PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 175
PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DAN SIKAP TENTANG VAKSINASI HUMAN PAPILLOMAVIRUS
Rahel Abigael Putri Sabatini Simanjuntak1, Sony Sugiharto2 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta1,2 rahel.405190122@stu.untar.ac.id1 , marias@fk.untar.ac.id2
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the most common types of cancer that have a large number of cases in the world. In Indonesia, cervical cancer is the second-largest case in women. Human papillomavirus infection is the main etiology of cervical cancer, along with various other risk factors, including having sex at a young age, a history of sexually transmitted diseases and having several sex partners. One of the prevention steps for cervical cancer is HPV Vaccination. The purpose of this research is to find out whether there is a relation between knowledge about cervical cancer and attitude towards HPV vaccination. This research is an observational analytical study with Cross-Sectional design. The health education was carried out on female students from SMAN 3 Tangerang Regency and held online on February 4, 2022 using zoom application, attended by 100 respondents. Respondents filled out pre-test and post-test to determine knowledge about cervical cancer and attitude towards human papillomavirus vaccination. Statistical analysis paired T-test show that the mean scores of pre - test is 68,86 (SD = 10,04) and post - test is 82,44 (SD = 10,75). There is a mean difference increase to 13,58 points with a p-value 0,001 (p-value < 0,05). Changes in attitude increase from 22% to 44% with p-value 0,002.
There’s a significant relation between knowledge and attitude of the participants after health education with a p-value 0,001 (p-value <0,05) Thus there is a significant improvement in participant knowledge and attitude toward cervical cancer and HPV vaccination.
Keywords: , attitude, cervical cancer, female senior high school students, HPV vaccination, knowledge ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang memiliki kasus dalam jumlah yang cukup besar di dunia. Di Indonesia, kanker serviks berada di urutan ke-2 kanker terbanyak pada wanita. Infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab utama sebagian besar kasus kanker serviks.
Berbagai faktor risiko lainnya yaitu melakukan hubungan seksual pada usia yang masih muda, riwayat penyakit menular seksual, dan memiliki beberapa pasangan seks. Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi HPV. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan kanker serviks dan sikap tentang vaksinasi HPV. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Penyuluhan dilakukan terhadap siswi SMAN 3 Kabupaten Tangerang pada tanggal 4 Februari 2022 secara online melalui aplikasi zoom dan dihadiri oleh 100 responden.
Responden diminta mengisi pre-test dan post-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap terhadap kanker serviks dan vaksinasi HPV. Analisis statistik uji T berpasangan menunjukkan rerata nilai pre- test sebesar 68,86 (SD = 10,04) dan post-test adalah 82,44 (SD = 10,75). Terjadi peningkatan sebesar 13,58 poin dengan nilai p 0,001 (p-value < 0,05). Perubahan sikap didapatkan meningkatnya minat dan kesediaan untuk menerima vaksin HPV dari 22% menjadi 44% dengan nilai p 0,002. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Responden setelah penyuluhan didapatkan bermakna dengan nilai p 0,001 (p- value <0,05) dan jumlah responden yang berpengetahuan baik dan berminat untuk melakukan vaksinasi sebanyak 34 orang (34%). Pada penelitian ini didapatkan adanya peningkatan pengetahuan mengenai kanker serviks dan minat untuk menerima vaksinasi HPV setelah dilakukan penyuluhan.
Kata kunci: kanker serviks, pengetahuan, sikap, siswi SMA, vaksinasi HPV
PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang memiliki kasus dalam
jumlah yang cukup besar (Ellyzabeth, 2018). Berdasarkan data yang dilampirkan oleh organisasi kesehatan dunia, World Health Organization, pada tahun 2020,
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 176 kanker serviks berada pada posisi ke-4
sebagai kasus kanker terbanyak pada wanita dengan jumlah kasus sebanyak 6,5%
atau setara dengan 604.127 kasus (World Health Organization, 2020d). Melalui data WHO, juga terlihat bahwa benua Asia menyumbangkan lebih dari setengah kasus kanker serviks, yaitu sebanyak 351.720 kasus(World Health Organization, 2020a).
Kanker serviks juga merupakan kanker kedua terbanyak pada daerah Asia Tenggara dan menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak pada low and middle income countries(Shrestha et al., 2018).
