• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pola Pengembangan Kewirausahaan Di Universitas Di Daerah Istimewa Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Pola Pengembangan Kewirausahaan Di Universitas Di Daerah Istimewa Yogyakarta"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Pengembangan Kewirausahaan Di Universitas Di Daerah Istimewa Yogyakarta

Rheyza Virgiawan

Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Islam Indonesia [email protected]

Abstrak: Tingkat wirausahawan di Indonesia juga tergolong masih sangat rendah. Rendahnya serapan dunia kerja terhadap lulusan universitas ini (Kurniasari & Putra, 2018) dapat disebabkan oleh rendahnya kompetensi lulusan maupun kesesuaian keahlian terhadap dunia kerja. Penelitian ini merupakan studi empiris, yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menjelaskan mengenai Pengembangan Kewirausahaan di Universitas di DI Yogyakarta.

penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengembangan kewirausahaan di Universitas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengembangan kewirausahaan ini dilakukan pada universitas yang mempunyai inkubator bisnis sebagai salah satu instrument pengembangan kewirausahaan di universitas. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui peran inkubator bisnis dalam pengembangan kewirausahaan di Universitas. Hasil dari penelitian ini adalah pola pengembangan kewirausahaan di universitas dapat digolongkan kedalam 4 hal yaitu:

Program Peningkatan Literasi Kewirausahaan, pengembangan berbasis kurikulum, konversi kampus merdeka, dan inkubator bisnis. Beberapa dimensi pengembangan kewirausahaan melalui inkubator bisnis diantaranya : Program inkubasi bisnis, layanan dan sarana, pengawasanan dan evaluasi, dan dampak program inkubasi.

Kata Kunci: Pengembangan Kewirausahaan, Inkubator bisnis, Kampus Merdeka.

Abstract: The level of entrepreneurs in Indonesia is also still very low. The low absorption of the world of work for university graduates (Kurniasari & Putra, 2018) quiet be caused by the low competence of graduates and the suitability of skills for the world of work. This research is an empirical study using a qualitative descriptive approach to explain Entrepreneurship Development at Universities in DI Yogyakarta. The purpose of this research is to find out the pattern of entrepreneurship development at the Special Region of Yogyakarta University. This study aims to determine the pattern of entrepreneurship development carried out at universities that have business incubators as an instrument for entrepreneurship development at universities. This study also aims to assess the role of business incubators in developing entrepreneurship in universities. The results of this study are that the pattern of entrepreneurship development at universities can be classified into four things: Entrepreneurial Literacy Improvement Programs, curriculum-based development, independent campus conversion, and business incubators. Several dimensions of entrepreneurship development through business incubators include Business incubation programs, services and facilities, monitoring and evaluation, and the impact of incubation programs.

Keywords: Entrepreneurship Development, Business Incubator, Kampus Merdeka.

1. PENDAHULUAN

Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih terbilang cukup tinggi, yaitu sekitar 7,07%.

Tenaga kerja kita di Indonesia masih di dominasi oleh lulusan SD ke bawah yaitu sebanyak 38,89%

sedangkan pekerja dengan lulusan diploma maupun universitas hanya sebesar 12,33% (BPS, 2019).

Tingkat pengangguran Terbuka yang berasal dari lulusan diploma mupun universitas ini mengalami kenaikan sebesar 3,84% dari tahun sebelumnya. Hal ini tentulah bukan sebuah berita baik.

(2)

Disisi lain, Tingkat wirausahawan di Indonesia juga tergolong masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari data yang dirilis oleh Global Entrepreneurship Index (GEI) pada tahun 2019, yang menyatakan Indonesia hanya memiliki skor 26%

wirausahawan dari berbagai bidang pekerjaan, data tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke 75

Rendahnya serapan dunia kerja terhadap lulusan universitas ini (Kurniasari & Putra, 2018) dapat disebabkan oleh rendahnya kompetensi lulusan maupun kesesuaian keahlian terhadap dunia kerja.

Jika melihat tingginya antusiasme millennial terhadap dunia kewirausahaan seharusnya hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong para millennial agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam dunia kewirausahaan.

Namun rendahnya pengetahuan para lulusan universitas dalam membuka lapangan pekerjaan baru akhirnya membuat mayoritas dari mereka masih menjadikan pegawai negeri ataupun karyawan swasta sebagai alternatif favorit walaupun hal tersebut terbilang jauh dari kompetensi mereka di universitas.

Imbasnya mereka akhirnya Kembali menjadi penyumbang pada naiknya angka TPT di Indonesia (Sardiana et al., 2015).

