• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 13 (1) Januari 2021 - Universitas Jenderal Soedirman

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Vol. 13 (1) Januari 2021 - Universitas Jenderal Soedirman"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

3 Kriteria Simbol Keselamatan, yang menjelaskan bahwa dalam pemasangan rambu keselamatan harus diperhatikan faktor-faktor penting kondisi penerangan darurat, agar tetap dapat terlihat jelas pada daerah yang kurang penerangan. 3 Kriteria simbol keselamatan, yang menjelaskan bahwa dalam pemasangan rambu keselamatan harus memperhatikan faktor-faktor penting antara lain kondisi penerangan darurat, sehingga berdasarkan hasil penelitian dipasang material atau material untuk marka jalur evakuasi dan titik kumpul di PT.

Analisis Ketersediaan Rambu Keselamatan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penyidik ​​melalui wawancara mendalam dengan informan, ditemukan rambu jalur evakuasi dan titik kumpul yang telah tersedia dan ditempatkan sesuai dengan letak dan fungsinya. Divisi Mie Semarang, menjelaskan jika tata letak safety board strategis maka tingkat kepatuhan karyawan baik. Saat memasang rambu-rambu keselamatan, harus ada standar dan pedoman perusahaan karena tidak ada standar standar.

Ketersediaan dan penempatan safety sign dengan kepatuhan pekerja (Studi kasus pada pekerja di gudang barang jadi PT. Hubungan antara ketersediaan dan penempatan safety sign dengan pengetahuan penumpang tentang keselamatan transportasi di KMP Siginjai.

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pengaruh Umur Terhadap Perilaku Pencegahan

Seseorang yang berusia 30-44 tahun cenderung memiliki risiko 1.994 kali lebih besar untuk berperilaku baik terhadap pencegahan COVID-19 dibandingkan seseorang yang berusia 15-29 dan 45-64 tahun. Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia terhadap perilaku pencegahan COVID-19 (p-value 0,000) dan nilai POR 0,687 yang menunjukkan bahwa orang berusia 30-39 tahun menurunkan kemungkinan seseorang melakukan perilaku pencegahan COVID-19 yang buruk sebesar 0,687 kali (Ha Van, 2020). Hal ini bertentangan dengan pernyataan bahwa tidak ada pengaruh usia yang signifikan terhadap perilaku pencegahan terhadap COVID-19 dengan p-value 0,130 (Alrubaiee dan Al-Aawar, 2020).

Pengaruh Paparan Sumber Informasi Terhadap Perilaku

Seseorang yang terpapar sumber informasi yang baik cenderung memiliki risiko 11.622 kali lebih besar untuk berperilaku baik dalam pencegahan COVID-19 dibandingkan dengan seseorang yang terpapar sumber informasi yang buruk. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa sebagian besar media sosial (internet) digunakan untuk mencari informasi tentang COVID-19 dan mengindikasikan adanya pengaruh yang signifikan dari sumber informasi terhadap perilaku pencegahan penularan COVID-19 dengan p-value sebesar sebesar 0,020 (Canbeyli et al., 2020).

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Pencegahan

Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Pencegahan

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Perilaku Pencegahan

Pendidikan tinggi seseorang berpengaruh terhadap perilaku positif pencegahan COVID-19 (p-value 0,000) (Taneja dan Khurana, 2020). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pan et al., 2020 dan Chen et al., 2020 yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p value > 0,05). HUBUNGAN ANTARA PEDICULOSIS CAPTIS DENGAN KARAKTERISTIK RAMBUT, JENIS RAMBUT DAN FREKUENSI Grooming PADA SISWA PESANTREN AL-HIKMAH BANDAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian Pedikulosis kapitis dengan karakteristik rambut, jenis rambut dan frekuensi keramas pada santri putri di Pesantren Al-Hikmah Bandar Lampung. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara karakteristik panjang rambut siswi dengan kejadian pedikulosis kapitis dengan nilai (p = 0,026). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rambut mahasiswi dengan kejadian pedikulosis kapitis dengan nilai (p=0,388) dan antara frekuensi keramas dengan kejadian pedikulosis kapitis dengan nilai (p=0,620).

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian Pedikulosis kapitis dengan karakteristik rambut, jenis rambut dan frekuensi keramas. Untuk mengetahui hubungan karakteristik rambut, jenis rambut dan frekuensi keramas dengan kejadian pedikulosis kapitis dari analisis bivariat, hasilnya seperti pada Tabel 2. Distribusi korelasi antara panjang, jenis rambut dan frekuensi keramas rambut rambut anda dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri putri Pondok Pesantren Al-Hikmah Bandar Lampung.