Prevalensi kanker serviks di Indonesia menduduki posisi ke-2 sebagai kasus kanker yang paling banyak ditemui pada wanita dengan persentase sebesar 17,2%, atau setara dengan 36.633 kasus dan angka kematian sebesar 21.033 kasus (World Health Organization, 2020c). Tidak hanya dapat terjadi pada wanita yang berumur diatas 30 tahun, pada tahun 2020, ditemukan terdapat 600 kasus kanker serviks di Indonesia dengan kategori umur 15 sampai 29 tahun (World Health Organization, 2020b).
Infeksi virus berperan dalam 15-20%
kasus kanker pada manusia (Chan et al., 2019). Salah satunya adalah Human Papillomavirus atau HPV yang merupakan penyebab utama dari dari sebagian besar kasus kanker serviks (Chan et al., 2019), (Naz et al., 2018). Oleh karena eratnya hubungan infeksi HPV dengan kanker serviks, WHO merekomendasikan setiap negara untuk mencantumkan vaksinasi HPV di dalam jadwal imunisasi nasional.
Vaksinasi HPV sebagai salah satu langkah pencegahan terjadinya infeksi high-risk HPV, diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks di setiap negara (Ermiati & Widiasih, 2018; Sukmawati et al., 2016). Vaksinasi HPV direkomendasikan oleh WHO untuk diberikan pada wanita umur 9-14 tahun sebanyak 2 dosis atau sebanyak 3 dosis untuk wanita yang berumur lebih dari 15 tahun(Chan et al., 2019). Vaksinasi HPV disarankan untuk dilakukan pada wanita
berusia muda yang akan memasuki masa pubertas atau menstruasi karena dinilai lebih efektif(Susanto et al., 2020).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap seseorang setelah diberikan penyuluhan mengenai vaksinasi HPV, serta menilai apakah ada hubungan antara perubahan pengetahuan tersebut terhadap sikap mengenai vaksinasi HPV. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat semakin memahami mengenai pentingnya vaksinasi HPV serta menambah pengetahuan mengenai kanker serviks beserta faktor-faktor risiko yang terkait.
METODE
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa penelitian observasional analitik dengan desain cross- sectional. Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan pada bulan Februari 2022.
Sampel pada penelitian ini merupakan siswi SMAN 3 Kabupaten Tangerang Angkatan 2021/2022. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 sampel. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner “Hubungan Pengetahuan Kanker Serviks dan Sikap Tentang Vaksinasi Human Papillomavirus Sebelum dan Sesudah Penyuluhan”.
Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden.
Penelitian ini menggunakan uji T berpasangan dan Chi-Square dengan aplikasi SPSS.
HASIL
Pada penelitian ini, dari data karakteristik responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia 16 tahun (70%), diikuti dengan responden berusia 17 tahun (27%) dan 15 tahun (3%), 90%
responden beragama islam, sebagian besar
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 177 orang tua responden memiliki riwayat
pendidikan baik dengan jumlah 54% SMA, 10% D3 dan 25% S1. Dari data juga didapatkan penghasilan orangtua ≤ 4.000.000 sebanyak 37% dan penghasilan orangtua 4.000.000-5.000.000 sebanyak 38%, adat dan budaya terhadap vaksinasi didapatkan baik dengan kategori 64%
netral dan 34% sangat menganjurkan sebagaimana terlihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data Karakteristik Responden Variabel (N: 100) Jumlah % Usia
15 3 3
16 70 70
17 27 27
Agama
Buddha 1 1
Islam 90 90
Katolik 2 2
Kristen Protestan 7 7
Pendidikan Orangtua
SD 2 2
SMP 9 9
SMA 54 54
D3 10 10
S1 25 25
Penghasilan Orangtua
≤ 4.000.000 37 37
4.000.000 –
5.000.000
38 38
> 5.000.000 25 25
Adat/Budaya Terhadap Vaksinasi
Netral 64 64
Sangat Menganjurkan
34 34
Tidak Menganjurkan
2 2
Hasil penelitian mengenai pengetahuan kanker serviks pada penelitian ini didapatkan 54 responden (54%) memiliki pengetahuan kurang baik dan 46 responden (46%) memiliki pengetahuan
yang baik pada data pre-test (Tabel 2).