Pengembangan skill kewirausahaan menjadi suatu yang penting bagi para lulusan tersebut agar

dari 137 negara yang masuk kedalam survey (GEI Report, 2019). Walaupun telah mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun sebelumnya, hal ini sebenarnya dapat dikatakan belum terlalu baik jika melihat antuisas para millennial Indonesia yang memiliki semangat yang cukup tinggi dalam bidang kewirausahaan. (Dirjen Pendidikan Tinggi, 2020)

tidak terus menjadi penyumbang pada angka TPT.

Beberapa upaya memang telah dibuat untuk mendorong pengembangan skill kewirausahaan pada level universitas salah satunya adalah pembentukan incubator bisnis melalui Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor 81.2/kep/M.KUKM/VIII/2002 (Budianto et al., 2019), ini merupakan upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan kewirausahaan melalui inkubator bisnis (Lutfiani et al., 2020) (ARIFIN & Muslim, 2020) (Baharuddin, 2021)

Namun upaya tersebut bukanlah tanpa kendala, beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program program kewirausahaan di perguruan tinggi juga menjadi salah satu penghambat dalam kesuksesan upaya upaya tersebut. Diantara beberapa permasalahan itu antara lain : kurang optimalnya pelaksanaan program kewirausahaan yang ada di perguruan tinggi, juga kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk pengembangan Tabel 1. Biggest Gains in GEI Score

Sumber: (GEI Report, 2019)

(3)

kewirausahaan, serta ketersediaan dosen yang berkompeten dalam urusan kewirausahaan (Wiratno, 2012)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengembangan kewirausahaan di Universitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Pola pengembangan kewirausahaan ini dilakukan pada universitas yang mempunyai inkubator bisnis sebagai salah satu in- strument pengembangan kewirausahaan di universi- tas. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui peran inkubator bisnis dalam pengembangan kewirausahaan di Universitas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan kesimpulan bagi uni- versitas lain dalam mengembangkan kewirausahaan di institusi mereka masing-masing.

2. LANDASAN TEORI 2.1 Kewirausahaan

Beberapa ilmuwan mendefinisikan kewirausahaan sebagai sebuah disiplin ilmu, dan layaknya ilmu-ilmu yang lain, kewirausahaan juga dapat dipelajari dan diajrkan (Hidayat & Andri, 2017).

Menurut (Alimudin, 2015) Kewirausahaan merupakan sebuah proses pembelajaran dalam membentuk karakter mahasiswa diantaranya mengambil risiko, melihat kesempatan di masa depan dan membuat inovasi produk yang mempunyai nilai khusus dan cirikhas yang membedakannya dengan produk produk lain.

Kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai jiwa, semangat, sikap, perilaku, dan potensi kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar (Subijanto, 2012).

Maka dapat dikatakan bahwa kewirausahaan adalah bentuk kreatifitas dan inovasi yang dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi dalam menciptakan sebuah nilai tambah bagi pribadinya maupun bagi orang lain sehingga dapat mendatangkan kemashalahatan. (Wiratno et al., n.d.) Maka tidaklah berlebihan jika menyebutkan bahwa kewirausahaan dapat membentuk sikap ataupun kepribadian(attitude), pengembangan keterampilan (skill), dan pengetahuan tambahan (knowledge). Dengan kata lain, kewirausahaan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk terus dikembangkan baik dengan pendidikan ataupun pelatihan dengan cara terjun langsung untuk mendapatkan pengalaman, tantangan, dan keberanian dalam mengambil resiko dalam bekerja dan/atau menciptakan pekerjaan

Krisis ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19 memaksa pembuat kebijakan untuk merancang langkah-langkah untuk menghindari dampak negatif pandemi terhadap lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang terjadi pada krisis sebelumnya, mereka bertindak untuk merangsang faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan. Literatur khusus menganggap kewirausahaan sebagai salah satu faktor yang akan merangsang pertumbuhan (Galindo-Martín et al., 2021).

Kemampuan wirausaha merupakan sesuatu yang penting karena hal tersebut dapat membantu dalam membentuk kerangka kerja untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana sebuah aktifitas wirausaha itu dapat memanfaatkan dan memaksimalkan sumberdaya (Gümüsay & Bohné, 2018).