Sedangkan hasil analisis hubungan jenis rambut dan frekuensi keramas dengan kejadian pedikulosis kapitis pada mahasiswi menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna yang ditunjukkan dengan nilai (p=0,388) untuk jenis rambut dan (p=0,620). ) frekuensi keramas keramas keramas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik panjang rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis dengan nilai (p = 0,026). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rambut dan frekuensi keramas dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri Pondok Pesantren Al-Hikmah dengan nilai p (p = 0,388) dan (p = 0,620).

HUBUNGAN KONSUMSI BUAH DAN SAYURAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA DI DESA PUSKESMAS. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi serat dengan prevalensi hipertensi pada lansia di Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Wuluhan. Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi sayur dengan prevalensi hipertensi pada lansia dengan p-value.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi Tahun 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi hipertensi di pedesaan dan perkotaan kabupaten Banyumas (analisis data Riskesdas).

Tabel 1.   Karakteristik  dan distribusi variabel penelitian  pada  Santriwati  di  Pesantren  Al-Hikmah, Bandar Lampung
Tabel 1. Karakteristik dan distribusi variabel penelitian pada Santriwati di Pesantren Al-Hikmah, Bandar Lampung

Faktor yang Mempengaruhi 1. Pernah Diserang Secara Fisik

Pernah Di-bully

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pernah di-bully memiliki risiko 1,2 kali lebih besar untuk merokok dibandingkan dengan siswa yang tidak pernah di-bully (CI. Berdasarkan hasil pemetaan determinan, prevalensi siswa yang di-bully dan merokok tertinggi di Wilayah Sumatera sebesar 13,9%. Korban bullying biasanya memiliki masalah kesehatan mental seperti stres dan emosi negatif, sehingga merokok menjadi alternatif yang dipilih korban bullying untuk mengatasi masalah kesehatan mentalnya (Moore et al., 2017).

Nikotin dalam rokok dapat bereaksi di otak dan meningkatkan efek dopamin yang merupakan transmisi saraf yang dapat menimbulkan perasaan nyaman, sehingga merokok dianggap dapat mengatasi masalah kesehatan mental (Amira dan Hendrawati, 2018).

Konsumsi Obat Terlarang

Konsumsi Alkohol

Faktor yang tidak Mempengaruhi

Pengawasan Orang Tua Penelitian ini

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cutrín et al. 2019) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol orang tua dengan perilaku bermasalah pada remaja, termasuk merokok. Pengawasan orang tua yang kurang baik memang dapat membuat remaja merasa bebas untuk merokok, namun hal tersebut bukanlah alasan remaja untuk merokok. Jika remaja berada dalam pergaulan yang berisiko tanpa sepengetahuan orang tuanya, maka dapat menggiring remaja untuk merokok (Mukminah, 2017; Cutrín et al., 2019).

Stres

Hal ini dikarenakan remaja memiliki cara lain untuk mengatasi stres yang mereka rasakan, seperti mencari dukungan sosial dengan menceritakan kepada orang yang mereka percayai tentang masalah yang mereka alami, atau mencoba menyelesaikan masalah yang menjadi penyebab stres tersebut. Selain itu, Bawuna et al. (2017) menjelaskan bahwa jika merokok menjadi rutinitas, individu akan terus merokok terlepas dari apakah mereka mengalami stres atau tidak.

Keterkaitan Antar Variabel Hasil analisis spasial

Selain itu, berada di lingkungan pengguna zat adiktif, termasuk alkohol dan rokok, mempengaruhi individu untuk berpartisipasi dalam penggunaan zat adiktif. Hal ini terjadi karena rasa ingin tahu sehingga mereka mulai mencoba, serta perasaan ingin diterima di lingkungan sosialnya (Nurlila dan Jumarddin, 2017). Individu yang tidak diterima dalam lingkungan sosial sehingga berpotensi menjadi korban bullying dan kekerasan karena dianggap lemah (Sari dan Welhendri, 2017).

Hal ini dikarenakan individu yang mengkonsumsi alkohol cenderung tidak dapat mengontrol emosinya dan dapat melakukan tindakan kekerasan (Rochadi, 2019).

