Penelitian mengenai wasiat wajib sebelumnya telah dibahas oleh beberapa mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia, namun sebagian besar membahas tentang wasiat wajib bagi ahli waris non muslim, sedangkan pada disertasi ini fokus penelitiannya adalah pada wasiat wajib bagi anak angkat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedudukan anak angkat tidak merubah status anak tersebut, anak angkat tidak mempunyai nasib dan bukan merupakan ahli waris dari orang tua angkatnya, namun ia menerima wasiat wajib. . dengan ketentuan tidak melebihi 1/3 dari harta warisan sebagaimana diatur dalam pasal KHI 209 ayat (2). Kematian merupakan suatu peristiwa hukum yang dapat menimbulkan akibat hukum berupa pewarisan, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara ahli waris dan ahli waris.
Dalam sistem pewarisan Islam, terdapat hutang dan zakat yang wajib ditunaikan oleh ahli waris selepas kematian waris. Selepas kewajipan semasa hayatnya, ahli waris juga mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan iaitu pembahagian dan/atau pemindahan harta pusaka kepada ahli waris 3. Wasiat dilaksanakan sebelum harta pusaka dibagikan kepada ahli waris beserta hutang-hutang ahli waris. meninggal dunia.
Wasiat yang dikatakan boleh memudaratkan ahli waris dengan cara ini adalah tidak sah, walaupun wasiat itu terdiri daripada satu pertiga daripada harta. Makruh, iaitu jika si mati mempunyai harta yang sedikit sedangkan mempunyai seorang atau lebih ahli waris yang memerlukan hartanya. Sedangkan menurut jumhur kewajibannya adalah ta'abbudi, artinya orang tersebut akan berdosa jika tidak berwasiat, tetapi ahli waris tidak wajib bertindak atas nama si mati.
Sekiranya ahli waris tidak berwasiat kepada kedua ibu bapa atau kerabat semasa hayatnya, ahli waris wajib memberikan sebahagian harta pusaka kepada ibu bapa atau kerabat yang bukan ahli waris.
نيط ادلا ها )
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menjelaskan konsep dan dasar hukum wasiat pengikatan anak angkat menurut hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadits dan pendapat para ulama fiqih. Menjelaskan kedudukan anak angkat dalam hukum Islam, hukum positif dan hukum adat di Indonesia. Menjelaskan kesesuaian pasal 209 ayat (2) Ikhtisar Hukum Islam tentang pengikatan wasiat terhadap anak angkat dengan hukum Islam.
Sesuai dengan tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, civitas akademika dan masyarakat luas. Bagi penulis, penelitian ini akan semakin memperkaya dan memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis tentang sistem waris dalam hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan pengikatan wasiat. Bagi mahasiswa Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta khususnya mahasiswa pascasarjana yang fokus pada bidang syariah agar mengkaji lebih dalam tentang hukum pengangkatan anak dan akibat hukumnya dalam pembagian harta waris dan juga kaitannya dengan pelaksanaan pengikatan wasiat. anak angkat menurut hukum Islam.
Bagi pemerintah dan masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan hukum Islam khususnya dalam penerapan hukum waris Islam dan hukum waris adat, juga diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan pedoman bagi masyarakat, dan pada tingkat akhir diharapkan bermanfaat bagi perkembangan Hukum Nasional khususnya dalam menentukan masalah waris.
Studi Pustaka
Disertasi yang disusun oleh mahasiswa S2 Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bernama Muhammad Hekki Mikhail (Nim dengan judul Analisis Hukum Islam Tentang Penetapan Hak Wasiat Wajib Ahli Waris Non Muslim (Kajian SK N0. Ada di sesuai dengan ketentuan Al-Quran dan Hadits yang menyatakan bahwa umat Islam tidak boleh saling mewaris dengan non-Muslim. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang lebih fokus mempelajari wasiat wajib bagi ahli waris non-Muslim.
Dalam penelitian ini penulis lebih fokus mengkaji konsep dan dasar hukum wasiat wajib bagi anak angkat.
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan melalui wawancara dengan tokoh-tokoh ahli. Melalui studi pustaka dan wawancara ini diharapkan diperoleh data-data yang berkaitan dengan kerangka teori penelitian dan data-data lain yang berkaitan dengan hukum waris dan wasiat. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara akan diperiksa kelengkapannya kemudian dipilah berdasarkan unit konsep, kategori atau tema tertentu.