2.2 Pengembangan Kewirausahaan

Dalam dunia Pendidikan, kewirausahaan menjadi salah satu aspek yang banyak mendapatkan perhatian untuk dikembangkan (Ilyas et al., 2018), kewirausahaan ini juga menjadi semacam angin segar bagi beberapa kelompok masyarakat untuk dapat membantu mengembangkan UMKM ditengah

(4)

masyarkat (Susila, 2010). Tidak hanya dimasyarakat umum, dalam dunia perguruan tinggi, kewirausahaan juga terus dikembangkan dalam berbagai bentuk usaha.(Pajarianto et al., 2020). Setidaknya terdapat 6 jenis motivasi dalam mengembangkan kewirausahaan:

(1) dimensi personal, yakni untuk mendapatkan penghargaan (need for achievement), kecenderungan untuk meraih kebebasan (need for independence) dan kecenderungan akan harta (desire for wealth);

(2) hubungan antara motivasi dan ilmu pengetahuan (scientific), perkembangan ilmu pengetahuan menjadi prioritas seorang ilmuwan dalam mengembangkan karir mereka;

(3) Hubungan motivasi terhadap kesempatan (opportunity);

(4) keterkaitan motivasi dengan keadaan sumber daya (resource);

(5) keterkaitan motivasi dengan inkubator organisasi (incubator organization); dan (6) keterkaitan motivasi dengan jaringan sosial

(social network) (Pajarianto et al., 2020).

Menurut (Gümüsay & Bohné, 2018), dalam berbagai literatur seputar kewirausahaan terdapat 2 perspektif dalam mengembangkan kompetensi kewirausahaan, yaitu individual perspective dan contextual perpective. Namun menurutnya, kedua pendekatan ini gagal dalam menjelaskan secara empiris dan konseptual bagaimana perspektif individu maupun kontekstual secara Bersama-sama mempengaruhi perkembangan sebuah usaha.

a. Program Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Beberapa pembekalan program Kewirausahaan yang dapat dilakukan di perguruan tinggi dalam mempersiapkan para lulusannya sebagai calon wirausaha baru sebagai berikut.

Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K)

Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) merupakan program kreativitas mahasiswa dalam menciptakan aktivitas usaha. Tim mahasiswa harus melakukan analisis adanya kebutuhan dan peluang pasar, untuk selanjutnya membuat kreativitas (komoditas) usaha dalam rangka menyediakan kebutuhan pasar tersebut. Komoditas usaha PKM-K dapat berupa barang atau jasa yang merupakan karya kreativitas yang menunjukkan kepakaran tim mahasiswa. Pelaku utama dalam berwirausaha ini adalah tim mahasiswa, bukan masyarakat, ataupun mitra lainnya.PKM-K tidak semata-mata berorientasi pada laba (profit), akan tetapi lebih mengutamakan pada kreativitas produk dan aktivitas usaha. (kemendikbud, 2021)

Tujuan PKM-K adalah memotivasi dan membuka peluang bagi mahasiswa untuk menghasilkan karya kreatif, inovatif sebagai bekal berwirausaha sebelum atau setelah menyelesaikan studi. PKM-K diharapkan dapat menjadi cikal bakal kemunculan produk usaha di Indonesia sebagai karya mandiri bangsa. Dimasa pandemic covid-19 ini, pola pelaksanaan PKM-K mengalami penyesuaian dengan harus tetap memperhatikan protokol Kesehatan. Dimasa pandemic ini, PKM-K dilaksankan dengan metode “blended” yang menggabungkan tiga metode, yaitu virtual-digital, online dan offline.

Kegiatan Wirausaha

Kebijakan Kampus Merdeka mendorong pengembangan minat wirausaha mahasiswa dengan program kegiatan belajar yang sesuai. Tujuan program kegiatan wirausaha antara lain:

1) Memberikan mahasiswa yang memiliki minat berwirausaha untuk mengembangkan usahanya lebih dini dan terbimbing.

2) Menangani permasalahan pengangguran yang

menghasilkan pengangguran intelektual dari

kalangan sarjana.

(5)

Kegiatan pembelajaran dalam bentuk wirausaha baik yang belum maupun sudah ditetapkan dalam kurikulum program studi. Persyaratan diatur dalam pedoman akademik yang dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi (Dirjen Pendidikan Tinggi, 2020).

2.3 Inkubator Bisnis

Inkubator bisnis dapat diartikan sebagai sebuah proses yang terorganisis dalam membantu menumbuhkan dan mengembangkan sebuah usaha rintisan yang diajukan oleh peserta dengan menawarkan layanan-layanan yang integrative dan komperhensif (Nurfiantara et al., 2020).

Implementasi model inkubator bisnis dapat menjadi dua kategori menurut keputusan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia nomor 81.2/kep/M.KUKM/VIII/

2002 adalah:

1. In wall adalah inkubasi dengan cara pengusaha kecil yang sedang dibina dikonsentrasikan di dalam suatu gedung atau kawasan tertentu dan manajemen inkubator menyediakan berbagai pelayanan penyewaan tempat dan konsultasi manajemen.