Peneliti melakukan penggolongan ini berdasarkan rerata yang didapat dari pre- test yaitu 68,86 (SD = 10,04) yang dianggap sebagai pengetahuan umum responden mengenai kanker serviks sebelum diberikannya penyuluhan. Nilai ini mengalami peningkatan sebanyak 13.58 poin sehingga rerata pengetahuan responden menjadi 82,44 (SD = 10,75) setelah penyuluhan dengan 19 responden (19%) berpengetahuan kurang baik dan 81 responden (81%) berpengetahuan baik (Tabel 2).
Tabel 2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Mengenai Kanker Serviks dan Vaksinasi
HPV Variabel
(N:100)
Jumlah Mean (SD) Mean Diffe rence
p- value Nilai Pre-
test
68,86 (10,04) 13,58 0,001 Kurang
Baik
54 (54%) Baik 46 (46%) Nilai
Post-test
82,44 (10,75) 0,001 Kurang
Baik
19 (19%) Baik 81 (81%)
Pada hasil penelitian ini didapatkan peningkatan sikap yaitu minat dan kesediaan dalam melakukan vaksinasi.
Sebanyak 44 responden (44%) berminat dan bersedia untuk melakukan vaksinasi, 5 responden (5%) tidak bersedia dan 51 responden (51%) masih ragu-ragu untuk menerima vaksinasi (Tabel 3).
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al di Ethiopia pada tahun 2021 dimana didapatkan 31,4% responden memiliki sikap yang positif, 65,5% responden memiliki sikap yang netral dan 3%
responden memiliki sikap yang negatif terhadap vaksinasi HPV (Biyazin et al., 2022). Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan kategori yang digunakan pada jawaban responden, namun secara umum dari kedua penelitian ini didapatkan sikap
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 178 terhadap vaksinasi HPV adalah penerimaan
yang baik
Tabel 3 Distribusi Data Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Vaksinasi HPV Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Penyuluhan Sebelum Sesudah p-
val ue Berminat dan bersedia
melakukan vaksinasi
Ya 22 (22%) 44 (44%)
0,00 2
Tidak 9 (9%) 5 (5%)
Ragu-ragu 69 (69%) 51 (51%) Penerimaan
vaksinasi dipengaruhi kehalalan dan keamanan vaksin walaupun pemerintah sudah menjamin vaksin halal dan aman
Ya 63 (63%) 63 (63%)
1,00 0 Tidak 37 (37%) 37 (37%) Keinginan mengikuti program
vaksinasi meningkat jika dibiayai oleh pemerintah
Ya 84 (84%) 92 (92%)
0,05 9
Tidak 16 (16%) 8 (8%)
Penerimaan vaksinasi dipersulit oleh perizinan orangtua
Ya 35 (35%) 34 (34%) 0,88
7
Tidak 65 (65%) 66 (66%)
Peneliti juga mendapatkan peningkatan keinginan mengikuti program vaksinasi jika dibiayai oleh pemerintah sebanyak 8% dimana sebelum penyuluhan didapatkan 84 responden (84%) dan
sesudah penyuluhan didapatkan 92 responden (92%) yang memiliki peningkatan minat (Tabel 3). Walaupun kedua hasil ini tidak bermakna secara statistik (p-value = 0,059) namun terlihat adanya peningkatan keinginan pada 92 responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khatiwada et al di Jakarta, Indonesia dimana didapatkan 228 responden (95,8%) akan mengikuti program vaksinasi HPV bila program tersebut diinisiasi oleh pemerintah(Khatiwada et al., 2021).
Secara keseluruhan, melalui penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan dapat berhubungan dengan sikap terhadap vaksinasi HPV siswi SMAN 3 Kabupaten Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari responden dengan berpengetahuan baik sebagian besar setuju dan ragu-ragu terhadap kesediaan untuk mendapatkan vaksinasi HPV, berbeda dengan responden dengan pengetahuan kurang baik dimana masih terdapat 5 responden dengan pengetahuan kurang baik yang tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi HPV .