Saran

Perbedaan Perilaku dan Faktor- faktor Perilaku Pencegahan

Perbedaan perilaku dan faktor perilaku pencegahan primer keluarga penderita diabetes melitus di perkotaan dan pedesaan diukur dengan uji beda. Namun terdapat faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan diabetes yang berbeda antara pedesaan dan perkotaan, yaitu - persepsi tentang manfaat pencegahan dan dukungan dari tokoh masyarakat setempat. Perilaku pencegahan tingkat pertama pada keluarga pasien diabetes melitus (DM) di masyarakat perkotaan (urban) dan pedesaan (rural) dalam penelitian ini dianalisis perbedaannya beserta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut, yang ditunjukkan dengan penerapan teori HBM (Health Model Kepercayaan yaitu pengetahuan, sikap, persepsi kemungkinan keluarga pasien terkena DM, persepsi keseriusan keluarga pasien mengenai DM, persepsi manfaat keluarga pasien mengenai pencegahan DM, persepsi keluarga hambatan.

Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang bermakna variabel perilaku pencegahan keluarga penderita DM kelompok perkotaan dan pedesaan Hasil uji T bebas memberikan nilai p 0,669 yang berarti p > 0,05. Perbedaan pengetahuan masyarakat pedesaan dan perkotaan pada penelitian ini diuji oleh Mann Whitney dan didapatkan nilai p 0,854 yang berarti p>0,05 maka tidak ada. Berdasarkan hasil survei Fatima (2017) tentang pengetahuan masyarakat tentang diabetes melitus di Bangladesh, disarankan agar masyarakat pedesaan (rural) membutuhkan perhatian/prioritas khusus dalam edukasi/kampanye terkait diabetes untuk mencegah diabetes. Fatema et al., 2017) Penelitian Kurian (2016) menyatakan bahwa pengetahuan keluarga pasien diabetes melitus lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan masyarakat pada umumnya.

Hasil penelitian mengenai persepsi kemungkinan keluarga pasien terkena diabetes pada kelompok perkotaan dan pedesaan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna berdasarkan hasil independent T-test diperoleh nilai p sebesar 0,141 yang berarti p > 0,05. . Begitu pula dengan persepsi kemungkinan keluarga pasien terkena diabetes pada kelompok perkotaan dan kelompok pedesaan, hasil independent T-test diperoleh nilai p sebesar 0,141 yang berarti p>0,05. Serta persepsi keluarga pasien terhadap keseriusan diabetes pada kelompok perkotaan dengan kelompok pedesaan didapatkan nilai p sebesar 0,066 dari hasil uji Mann Whitney yang berarti p>0,05.

Standar pelayanan kesehatan pada diabetes Persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana menunjukkan tidak ada perbedaan antara masyarakat desa dan kota. Hasil uji Mann Whitney diperoleh p-value sebesar 0,212 yang berarti p>0,05. Demikian juga dukungan dari tenaga kesehatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dari hasil uji Mann Whitney diperoleh p-value sebesar 0,113 yang berarti p>0,05. Persepsi keluarga penderita DM terhadap manfaat pencegahan DM pada kelompok perkotaan dan pedesaan ditemukan berbeda pada penelitian ini, hasil uji Mann Whitney diperoleh p-value sebesar 0,042 yang berarti p<0,05.

Begitu juga dengan dukungan dari tokoh masyarakat, ditemukan bahwa persepsi dukungan dari tokoh masyarakat berbeda antara kelompok pedesaan dan perkotaan, hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti p<0,05. Namun terdapat faktor yang mempengaruhi perbedaan perilaku pencegahan DM di pedesaan dan perkotaan terkait dengan persepsi keluarga tentang manfaat pencegahan dan dukungan dari tokoh masyarakat setempat. Hasil penelitian menyarankan perlunya peningkatan informasi tentang manfaat diabetes melitus kepada keluarga penderita dan peningkatan peran tokoh masyarakat di pedesaan.

Gambar

Tabel 2. Efektivitas penggunaan alat chlorine diffuser
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan kelompok Umur,  Kelompok Pendidikan, Kelompok Pekerjaan, Umur Anak,   Karakteristik Responden  Frekuensi  Persentase (%)  Umur Responden
Tabel 2. Distribusi Kualitas Pelayanan,Motifasi Orang Rua, Persepsi Orang Tua,  Pengetahuan, dan Jarak
Tabel 3. Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepatuhan Kunjungan Pasien  Anak Berkebutuhan Khusus di Poli Okupasi Terapi RSUD Kota Kendari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rosa et al 2019 tentang “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pada Ibu Hamil Trimester