2. Out wall adalah inkubasi dengan cara pengusaha kecil atau calon pengusaha baru yang sedang di bina tidak ditempatkan di dalam satu gedung atau kawasan yang dikelola Tim manajemen inkubator bisnis, tetapi berada di tempat usahanya masing- masing dan tetap aktif mengikuti tahap-tahap pembinaan secara terprogram dan berkelanjutan.

Menurut Tontowi (2004), Industrial Incubator Based Learning (IIBL) adalah wadah atau media pembelajaran yang terkondisi dengan atmosfir industri saat ini. Proses pembelajaran berbasis inkubator menawarkan sebuah model pembelajaran yang memadukan antara perkuliahan tatap muka (30%) dan kerja mandiri dengan pendampingan (70%). (Kurniasari & Putra, 2018). Kemenristekdikti telah memperkuat kelembagaan dengan membentuk 85 Inkubator Bisnis dan Teknologi di seluruh Indonesia.

Inkubator bisnis mahasiswa merupakan unit organisasi yang menyediakan sarana dan prasarana serta pelayanan terpadu dalam mengembangkan wirausaha baru agar berkembang menjadi pengusaha tangguhdan mandiri. Dengan demikian diharapkan Inkubator bisnis mahasiswa mempunyai peran dalam mendorong laju pertumbuhan dan kemajuan ekonomi regional maupun nasional untuk mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.

Hendarman (2011) menyatakan bahwa Pro- gram Pembinaan Wirausaha Mahasiswa dapat membuka wawasan, kemampuan dan sikap mahasiswa dalam bewirausaha, serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat (Budiyanto et al., 2017).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi empiris, yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menjelaskan mengenai Pengembangan Kewirausahaan di Universitas di DI Yogyakarta.

Analisis dilakukan terhadap jawaban responden mengenai pengembangan kewirausahaan di lingkungan universitas yang dilakukan oleh para stakeholders.

Sample penelitian ini adalah universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki unit inkubator bisnis yang berjumlah 4 universitas, berdasarkan data dari ristekbrin berjumlah 4 universitas, yaitu:

1) Universitas Gajah Mada (PT Gama Multi Usaha Mandiri)

2) Universitas Islam Indonesia (Ibisma UII) 3) Universitas Negeri Yogyakarta (Inkubator

Bisnis LPPM UNY)

4) Universitas Amikom Yogyakarta (Inkubator Amikom Business Park)

(6)

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pengembangan Kewirausahaan di Universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta Pengembangan kewirausahaan meruapkan program yang ditawarkan di berbagai universitas di Indonesia yang berfokus pada pengajaran keterampilan dan pengetahuan kepada siswa yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan bisnis yang sukses. Program ini biasanya mencakup kursus dalam manajemen bisnis, keuangan, pemasaran, dan mata pelajaran terkait lainnya, serta peluang bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung melalui magang dan pengalaman belajar praktis lainnya. Lulusan program dipersiapkan dengan baik untuk menjadi pengusaha atau mengambil peran kepemimpinan dalam bisnis yang ada.

Berdasarkan hasil penelusuran kami kepada para responden wawancara, terdapat beberapa bentuk pengembangan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh universitas. Beberapa bentuk tersebut diantaranya:

a. Program Peningkatan Literasi Kewirausahaan Beberapa universitas mengadakan berbagai kegiatan guna meningkatkan literasi kewirausahaan bagi para mahasiswanya.

pelaksanaan kegiatan ini pun beragam diantara perguruan tinggi, ada yang terlaksana secara rutin dalam sebuah program tertentu, ada juga yang terlaksana secara insidental dengan melihat situasi dan kondisi yang berada di perguruan tinggi tersebut.

Universitas amikom mempunyai program yang mereka sebut dengan Ekosistem Builder yang meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadi seorang pengusaha (wawancara). Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan berbagai perusahaan swasta seperti tiket.com dan bukalapak. Kehadiran CEO dari perusahaan nasional tersebut dipercayai dapat meningkatkan motivasi para mahasiswa dalam berwirausaha.

Bentuk program yang hampir serupa juga dilaksanakan oleh UII melalui IBISMA. IBISMA secara rutin mengadakan program-program peningkatan literasi kewirausahaan yang diperuntukkan untuk seluruh mahasiswa guna meningkatkan minat dan literasi mahasiswa seputar kewirausahaan.

b. Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Kurikulum

Lain halnya dengan UGM, di UGM program- program peningkatan kewirausahaan banyak bersinergi kedalam kurikulum universitas, khususnya melalui mata kuliah kewirausahaan.

Selain melalui mata kuliah, pengembangan kewirausahaan kedalam kurikulum juga dilakukan dengan berkoordinasi kepada pro gram studi yang ada dalam sebuah institusi tersebut dalam rangka implementasi aktifitas- aktifitas kewirausahaan kedalam kurikulum yang diterapkan oleh program studi tersebut.

c. Konversi Kampus Merdeka

Hadirnya kurikulum merdeka belajar di tingkat perguruan tinggi memang menjadi salah satu akselerator dalam peningkatan kewirausaan.