Tabel 4. Pengetahuan Kanker Serviks dan Sikap Mengenai Vaksinasi HPV Sesudah Penyuluhan
Variabel (N:100)
Sikap Minat dan Kesediaan Mendapatkan Vaksinasi HPV Sesudah Penyuluhan
P- val ue
Ya Ragu-
ragu
Tidak Pengetahu
an Kurang Baik
10 (10%)
4 (4%) 5 (5%) 0,0 01
Baik 34
(34%)
47 (47%) 0 (0%) 0,0 01
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, mayoritas usia responden berusia 16 tahun sebanyak 70%, 17 tahun sebanyak 27% dan 15 tahun sebanyak 3%. Hal ini dikarenakan peneliti membatasi pengambilan data hanya pada siswi angkatan 2021. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al di Ethiopia pada tahun
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 179 2021, dimana didapatkan sumber populasi
penelitian juga merupakan siswi sekolah menengah atas dengan mayoritas usia 16- 20 tahun sebanyak 267 responden (72,9%) (Biyazin et al., 2022).Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endarti et al di Provinsi Yogyakarta, Indonesia pada tahun 2013-2014(Endarti et al., 2018).
Dalam penelitian ini tampak juga bahwa 90 responden (90%) beragama islam, 7 responden (7%) beragama kristen protestan, 2 responden (2%) beragama katolik dan 1 responden (1%) beragama buddha (Tabel 1). Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk indonesia beragama Islam, sebagaimana tercantum pada data kemendagri per bulan Juni 2021 dimana penduduk Indonesia beragama Islam terdapat sebanyak 86,88% (Dereje et al., 2021). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al pada tahun 2021, dimana mayoritas agama responden adalah beragama Islam sebanyak 131 responden (35,8%) (Biyazin et al., 2022). Namun penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan di Addis Ababa, Ethiopia oleh Dereje et al pada tahun 2021 dimana didapatkan mayoritas populasi beragama kristen sebanyak 362 responden (85,8%) (Dereje et al., 2021).
Data pendidikan orangtua responden yang didapatkan pada penelitian ini sebagian besar telah menyelesaikan sekolah menengah atas sebanyak 54 responden (54%) lalu dilanjutkan dengan S1 sebanyak 25 responden (25%) dan D3 sebanyak 10 responden (10%) (Tabel 1).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al di Ethiopia pada tahun 2021 dimana mayoritas pendidikan terakhir orangtua responden pada penelitian tersebut adalah Diploma dan Pendidikan Selanjutnya sebanyak 100 responden (27,3%) (Biyazin et al., 2022). Dalam penelitian ini, penghasilan orangtua dibedakan menjadi 3 golongan yaitu ≤ 4.000.000, 4.000.000- 5.000.000, dan > 5.000.000 dengan
mayoritas orangtua responden memiliki penghasilan sebanyak 4.000.000-5.000.000 adalah 38 responden (38%) (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endarti et al di Provinsi Yogyakarta, Indonesia pada tahun 2013- 2014. Dalam penelitian ini, mayoritas responden memiliki penghasilan orangtua sebanyak 2.000.000-5.000.000 adalah sebanyak 96 responden (52%)(Endarti et al., 2018). Namun, bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pembatasan penggolongan penghasilan tampak sedikit berbeda. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan UMR di setiap daerah pada tahun tersebut yang dijadikan acuan untuk menggolongkan penghasilan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh adat dan budaya terhadap penerimaan vaksinasi dimana 64 responden (64%) berada di posisi netral, 34 responden (34%) menjawab sangat menganjurkan, dan 2 responden (2%) menjawab tidak menganjurkan (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al di Jakarta pada tahun 2019 dimana adat dari setiap suku responden pada penelitian ini, mayoritas menganjurkan untuk menerima vaksinasi seperti pada suku jawa sebanyak 115 responden (39%), sunda sebanyak 27 responden (9,1%), betawi sebanyak 81 responden (27,4%)(Wijayanti et al., 2021).
Hasil penelitian mengenai pengetahuan kanker serviks pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al di Ethiopia pada tahun 2021, dimana didapatkan 193 responden (52,7%) memiliki pengetahuan yang baik dan 173 responden (47,3%) memiliki pengetahuan yang kurang baik(10). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah responden pada penelitian di Ethiopia yang mengambil sampel penelitian sebanyak 366 siswi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dereje et al di Addis Ababa, Ethiopia pada tahun 2021
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 180 dimana didapatkan 246 responden (58,3%)
berpengetahuan baik mengenai kanker serviks. Namun terdapat beberapa perbedaan yang mungkin mempengaruhi pengetahuan responden pada penelitian ini seperti rerata usia pada penelitian yang dilakukan oleh Dereje et al adalah responden dengan usia 30-60 tahun(Dereje et al., 2021).
