabsahan data atau dokumen yang diperoleh dalam penelitian kualitatif perlu diperiksa keabsahannya. Menurut Moleong (2000:173) ada empat macam standar atau kriteria keabsahan data kualitatif, yaitu (1) derajat kepercayaan (credibility), (2) keteralihan (transferability), kebergantungan (depandability), dan kepastian (confirmability). Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan cara pemeriksaan derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data pada kriteria derajat keterpecayaan (credibility) melalui ketekunan pengamatan dan triangulasi. Ketekuanan pengamatan dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan secara intensif, terus menerus, cermat selama penelitian. Teknik triangulasi dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

SDN Bangunrejo 1, SDN Bangunrejo 2, dan SDN Baluwarti merupakan beberapa sekolah dasar dari 90 SD di Kota Yogyakarta yang dicanangkan sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB). Persiapan perencanaan sekolah siaga bencana memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini karena semua mata pelajaran yang diajarkan sesuai kurikulum harus diintegrasikan dengan siaga bencana. Peran guru juga sangat penting dalam memasukkan nilai-nilai siaga bencana dalam berbagai media dan materi pembelajaran.

Adapun penerapan mitigasi bencana dalam kegiatan pembelajaran di SSB Kota Yogyakarta: 1) Mitigasi bencana sudah termuat dalam kurikulum tersendiri; 2)penerapan mitigasi bencana terintegrasi dalam RPP, materi, maupun media pembelajaran; 3) Pembelajaran di sekolah menggunakan kurikulum 2013, materi mitigsi bencana terintegrasi dalam muatan bidang studi antara lain: IPA, IPS, Pkn, Bahasa Indonesia, dan lain-lain; 4) Mengajak para siswa untuk mempraktekkan simulasi bencana dengan cara bermain, agar mereka dapat memahami penanggulangan bencana dengan benar dan menyenangkan; 5) Mengenalkan alam sekitar dan penanggulangan bencana dengan mengajak para siswa ke luar kelas. Siswa diajak ke sungai dan menjelasan cara menanggulangi bencana banjir dan tanah lonsor; 6) Guru menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat memahami materi mitigasi bencana dengan benar. 7) Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan mitigasi bencana di sekola. Ada beberapa kegiatan, antara lain: kerja bakti bersama untuk membersihkan sungai. Apalagi sekolah ini terletak dipinggir sungai yang bisa sewaktu-waktu tanah longsor maupun banjir.

Kurikulum mitigasi bencana di SD Baluwarti telah dibuat semenjak sekolah tersebut dicanangkan sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB). Selain dalam kurikulum, pengintegrasian mitigasi bencana juga terletak pada perangkat pembelajaran yang lain, antara lain: Silabus, RPP, materi, dan media pembelajaran.

Di SD N Bangunrejo 1 dan 2 pelaksanaan mitigasi bencana diintegrasikan dalam perangkat pembelajaran, antara lain: Silabus, RPP, materi, dan media pembelajaran.

Pembelajaran di luar kelas dengan cara belajar dan bermain, diminati oleh siswa. Siswa lebih dapat memamahi materi dan melaksanakan cara memitigasi bencana. Pengintegrasian materi mitigasi bencana juga dilakuakn dalam evaluasi pembelajaran. Siswa diberikan tugas terkait dengan kebencanaan baik secara tes tulis maupun praktek. Untuk tertulis, mereka mengerjakan sejumlah soal muatan IPA maupun Bahasa Indonesia yang soal tentang materi bencana baik alam maupun buatan. Evaluasi praktek dengan mereka mempraktekkan cara memitigasi bencana secara sederhana. pencegahan bencana dapat dilakukan dengan kontekstual yaitu dengan melibatkan alam sekitar siswa. Siswa dapat mengenal lebih dekat sungai dan bahaya yang ditimbulkan dari sungai tersebut. Dengan model pembelajaran langsung siswa akan lebih memahami cara penanggulangan bencana.

Kegiatan mitigasi bencana di sekolah terintegrasi ke dalam muatan pembelajaran. Mitigasi bencana terintegrasi dalam muatan pembelajaran yang dapat secara langsung dipelajari oleh siswa baik secara teori maupun praktek. Penanggulangan bencana dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai elemen yang ada di masyarakat. Warga sekolah dan masyarakat ikut dalam penanggulangan bencana yang ada di sekolah, sehingga bencana dapat dicegah.