Merdeka belajar kampus merdeka yang digagas oleh Kemendikbud memungkinkan para mahasiswa untuk mengkonversi kegiatan- kegiatan kewirausahaan ke dalam kurikulum padaprogram studi tertentu.

Selain itu, keuntungan lain dari gagasan merdeka belajar kampus merdeka adalah hadirnya pola penjaluran tugas akhir yang beragam. Salah satunya adalah tugas akhir perintisan/

pengembangan bisnis seperti yang terdapat pada beberapa program studi di Universitas Islam Indonesia.

c. Inkubator Bisnis

Inkubator bisnis dapat diartikan sebagai sebuah proses yang terorganisis dalam membantu menumbuhkan dan mengembangkan sebuah usaha rintisan yang diajukan oleh peserta dengan menawarkan layanan-layanan yang integrative

(7)

dan komperhensif. Hadirnya inkubator bisnis pada universitas memberikan ragam kegiatan pengembangan kewirausahaan pada universitas tersebut. Inkubator bisnis berperan sebagai unit yangmembantu universitas dalam mengembangkan kewirausahaan kepada bisnis rintisan kepada para tenantnya. Ragam kegiatan ini ada yang bersifat umum yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa universitas tersebut, ada juga yang sifatnya khusus bagi para tenant yang berstatus sebagai anggota . 0 pada inkubator bisnis.

Hadirnya inkubator bisnis juga memberikan banyak alternatif dalam menghadirkan program-program baru dalam pengembangan kewirausahaan. Dalam hal ini inkubator bisnis dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain seperti UMKM ataupun pemerintah dan mengajak mahasiswa untuk turut berpartisipasi pada program-program tersebut. hal ini terbukti dari banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh universitas yang dalam hal ini dilaksanakan oleh inkubator bisnis dengan bekerjasama dengan pihak industry ataupun pemerintahan.

2. Peran Inkubator Bisnis Dalam Pengembangan Kewirausahaan di Universitas

Peran inkubator bisnis dalam pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi sangat penting karena menyediakan lingkungan yang mendukung bagi para mahasiswa untuk mengembangkan bisnisnya. Inkubator menyediakan berbagai fasilitas baik fisik ataupun non fisik kepada para mahasiswa untuk bekerja, memungkinkan mereka untuk fokus pada pengembangan bisnis.

Selain itu, peran inkubator bisnis dalam dunia universitas adalah sebagai penghubung kesenjangan antara akademisi dan dunia bisnis.

Inkubator bisnis menyediakan platform bagi peneliti, mahasiswa, dan fakultas untuk mengkomersialkan ide-ide mereka dan membawanya ke pasar. Inkubator juga memupuk

kolaborasi antara pengusaha dan institusi akademik, yang dapat mengarah pada kemitraan yang saling menguntungkan dan peluang untuk inovasi.

Jenis Kegiatan Inkubasi

Inkubator bisnis memainkan peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dengan menyediakan sumber daya, dukungan, dan lingkungan yang diperlukan agar startup tahap awal tumbuh dan sukses. Dalam mengembangkan kewirausahaan di universitas, inkubator juga merancang berbagai jenis kegiatan diantaranya:

a. Inkubasi Mandiri

Kegiatan ini diperuntukkan kepada para tentant inkubator yang secara kapasitas dan kualitas sudah cukup bisa untuk mengembangkan bisnisnya sendiri. dalam hal ini inkubator memiliki 3 peranan yaitu sebagai talent pool, ekosistem builder, dan juga sebagai akseletaror pertumbuhan start-up.

b. Pra Inkubasi

Kegiatan ini sebagai salah satu gerbang awal bagi para calon tenant yang akan bergabung kedalam inkubator bisnis. Tujuannya adalah mempersiapkan para calon tenant dalam mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam inkubator.

Jenis kegiatan yang ada didalamnya juga sangat beragam diantaranya sosialisasi, design thinking, menemukan ide atau model bisnis, panduan penyusunan proposal, metode rekruitmen dan mar keting.

c. Inkubasi Bisnis

Kegiatan ini merupakan kegiatan inti dari masing- masing inkubator yang ada di setiap universitas.

Inkubasi dilakukan kepada tenant yang secara resmi bergabung Bersama inkubator bisnis. Pada tahap ini juga para tenant tersebut akan diberikan beragam kegiatan dan materi untuk pengembangan bisnis mereka masing-masing.