Dalam hal ini data-data yang tidak diperlukan disisihkan sehingga hanya digunakan yang diperlukan saja. Mengingat banyaknya data yang akan dianalisis dan untuk mengurangi kesulitan dalam menyajikan dan memastikan kesimpulan, maka perlu dibuat sketsa, matriks atau grafik agar seluruh data dan bagian-bagian detailnya dapat terpetakan dengan jelas. Data yang dipolakan dan disusun secara sistematis, baik melalui penentuan tema maupun garis besar dan matriks, akan ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat ditemukan makna data.
Teknik penulisan dalam penelitian ini akan mengacu pada pedoman penulisan disertasi, tesis dan disertasi tahun 2011 di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan yang didukung oleh orang lain. data terkait.
Sistematika Penulisan
Bab ini membahas tentang hukum waris Islam, gambaran umum tentang wasiat dan wasiat wajib, wasiat wajib menurut pendapat para ulama fiqh, serta membahas siapa saja orang yang berhak atas wasiat wajib dan besarnya bagiannya. Bab ini membahas mengenai legitimasi hukum Islam bagi anak angkat di Indonesia, perbedaan wasiat wajib di negara-negara Timur Tengah dan Indonesia, serta analisis mengenai wasiat wajib bagi anak angkat dalam Pasal 209 ayat (2) KHI di Indonesia, serta membahas pula mengenai penerapan kompilasi hukum Islam dalam peradilan, pengadilan agama/mahkamah agung agama dan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Oleh karena itu, anak angkat tidak dapat saling mewarisi dengan orang tua angkatnya, namun anak angkat memperoleh haknya melalui wasiat wajib sesuai dengan ketentuan Pasal 209 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Wasiat wajib adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang penguasa atau hakim selaku pejabat negara untuk menegakkan atau memberikan suatu keputusan wasiat yang bersifat wajib bagi orang yang meninggal, yang diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu. Disebut wasiat wajib karena unsur usaha bagi pemberi wasiat hilang dan timbul kewajiban melalui peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan, tanpa bergantung pada kemauan pembuat wasiat dan persetujuan penerima wasiat. KHI mengatur tentang kewajiban orang tua angkat untuk memberikan wasiat wajib kepada anak angkatnya untuk kepentingan anak angkatnya, karena orang tua angkat mempunyai tanggung jawab untuk menafkahi segala kebutuhannya.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (IHK), peraturan mengenai pengikatan wasiat terhadap anak angkat ada pada pasal 209 ayat (2), pasal ini menjelaskan bahwa anak angkat yang orang tua angkatnya telah meninggal, maka wasiat dengan batasan. daripada harta pusaka. Adapun orang yang meninggal dunia dan lupa memberikan wasiat kepada anak angkat atau orang tua angkatnya, pemerintah dalam hal ini yang diwakili Pengadilan Agama dapat melaksanakan wasiat wajib tersebut. Jika Ibn Hazm menetapkan bahawa yang berhak menerima wasiat yang mengikat adalah saudara terdekat yang mempunyai pertalian darah dalam pertalian nasab, sama ada sebelah bapa atau sebelah ibu.
Ketentuan Pasal 209 ayat (2) KHI tentang wasiat wajib bagi anak angkat, dimana batas harta warisan tidak melebihi 1/3 dari harta warisan, merupakan gagasan baru berdasarkan realitas keadaan bangsa Indonesia. masyarakat. Manfaat yang diperoleh apabila anak angkat atau orang tua angkatnya diberikan wasiat wajib adalah menjaga keadilan dan ketentraman dalam keluarga. Hakim agama dalam peradilan agama harus secara tegas melaksanakan wasiat wajib bagi anak angkat dalam Pasal 209, dengan pengertian 1/3 dari harta kekayaan adalah jumlah maksimal dan hanya berlaku apabila tidak ada anak langsung atau ahli waris pengganti.
Pasal 209 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam harus dimaknai secara hati-hati dalam penerapannya sehingga harus dilihat sebagai produk yang belum jadi namun masih memerlukan penjelasan. Hasil skripsi ini diharapkan dapat dijadikan representasi bagaimana penerapan hukum wasiat wajib dalam urusan waris. Bisri, Cik Hasan, Komposisi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. MD, Moh Mahfudz, Peradilan Agama dan Komposisi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 1993 .
Rasyid, Roihan, “Ahli waris pengganti dan wasiat yang mengikat”, dalam Cik Hasan Bisri, (eds.), Kompendium Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Soejati, Zarkowi, Kompilasi Sejarah Hukum Islam, dalam: Keadilan Agama dan Komplikasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia, Yogyakarta: UII Prees, 1993.