Pentingnya uang dalam transaksi ekonomi, baik di dalam maupun antar negara, menyebabkan lahirnya mata uang sebagai alat pembayaran transaksi. Oleh karena itu, banyak negara yang mengatur mata uang yang tertuang dalam konstitusi atau undang-undang negara yang bersangkutan. Dalam UUD 1945, setelah amandemen keempat, bank sentral memisahkan pengaturan jenis dan harga mata uang dalam berbagai pasal.
Mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah. Peredaran uang palsu di Indonesia mudah menyebar hingga pelosok tanah air. Awalnya, peredaran uang palsu beredar di kalangan masyarakat perkotaan, namun akhirnya masyarakat pedesaan juga menjadi sasaran. Kejahatan yang berkaitan dengan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank, atau terkait dengan bahan dan merek yang dikeluarkan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia.
Selain dinyatakan sebagai asas perlindungan, dalam buku kedua pasal-pasal KUHP tentang tindak pidana secara khusus disebutkan bahwa tindak pidana terhadap mata uang disertai dengan unsur-unsur yang harus dipenuhi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis memilihnya dalam penelitian diploma dengan judul: “ANALISIS KEPUTUSAN (NOMOR 352/Pid.B/2017p.Sgm) TERKAIT TINDAK PIDANA VALUTA ASING DI SUNGGUMINASA”.
RUMUSAN MASALAH
Perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya dan dinyatakan oleh undang-undang sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Penggandaan atau pemalsuan uang tunai atau uang kertas diabadikan dalam Pasal 244 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa meniru atau memalsukan uang atau uang kertas suatu negara atau bank dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh menaruh uang atau uang kertas ke dalam sirkulasi. . Berdasarkan pendapat ini, uang dikenal sebagai alat yang dapat diterima secara hukum dalam transaksi perdagangan dan untuk pembayaran hutang.
Pemalsuan dokumen diatur dalam pasal 244 dan 245 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) dengan ancaman hukuman penjara paling lama 15 (lima belas) tahun. Terkait pemalsuan uang, tidak hanya diatur dalam KUHP, tetapi juga dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Pidana anak di bawah umur, atau orang yang belum cukup umur untuk dipidana, diatur dalam Pasal 45 KUHP, namun setelah berlakunya Undang-undang No.
Sistem ini berdasarkan undang-undang yang mengawal jenis bukti dan cara bukti digunakan atau ditentukan. Dengan kata lain, jika bukti ditetapkan oleh undang-undang dan digunakan mengikut peruntukan undang-undang, maka hakim harus menentukannya. Hakim tidak dibenarkan menggunakan bukti lain, cara penilaian/penggunaan bukti diatur oleh undang-undang.
Alat bukti minimal yang ditentukan undang-undang sudah terpenuhi, misalnya sudah ada dua orang saksi atau lebih, tetapi hakim tidak dapat meyakinkan kesalahan tersangka. Disebut “sah” karena memerlukan pembuktian yang sah menurut undang-undang. Meskipun disebut “negatif” karena ada alat bukti tertentu yang ditentukan undang-undang, hakim tidak wajib menyatakan terbukti.
Perbuatan tersangka dengan demikian bukan merupakan tindak pidana karena perbuatan yang terbukti tidak dapat dimasukkan dalam salah satu ketentuan hukum pidana atau karena Pasal 49 ayat 1, Pasal 50 dan Pasal 51 ayat 1 DCC. Hal ini sesuai dengan asas hukum pidana yang termaktub dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Peradilan. Hak untuk mempelajari putusan sebelum menerima atau menolak putusan, dalam jangka waktu yang ditentukan undang-undang ini (hak refleksi) c.
Hak untuk meminta supaya perkaranya diperiksa dalam tingkat banding dalam jangka waktu yang ditetapkan undang-undang ini, dalam hal ia menolak putusan itu. Hak untuk mencabut pernyataan tersebut pada huruf a dalam jangka waktu yang ditetapkan undang-undang ini. Perbuatan terdakwa didakwa melanggar Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang mata uang.
Mengingat bahwa unsur “Barangsiapa” dalam pasal ini mempunyai arti yang sama dengan unsur “Barangsiapa” sebagaimana dimaksud dalam KUHP, yaitu menempatkan pencipta sebagai objek hukum dari tindak pidana yang dapat dimintai pertanggungjawabannya. . atas tindakannya;
Menimbang bahwa karena semua unsur tuntutan tuntutan alternatif telah dipenuhi, maka majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “mengedarkan atau mengkonsumsi Rupiah palsu”; Menimbang bahwa barang bukti berupa 8 lembar uang pecahan Rp 100.000 dengan nomor seri yang sama PGM756006 dan 1 dompet kulit warna coklat untuk laki-laki harus dinyatakan disita demi hukum untuk dimusnahkan; Menimbang bahwa terdakwa telah dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas kesalahan melakukan tindak pidana tersebut di atas dan telah dipidana, maka terdakwa diperintahkan untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan diumumkan berdasarkan Pasal 222 KUHP. dalam keputusan ini.