(8)

Seara umum berbagai kegiatan inkubasi dapat dikelompokkan kedalam 3 hal, yaitu pendampingan, pelatihan dan konsultasi, diantara beragam kegiatan tersebut adalah pelatihan pengembangan produk, penyusunan legalitas, picthing Bersama calon investor, penyusunan laporan keuangan, pengembangan metode pemasaran, pendanaan, dan perluasan jaringan.

d. Pasca Inkubasi

Beberapa inkubator mempunyai program pasca inkubasi seperti LPPM UNY dan Ibisma UII.

Program ini diperuntukkan kepada para tenant inkubator yang telah selesai masa inkubasinya bersama inkubator. Diantara beberapa kegiatannya adalah pelepasan tenant, peluasan jaringan, dan peningkatan daya saing.

Fasilitas dan Layanan Inkubator Bisnis

Dalam mengembangkan kewirausahaan di universitas, inkubator juga menyediakan berbagai fasilitas dan layanan yang berperan penting dalam membantu para tenant tumbuh dan sukses di tahap awal. Layanan yang diberikan Inkubator Bisnis kepada para tenant menurut Kementerian KUKM meliputi lingkup 7S (Hasbullah et al., 2015), yaitu:

space, shared, sercives, support, skill development, seed capital, and synergy.

Berdasarkan hasil wawancara kami, beragam fasilitas-fasilitas tersebut dapat dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu fisik dan non-fisik.

a. Fisik

Secara umum, inkubator menyediakan ruangan fisik untuk para tenant yang dapat digunakan oleh para tenant dalam pengembangan bisnis mereka.

Bentuk ruangan yang disediakan juga berbeda- beda, seperti working-space, akses internet dan telepon, ruang produksi dll. Namun tidak hanya sebatas itu, di inkubator bisnis PT Gama Multi Usaha Mandiri UGM bahkan menyediakan lahan pertanian bagi para tenantnya yang bergerak dibidang agrobisnis, atau bagi para tenant bisnis

teknologi start up mereka menyediakan pendamping atau mentor dari anak perusahaan yang mereka miliki.

b. Non Fisik

Salah satu bentuk fasilitas non-fisik yang disediakan oleh inkubator diantaranya akses informasi ke berbagai pendanaan baik dari dalam maupun luar universitas, akses informasi kepada para mentor, program-program pendampingan dan Kerjasama. Pengembangan akses jejaring kepada berbagai komunitas bisnis.

Monitoring dan Evaluasi Inkubator Bisnis Dalam perjalanannya peran inkubator dalam mengembangkan kewirausahaan di universitas tidak hanya sebatas merancang kegiatan-kegiatan ataupun menyediakan berbagai fasilitas bagi para tenant.

Namun inkubator juga harus memastikan bahwa proses inkubasi yang mereka jalankan dapat berhasil dan berjalan dengan baik. Maka dalam hal ini pengawasan kepada masing-masing program haruslah berjalan dengan baik.

Pengawasan yang dilakukan oleh inkubator kepada perkembangan tenantnya dapat membantu memastikan keberhasilan proses inkubasi yang dilaksanakan. Bentuk pengawasan yang dilakukan diantaranya:

a. Monitoring Berkala

Sebagai bentuk pengawasan kepada proses inkubasi bisnis yang dijalankan, inkubator melaksanakan monitoring secara berkala kepada perkembangan masing-masing tenantnya. Jangka waktu monitoring ini ada yang sifatnya mingguan seperti di IBISMA UII, ada juga yang sifatnya bulanan, baik 1 bulan sekali ataupun 2 bulan.

Pengawasan ini dilakukan langsung oleh pihak inkubator sebagai penanggungjawab program inkubasi kepada para tenant.

Pengawasan ini dilakukan dengan berbagai metode, seperti media online baik zoom ataupun whatsapp group, ada juga dalam bentuk pengisian log book.

(9)

b. Penugasan

Bentuk pengawasan lain dari pihak inkubator kepada tenant yaitu penugasan. Penugasan ini bertujuan agar memastikan para tenant telah memahami dan melakukan berbagai target yang telah ditetapkan oleh inkubator. Di ABP Amikom penugasan ini berbentuk pembuatan business plan, atau action plan, yang akan terus dimonitor oleh inkubator.

Di IBISMA UII dan inkubator bisnis PT Gama Multi Usaha Mandiri UGM, masing-masing tenant ditugaskan untuk membuat capaian target masing masing yang akan dievaluasi dan dikawal terus oleh inkubator. Evaluasi yang dilakukan akan berdasarkan dokumen yang tertulis pada capaian target masing-masing tenant.

c. Penyusunan Laporan

Salah satu kewajiban bagi para tenant inkubasi adalah Menyusun laporan perkembangan bisnis.

Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk pengawasan kepada perkembangan tenant inkubasi. Sebagaimana yang disampaikan diatas, laporan ini jangka waktunya juga beragam, ada yang mingguan seperti di IBISMA UII, ada juga laporan bulanan ataupun tahunan. Keseluruhan laporan tersebut akan dijadikan landasan pengambilan kebijakan akan program yang inkubasi yang akan dilaksanakan kedepannya.

Dampak Proses Inkubasi

Peranan inkubator bisnis dalam mengembangkan kewirausahaan memiliki dampak yang positif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hasil wawancara kami kepada para tenant ataupun pengelola inkubator bisnis. Salah satu dampak yang dapat dilihat adalah terciptanya lapangan pekerjaan baru yang dihasilkan oleh para tenant inkubasi.

Di Ibisma UII salah satu tenantnya Algist berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Tidak hanya itu mereka bahkan membuka kesempatan bagi para mahasiswa yang ingin melaksanakan kerja praktik mereka disana.

Selain lapangan pekerjaan, mayoritas tenant inkubasi juga merasa sangat terbantu dari sisi pendanaan. Salah satu tenant ABP Amikom mengutarakan bahwa mereka mendapatkan pendanaan sebesar 300 Juta Rupiah. Hal tersebut akhirnya menuntut mereka untuk semakin berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya dalam berbagai aspek baik dalam aspek keuangan, perpajakan, maupun administrasi.

Dalam definisi sederhana inkubator bisnis diartikan sebagai sebuah proses yang terorganisis dalam membantu menumbuhkan dan mengembangkan sebuah usaha rintisan yang diajukan oleh peserta dengan menawarkan layanan-layanan yang integrative dan komperhensif. Tujuan inkubator bisnis adalah untuk membantu perusahaan- perusahaan yang tergabung didalamnya untuk tumbuh dan sukses dengan memberi berbagai akses seperti pendanaan, ruang kantor, bimbingan, sumber daya lainnya.

Dalam hal jejaring, para tenant inkubasi juga merasakan manfaat positif dalam peningkatan relasi ataupun jejaring bisnis. Inkubator sering menawarkan berbagai layanan seperti acara jejaring, program pelatihan, dan akses ke pakar bisnis dan calon inves- tor. Inkubator juga menyediakan lingkungan kolaboratif di mana pengusaha dapat bekerja bersama individu lain yang berpikiran sama dan berbagi ide dan sumber daya.

5. PENUTUP 5.1 Simpulan

1. beberapa bentuk pengembangan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh universitas diantaranya peningkatan literasi kewirausahaan, pengembangan kewirausahaan berbasis kurikulum dan pengembangan kewirausahaan melalui program konversi kampus merdeka.

2. Inkubator Bisnis yang ada di universitas berperan signifikan dalam mengembangkan kewirausahaan

(10)

pada universitas tersebut. beberapa bentuk peran lembaga inkubator bisnis dalam mengembangkan kewirausahaan di universitas diantaranya menyediakan fasilitas inkubasi yang memadai baik fisik maupun non fisik, melakukan pengawasan berkala pada anggota inkubator, melakukan berbagai pelatihan dan pengembangan anggota inkubator dari segi bisnis.

5.2 Saran

Program pendampingan pasca masa inkubasi bisnis perlu ditingkatkan sehingga anggota inkubator yang telah selesai melaksanakan masa inkubasi bisnis tetap mendapatkan pendampingan maupun akses kepada jejaring inkubator bisnis yang ada pada 3 univrsitas.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alimudin, A. (2015). Strategi Pengembangan Minat Wirausaha Melalui Proses Pembelajaran. E-Jurnal Manajemen Kinerja, 1(1), 1–13.

[2] Arifin, S., & Muslim, M. O. H. (2020).

Tantangan Implementasi Kebijakan

“Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” pada Perguruan Tinggi Islam Swasta di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3(1).

[3] Baharuddin, M. R. (2021). Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Fokus:

Model MBKM Program Studi). Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 4(1), 195–205.

[4] BPS. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019. Badan Pusat Statistik, XXiI, 05 N(91), 1–20. https://www.bps.go.id/

publication/download.html

[5] Budianto, A. E., Dianawati, E., & Iswahyudi, D. (2019). Penerapan Program Pengembangan Kewirausahaan pada

Mahasiswa (Tenant) di Universitas Kanjuruhan Malang. Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 93–

103. https://doi.org/10.24198/

KUMAWULA.V2I1.23475

[6] Budiyanto, H., Suprapto, A., & Poerwoningsih, D. (2017). Program Pengembangan Kewirausahaan Dalam Bentuk Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi Bagi Mahasiswa Pemilik Usaha Pemula. Seminar Nasional Sistem Informasi (Senasif) 2017, September, 385–394. https://seminar.unmer.ac.id/index.php/

senasif/2017/paper/view/33/39

[7] Dirjen Pendidikan Tinggi. (2020). Buku

`Panduan Fisiologis.pdf. Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

[8] Galindo-Martín, M. Á., Castaño-Martínez, M.