Pada penelitian ini juga didapatkan adanya pengaruh perizinan orangtua dalam penerimaan vaksinasi HPV. Dari data didapatkan 35 responden (35%) merasa penerimaan vaksinasi dipersulit oleh perizinan orangtua, dan 65 responden (65%) merasa tidak dipersulit oleh perizinan orangtua. Pada penelitian yang dilakukan oleh Biyazin et al di ethiopia pada tahun 2021 bahwa dengan kategori sumber responden yang sama yaitu siswi sekolah menengah atas, 127 responden (34,7%) penelitian ini merasa keputusan penerimaan vaksin harus diputuskan oleh orangtua (Ellyzabeth Sukmawati et al., 2023; Pambudi et al., 2021). Hasil dari penelitian ini selanjutnya menunjukkan bahwa 63 responden (63%) masih memikirkan aspek kehalalan dan keamanan vaksin walaupun pemerintah sudah menyatakan bahwa vaksin halal dan aman, sedangkan 37 responden (37%) tidak terpengaruh oleh faktor tersebut.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khatiwada et al di Jakarta, Indonesia pada tahun 2019 dimana sikap terhadap penerimaan vaksin pada 67 responden (27%) masih terpengaruh adanya kepercayaan dimana vaksin mengandung substansi haram (mengandung babi) dan tidak natural sedangkan 117 responden (50%) menyatakan tidak ada batasan di lingkungan responden mengenai penerimaan vaksin HPV dan 56 responden (28%) tidak terlalu memperhatikan faktor ini. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sumber responden dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Khatiwada et al mayoritas adalah mahasiswa fakultas kedokteran sebanyak 237 responden
(54,9%) dan mahasiswa fakultas ilmu keperawatan sebanyak 119 responden (27,5%) dimana kedua kelompok ini lebih memahami ilmu kesehatan salah satunya adalah vaksinasi HPV sebagai suatu langkah pencegahan terjadinya kanker serviks(Khatiwada et al., 2021).
KESIMPULAN
Adanya peningkatan pengetahuan mengenai kanker serviks dari 46 responden (46%) menjadi 81 responden (81%) berpengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan dan didapatkan adanya peningkatan rerata sebanyak 13,58 poin (p- value = 0,001) dimana hasil ini didapatkan bermakna. Didapatkan juga adanya perubahan perubahan sikap tentang vaksinasi HPV, sebelum penyuluhan yang bersedia melakukan vaksinasi dari 22 responden (22%) menjadi 44 responden (44%) (p-value = 0,002) dan secara keseluruhan, melalui penelitian ini didapatkan Ada hubungan meningkatnya pengetahuan kanker serviks dengan sikap menerima vaksinasi HPV pada siswi SMAN 3 Kabupaten Tangerang. Kelompok responden dengan pengetahuan baik 34 responden (34%) berminat dan bersedia untuk mendapatkan vaksinasi HPV, 47 responden (47%) masih ragu-ragu, sedangkan pada kelompok responden dengan pengetahuan kurang baik, didapatkan 10 responden (10%) berminat dan bersedia untuk mendapatkan vaksinasi HPV, 4 responden (4%) masih ragu-ragu dan 5 responden (5%) tidak minat dan tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi HPV.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan setiap pihak selama pengerjaan penelitian ini, kepada Kepala Sekolah SMAN 3 Kabupaten Tangerang beserta jajarannya yang menyediakan tempat dan waktu bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 181 Peneliti juga berterimakasih kepada
responden-responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
DAFTAR PUSTAKA
Biyazin, T., Yilma, A., Yetwale, A., Fenta, B., & Dagnaw, Y. (2022). Knowledge and attitude about human papillomavirus vaccine among female high school students at Jimma town, Ethiopia. Human Vaccines and Immunotherapeutics, 18(1).
https://doi.org/10.1080/21645515.2022 .2036522
Chan, C. K., Aimagambetova, G., Ukybassova, T., Kongrtay, K., &
Azizan, A. (2019). Human Papillomavirus Infection and Cervical Cancer: Epidemiology, Screening, and Vaccination - Review of Current Perspectives. Journal of Oncology, 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/3257939 Dereje, N., Ashenafi, A., Abera, A.,
Melaku, E., Yirgashewa, K., Yitna, M., Shewaye, S., Fasil, T., & Yoseph, Y.