Selain apa yang penulis jelaskan di atas, yang harus dilakukan oleh seorang hakim untuk memidana seorang pelaku adalah bahwa kejahatan yang dilakukannya harus memenuhi unsur-unsur yang telah diimplementasikan ke dalam undang-undang. Menurut analisa penulis berdasarkan keterangan para saksi dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, terdakwa Ahmad Bin Dg.Nyikko melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Pasal 36(3) Undang-Undang Republik Indonesia tentang Mata Uang, inilah salah satu dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman. Pengaturan sanksi pidana untuk kejahatan tersebut dirancang dalam dua bentuk, yaitu dalam izin sanksi satu kali (hanya satu jenis hukuman, yaitu penjara) dan secara alternatif, yaitu di penjara atau denda.
Rumusan umum sanksi pidana mengancam pelaku pemusnahan pemalsuan uang (poin a-f), sedangkan sanksi pidana alternatif mengancam pelaku yang mengedarkan dan menyimpan atau mengimpor bahan untuk pemalsuan Rupiah (poin g-I). Mengingat Undang-undang Tindak Pidana Mata Uang mempunyai fungsi untuk melindungi kepentingan umum, dalam hal ini kepentingan ekonomi rakyat dan negara, selain pidana penjara juga dikenakan denda. Menurut Kasatreskrim Polresta Gowa mengatakan, menurunnya tindak pidana pemalsuan di wilayah hukum Polres Gowa, selain adanya vonis hakim yang cukup berat, juga didukung dengan sosialisasi yang dilakukan pihak kepolisian terkait kejadian pemalsuan di wilayah hukum Kabupaten Gowa (Rabu 18 Juli 2018 pukul 11.12 WITA).
Penegakan hukum dalam kasus-kasus di atas terkait dengan kejahatan mata uang semakin ditingkatkan agar tindak pidana pemalsuan uang dapat diminimalisasi. Tindak pidana pemalsuan ini bersifat universal dan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana khusus karena berkaitan dengan masalah stabilitas dan keamanan negara, sehingga penjatuhan pidana terhadap pelaku pemalsuan dapat lebih berat lagi. Menetapkan tindak pidana pemalsuan Pasal 244 KUHP dan mengklasifikasikan tindak pidana mata uang sebagai tindak pidana umum telah membuat seolah-olah pemalsuan sama dengan tindak pidana pemalsuan surat biasa.
Kejahatan mata uang jelas sangat berbeda dengan kejahatan pemalsuan dokumen biasa, mengingat dampaknya yang sangat serius, terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah dan menimbulkan kerugian langsung bagi masyarakat, serta merugikan tatanan ekonomi nasional dan merusak kehidupan politik yang demokratis. namun realitas pidananya masih sama dengan pidana pemalsuan biasa. Rendahnya hukuman bagi pemalsu koin tercermin dari berbagai pemberitaan media massa yang menyebutkan maraknya pemalsuan. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, sehingga kita harus memiliki paradigma baru dalam memerangi kejahatan uang palsu.
PENUTUP
Berdasarkan data yang disampaikan pada kasus pemalsuan uang di Polres Gowa pada tahun 201 dan 2017, tingkat pemalsuan uang masing-masing hanya 1 kasus, sedangkan untuk tahun 2018 tidak ada kasus serupa. Seperti perkara pada tahun 2017, perkara tersebut disidangkan dengan putusan Nomor Perkara 352/Pid.B/2017/P.SGM. Memberikan implementasi terhadap peredaran uang palsu dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai keaslian uang rupiah melalui sosialisasi/penyuluhan dan penyebaran brosur. Dan masyarakat yang mendapatkan atau menemukan uang palsu harus melaporkannya ke polisi atau Bank Indonesia sebagai upaya.
Bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan akan lebih berat daripada yang diputuskan dalam putusan tersebut di atas. Pembaharuan aturan mengenai tindak pidana peredaran uang palsu harus mengatur sanksi hukum yang lebih jelas dan tidak menimbulkan tumpang tindih dalam peraturan perundang-undangan yang memuat tindak pidana peredaran uang palsu.