S., & Méndez-Picazo, M. T. (2021). Effects of The Pandemic Crisis On Entrepreneurship and Sustainable Development. Journal of Business Research, 137, 345–353. https://

doi.org/10.1016/J.JBUSRES.2021.08.053 [9] GEI Report. (2019). GEI_2019_Final-1.

Global Entrepreneurship Index 2019, 1–71.

https://doi.org/10.13140/RG.2.2.17692.64641 [10] Gümüsay, A. A., & Bohné, T. M. (2018).

Individual and Organizational Inhibitors to The Development of Entrepreneurial Competencies In Universities. Research Policy, 47(2), 363–378. https://doi.org/10.1016/

J.RESPOL.2017.11.008

[11] Hendarman. (2011). Kajian Kebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17(6), 635. https:/

/doi.org/10.24832/jpnk.v17i6.55

[12] Hasbullah, R., Surahman, M., Yani, A., Almada, D. P., & Faizaty, E. N. (2015). Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Dalam Peningkatan Kinerja Usaha UKM Pangan (Role of

(11)

Universty Bussiness Incubators On The Improvement of Food SMEs Bussiness Performances). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 20(1), 59–65.

journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI

[13] Hidayat, N. K., & Andri, A. (2017). Crafting The Effective Learning Model for High Education: An Investigation From The Business Incubator in Three Universities in Indonesia. Journal of Management and Strategy, 8(5), 18. https://doi.org/10.5430/

jms.v8n5p18

[14] Kemendikbud. (2021). Program Kreativitas M a h a s i s w a - P e d o m a n U m u m. Kewirausahaan (PKM-K), 3, 89–117.

[15] Kurniasari, F., & Putra, E. W. (2018). Model Pembelajaran Industrial Incubator Based Learning (IIB) Untuk Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak. Pena Kreatif/:

Jurnal Pendidikan, 7(2), 53–59. https://doi.org/

10.29406/JPK.V7I2.1398

[16] Lutfiani, N., Rahardja, U., & Manik, I. S. P.

(2020). Peran Inkubator Bisnis Dalam Membangun Startup pada Perguruan Tinggi.

Jurnal Penelitan Ekonomi dan Bisnis, 5(1), 77–89. https://doi.org/10.33633/jpeb.v5i1.2727 [17] Nurfiantara, W., Pasirulloh, M. A., Hendra, S.

B., Tri, W. E., & Shihab, M. R. (2020). How Startup Stance IT Leadership: Case Study Business Incubator Program Universitas Indonesia. 2020 6th International Conference on Computing Engineering and Design (ICCED), 1–6. https://doi.org/10.1109/

ICCED51276.2020.9415788

[18] Pajarianto, H., Ukkas, I., & Pribadi, I. (2020).

Pengembangan Kewirausahaan di Universitas Muhammadiyah Palopo.

Selaparang Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 442–450. https://doi.org/

10.31764/JPMB.V4I1.3230

[19] Susila, A. R. (2010). Upaya Pengembangan Usaha Mikro Keci L dan Menengah Dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global.

Kwirausahaan Dalam Multi Perspektif , 153- 171

[20] Sardiana, I. K., Putri, T. B. R., Suranjaya, I. G.,

`& Purnawan, N. L. R. (2015). Pengembangan Hewirausahaan di Universitas Udayana.

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH, 6(1), 91–

101. http://jurnal.unmas.ac.id/index.php/ngayah/

article/view/208

[21] Subijanto, S. (2012). Analisis Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 18(2).

[22] Tontowi, Aliq, Sriasih, Subagyo, Ramdhani, dan Aswandi.(2004) Pembelajaran Berbasis Inkubator Industri (Industrial Incubator Based Learning/IIBL) Sebagai Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Potensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Klaster Teknologi Industri. Makalah Penelitian Universitas Gajah Mada.

[23] Wiratno, S. (2012). Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 18(4)

Referensi

Dokumen terkait

9/9/2021 Daftar Nilai Perkuliahan https://siakad.stikesrspadgs.ac.id/siakad/rep_nilaikuliah 1/2 YWBKH YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN "RSPAD GATOT

“Protestant Churches and the Formation of Political Consciousness in Southern Mozambique.” Journal of African History 44 no 1, 2003, 191-192.. “The Anthropological Suppositions of the