• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaki Azmirrijali Tugas ke 5 (Pertemuan 6)

N/A
N/A
Zaki Azmirrijali

Academic year: 2025

Membagikan "Zaki Azmirrijali Tugas ke 5 (Pertemuan 6)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

METODE ILMU

Nama : Zaki Azmirrijali

NIM : 23201021004

Tugas : Resume

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Pengetahuan agar bisa dianggap sebagai sebuah ilmu atau pengetahuan ilmiah, maka harus melalui proses yang ilmiah juga. Lantas, bagaimanakah proses untuk menuju ke pengetahuan ilmiah tersebut? Pada dasarnya, untuk menjadikan sebuah pengetahuan menjadi ilmiah, maka dibutuhkan sebuah metode. Metode inilah yang sering kita sebut dengan metode ilmiah.

Keberadaan metode ilmiah sendiri dalam setiap ilmu sudah dapat dipastikan ada dan sama dalam hal dasar-dasarnya, namun berbeda dalam pengembangannya.

Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang kemudian hasilnya disebut ilmu. Pertama-tama, yang perlu kita ketahui, bahwa antara metodde dan metodologi adalah berbeda. Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai Langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah proses pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang ada dalam metode.

Metode ilmiah dalam proses pengerjaannya menggunakan dua cara berfikir yaitu deduktif dan induktif. Berfikir deduktif adalah cara berfikir yang menarik kesimpulan tertentu dari kesimpulan yang sudah ada. Atau dari umum menuju ke khusus. Sedangkan berfikir induktif adalah cara berfikir dari preposisi khusus menuju preposisi yag lebih umum. Deduktif sering juga kita sebut dengan berfikir rasional. Sedangkan induktif sering kita kenal dengan metode empirisnya. Dalam metode ilmiah atau dalam kegiatan ilmiah, selalu dimulai dari manusia yang mengamati sesuatu. Karena, sebuah pengetahuan muncul dari rasa penasaran manusia terhadap suatu permasalahan. Hal inilah yang nantinya mengembangkan pengetahuan. Proses perkembangan pengetahuan sendiri yang berkaitan dengan manusia dalam menghadapi sebuah masalah, dibagi dalam tiga proses. Proses pertama adalah tahap mistis, dimana manusia merasa bahwa dirinya terkepung oleh kekuatan ghaib. Kedua adalah tahap ontologis, dimana manusia sudah tidak merasa lagi bahwa mereka tidak terkepung oleh kekuatan ghaib, melainkan mulai melakukan pengamatan terhadap objek. Ketiga adalah tahap fungsional, dimana manusia sudah benar-benar merasa terbebas dari hal-hal yang berbau ghaib, memiliki pengetahuan terhadap objek yang telah diamati, dan yang terpenting adalah mulai memfungsionalkan pengetahuan yang ada untuk kepentingan diri sendiri. Dari ketiga proses, pengetahuan mulai mengalami perkembangan pada tahap ontologis.

Kembali pada metode ilmiah, dalam sebuah metode, tentunya terdapat juga teori. Teori merupakan abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Disinilah antara rasional dan empiris digabungkan menjadi satu yang kemudian disbeut dengan metode ilmiah. Dalam hal ini, teori ilmiah harus memenuhi dua syarat. Pertama, harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan. Kedua, cocok dengan fakta- fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.

(2)

Dalam metode ilmiah, juga terdapat dugaan-dugaan sementara yang disebut dengan hipotesa.

Dugaan-dugaan sementara ini adalah jawaban sementara dari permasalahan yang ada. Berawal dari permasalahan kemudian munculnya dugaan-dugaan inilah maka penelitian untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah bisa berlanjut. Hal ini dikarenakan dalam proses penelitian, yang berusaha dibuktikan kebenarannya adalah dugaan-dugaan tersebut. Hipotesa-hipotesa ini awalnya disusun atas dasar cara berfikir deduktif. Pembuktiannya adalah dengan cara empiris.

Selanjutnya, akan kita bicarakan tentang metode ilmiah. Metode ilmiah tentunya memiliki alur berfikir karena berkaitan dengan pembuktian kebenaran dari sebuah hipotesa. Alur berpikir ini juga menjadi sebuah kerangka berpikir. Adapun urutan-urutannya adalah: perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesa, perumusan hipotesa, pengujian hipotesa, dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah ini haruslah dilalui satu persatu dengan urut. Jika sudah melalui seluruh proses diatas dan didapatkan sebuah kesimpulan, maka kesimpulan tersebut bisa kita anggap sebagai pengetahuan ilmiah. Selain itu, perlu kita ketahui juga bahwa metode ilmiah memiliki dua sifat yaitu sistematis dan eksplisit. Sistematis artinya sudah tertata dengan rapi dan urut. Sedangkan maksud dari eksplisit adalah bahwa ilmu dapat dikomunikasikan secara intensif dalam kalangan masyarakat ilmuwan.

Referensi

Dokumen terkait