(2021). Knowledge and acceptance of HPV vaccination and its associated factors among parents of daughters in Addis Ababa, Ethiopia: a community- based cross-sectional study. Infectious Agents and Cancer, 16(1).
https://doi.org/10.1186/s13027-021- 00399-8
Ellyzabeth, S. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Servik Terhadap Peningkatan Motivasi Untuk Mencegah Kanker Servik. GLOBAL HEALTH SCIENCE Vol. 3 No. 1 ISSN 2503-5088, 3(1).
Ellyzabeth Sukmawati, Norif Didik Nur Imanah, & Dahlia Arief Rantauni.
(2023). PENGETAHUAN IBU TENTANG VAKSIN COVID-19 DENGAN MOTIVASI IBU UNTUK MEMBERIKAN VAKSIN PADA
ANAK YANG DI SEKOLAH
DASAR. Forikes: Forum Ilmiah
Kesehatan, 13. http://forikes- ejournal.com/ojs-
2.4.6/index.php/SF/article/view/2361 Endarti, D., Satibi, Kristina, S. A., Farida,
M. A., Rahmawanti, Y., & Andriani, T.
(2018). Knowledge, perception, and acceptance of HPV vaccination and screening for cervical cancer among women in Yogyakarta Province, Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 19(4), 1105–1111.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2018.
19.4.1105
Ermiati, & Widiasih, R. (2018). Upaya Promosi dan Preventif Kesehatan Reproduksi Wanita oleh Petugas Kesehatan. Idea Nursing Journal, IX(1).
Khatiwada, M., Kartasasmita, C., Mediani, H. S., Delprat, C., Van Hal, G., &
Dochez, C. (2021). Knowledge, Attitude and Acceptability of the Human Papilloma Virus Vaccine and Vaccination Among University Students in Indonesia. Frontiers in
Public Health, 9.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.616 456
Naz, M. S. G., Kariman, N., Ebadi, A., Ozgoli, G., Ghasemi, V., & Fakari, F.
R. (2018). Educational interventions for cervical cancer screening behavior of women: A systematic review. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention,
19(4), 875–884.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2018.
19.4.875
Pambudi, W., Nataprawira, S. M. ., Atzmardina, Z., & Regina, S. (2021).
PROFIL CAPAIAN IMUNISASI DASAR ATAU LANJUTAN PADA BADUTA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19. Jurnal Muara Medika Dan Psikologi Klinis, 1(1).
https://doi.org/10.24912/jmmpk.v1i1.1 2054
Shrestha, A. D., Neupane, D., Vedsted, P.,
& Kallestrup, P. (2018). Cervical cancer prevalence, incidence and mortality in low and middle income
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 182 countries: A systematic review. Asian
Pacific Journal of Cancer Prevention,
19(2), 319–324.
https://doi.org/10.22034/APJCP.2018.
19.2.319
Sukmawati, E., Imah, N. D. N., &
Sulistyoningrum, I. (2016). pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche pada siswi kelas V dan VI. 2- TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, VI(4).
Susanto, T., Rif’ah, E. N., Susumaningrum, L. A., Rahmawati, I., Yunanto, R. A., Evayanti, N. L. P., & Utami, P. A. S.
(2020). Human papillomavirus vaccine acceptability among healthcare workers, parents, and adolescent pupils:
A pilot study in public health centers of Bali, Indonesia. Germs, 10(3), 184–
194.
https://doi.org/10.18683/germs.2020.1 204
Wijayanti, K. E., Schütze, H., & MacPhail, C. (2021). Parents’ attitudes, beliefs and uptake of the school-based human papillomavirus (HPV) vaccination program in Jakarta, Indonesia – A quantitative study. Preventive Medicine
Reports, 24.
https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2021.1 01651
World Health Organization. (2020a). Asia Globocan Cervical Cancer.
World Health Organization. (2020b).
Indonesia Age 15 Until 29 Globocan Cervical Cancer.
World Health Organization. (2020c).
Indonesia Globocan Cervical Cancer.
World Health Organization. (2020d).
Worldwide Globocan Cervical Cancer.