Menurut Noor (2014) kegiatan mitigasi bertujuan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dan pengurangan risiko bencana untuk jangka waktu yang panjang, mengurangi jumlah korban, dan diterapkan semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak. Jika sudah ada wacana tentang mitigasi ini perlu adanya pendidikan kebencanaan yang dapat dilakukan di sekolah-sekolah. Sekali lagi, pentingnya penerapan pendidikan mitigasi bencana di sekolah perlu dilakukan sejak dini, guna memberikan pendalaman pengetahuan serta kesiapan terhadap tindakan-tindakan yang perlu dilakukan sebelum/pada saat terjadinya bencana alam yang tidak terduga untuk meminimalisir segala dampak yang akan terjadi.

Dengan demikian dapat menimbulkan kemampuan berpikir dan bertindak efektif saat terjadi bencana.

Senada dengan pendapat Desfandi (dalam Hayudityas, 2020:95) menyatakan bahwa dengan adanya pendidikan juga diharapkan berkembangnya karakter empati dan kerelaan membantu orang lain secara hati-hati.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2023

92

Tantangan dan inovasi dalam mewujudkan merdeka belajar di sekolah dasar berbasis ajaran KHD

Simpulan dan Saran

Sekolah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat pada saat kejadian bencana. Hal ini karena sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan bisa menjadi tempat yang tepat dalam menghasilkan generasi bangsa yang tanggap bencana. Penerapan mitigasi bencana dapat terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yakni dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu juga terdapat dalam kurikulum. Peran serta semua pihak, baik kepala sekolah, guru, siswa, dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam kegiatan mitigasi bencana di sekolah. Saran dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagi Siswa yakni pengetahuan mengenai mitigasi bencana dapat dilakukan secara inovatif dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. 2) Bagi Guru, perlunya pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan dengan mitigasi bencana yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan. 3) Bagi Sekolah, perlunya penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung mitigasi bencana.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta yang telah mendukung penelitian ini, sehingga menghasilkan artikel. Terima kasih juga kepada LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang telah mendukung penelitian ini dengan memberikan hibah, sehingga dapat menghasilkan artikel ini sebagai luaran penelitian.

Daftar Pustaka

Anonim. (2015). BNPB Adakah Pembekalan Fasilitator Daerah Sekolah/ Madrasah AmanBencana. www.bnpb.go.id. Diakses 3 Maret 2018.

Hayudityas, Beatrix. (2020). Pentingnya Penerapan Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah Untuk Mengetahui Kesiapsiagaan Peserta Didik. Jurnal Edukasia Nonformal. Vol. 1, No.

2. Diakses di https://ummaspul.eju-jurnal.id.

Maryani, E. (2010). Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama. GEA: Jurnal Pendidikan Geografi, Vol.10. Diakses di https://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1664.

Moleong. (2000). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Purwantoro, Suhadi. Kapan Pembelajaran Mitigasi Bencana akan Dilaksanakan?Staff.uny.ac.id.

Promonis, A. (et all). (1994). Mitigasi Bencana (Modul dalam Program Pelatihan Managemen.

Rachman, Maman. (1993). Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sigit, Agus. (2016). BPBD DIY Hanya Mampu Resminya 3 Sekolah Siaga Bencana Pertahun.

Kedaulatan Rakyat hlm 9.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisisa data dalam penelitian ini yaitu adanya bentuk mitigasi struktural bencana banjir dan mitigasi non struktural di Kelurahan Nusukan Kecamatan

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan Judul “ Mitigasi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana bentuk mitigasi non structural yang dilakukan siswa dalam mitigasi non structural bencana banjir di SMP

Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada saat pelaksanaan kurikulum pendidikan lingkungan hidup dan mitigasi bencana menunjukkan bahwa masih terdapat

Adapun rumusan strategi penanganan berbasis mitigasi bencana dihasilkan dari mitigasi struktur (fisik) – mitigasi non struktur (non fisik) yang berfungsi untuk mengurangi nilai

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa adanya kendala yang ditemukan BPBD dalam pelaksanaan Program Mitigasi Bencana (Sekolah Cerdas Bencana) dalam Aspek

Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah implementasi pendidikan mitigasi bencana alam gempa bumi dalam pembelajaran IPS SD terlaksana dengan baik

Adapun data yang pertama disajikan terkait dengan kebijakan- kebijakan mitigasi bencana Covid-19 yang telah dilakukan Pemerintah Kota Samarinda yaitu mengenai kepercayaan masyarakat