• Tidak ada hasil yang ditemukan

Îjaz adalah adanya makna yang luas dibalik kalimat yang pendek. Îjaz ada dua macam, ada kalanya Qashr

Dalam dokumen Metode Etnografi (Halaman 195-200)

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB UIN AR-RANIRY

1. Îjaz adalah adanya makna yang luas dibalik kalimat yang pendek. Îjaz ada dua macam, ada kalanya Qashr

(meringkas) dan ada kalanya Hadf (membuang). Contoh:

ﺎَﻳ ٌةﺎَﻴَﺣ ِصﺎَﺼِﻘﻟا ﰲ ْﻢُﻜَﻟَو ِبﺎَﺒْﻟَﻷا ﱄْوأ ) ﺮﺼﻘﻟا ( ﻩِدﺎَﻬ ِﺟ ﱠﻖَﺣ ِﷲا ﰲ ْﺪِﻫﺎَﺟَو ) فﺬﳋا (

2. Ithnab adalah menambah kata-kata dari makna yang sebenarnya untuk tujuan tertentu. Contoh:

َﻨَـﺗـ ﺎَﻬْـﻴﻓ ُحْوﱡﺮﻟاَو ُﺔَﻜِﺋَﻼَﳌا ُلﱠﺰ

3. Musâwah adalah kalimat dimana kata-katanya sepadan dengan maknanya dan maknanya sepadan dengan kata-katanya, tidak lebih dan tidak kurang.

ًﻼِﻫﺎَﺟ َﺖْﻨﻛ ﺎَﻣ ُمﺎﱠﻳﻷا َﻚﻟ يِﺪْﺒُﺘَﺳ # ْدﱢوَﺰُـﺗ ْﱂ ْﻦَﻣ ِرﺎَﺒْﺧَﻷﺎِﺑ َﻚْﻴِﺗﺄَﻳَو 3. Ilmu badi’

Khatib al-qazwaini mengatakan bahwa ilmu badi’ adalah “suatu disiplin ilmu untuk mengetahui cara membuat kalimat yang bagus, serta memilih kosa kata dan makna yang indah dengan warna

baru”19. Dalam Ilmu badi’ kajian pembahasannya terfokus pada lafaz

(mencakup al-Saj'(rhimed prose) dan al-Jinâs (paronomasia) dan

makna (mencakup al-Thibâq (antithesis) dan al-Muqâbalah

(antithesis), al-Tauriyah (paronomasia), Husnu al-Ta’lil (conceit)

dan Ta’kidul madhah bima yusybihudzam (Afopasis).

a) al-Saj'(rhimed prose)

Sajak adalah persamaan huruf akhir antara dua bait atau lebih, sajak yang paling bagus adalah sajak yang jumlah huruf antar baitnya

sama20, sehingga disinilah peran pengkritik sastra untuk melihat

bagus atau tidaknya sajak. Contoh:

و ُﺪِﺳﺎَﳊا َﻚَﻠَﻫو ،ﺖِﻣﺎﱠﺼﻟاو ُﻖِﻃﺎَﻨﻟا ﻞَﺼَﺣ ُﺖِﻣﺎﱠﺸﻟا ﺖﻣﺎﺼﻟاو ﻖﻃﺎﻨﻟا ﻞﺼﺣ bait pertama مﺎﺸﻟاو ﺪﺳﺎﳊا ﻚﻠﻫو bait kedua       

19Al-Qazwaini, at-Talkhis fi Ulumil Balaghah, 5.

Antara bait pertama dan bait kedua sama-sama diakhiri dengan huruf “ta”, makanya dalam sajak harus ada dua bait atau lebih. Apabila Cuma terdiri dari satu bait saja tidak dinamakan sajak. Sajak yang bagus itu harus memenuhi beberapa syarat:

1) Apabila jumlah kalimatnya sama Contoh:21

" ْﺮﱢﻬﻄﻓ َﻚَﺑﺎﻴﺛو . ْﺮﱢـﺒﻜﻓ َﻚﱠﺑرو . ْرِﺬْﻧﺄﻓ ْﻢُﻗ .ﺮّﺛّﺪُﳌا ﺎَﻬﱡـﻳأﺎَﻳ"

2) Apabila bait kedua lebih panjang dari bait pertama Contoh: 22"ىَﻮَﻏ ﺎَﻣو ْﻢﻜُﺒﺣﺎَﺻ ﱠﻞﺿ ﺎَﻣ .ىَﻮَﻫ اَذإ ِﻢْﺠﱠﻨﻟاو"

3) Apabila bait ketiga lebih panjang dari yang pertama dan kedua

Contoh :23" ْﱪﺼﻟﺎﺑا اْﻮَﺻاﻮﺗو ﱢﻖﳊﺎﺑ اﻮَﺻاَﻮَـﺗو تﺎَﳊﺎﱠﺼﻟا اﻮُﻠِﻤَﻋو اﻮُﻨَﻣآ ﻦْﻳِﺬّﻟا ّﻻإ . ٍﺮْﺴﺧ ﻲِﻔﻟ نﺎَﺴْﻧﻹا ﱠنإ .ﺮْﺼَﻌﻟاو

b) al-Jinâs (paronomasia)

Adalah suatu gaya bahasa yang menitikberatkan pada persamaan dua buah lafaz atau kata tetapi memiliki arti yang berbeda antara satu sama lainnya. Contoh:

ﱃﺎﻌﺗ لﺎﻗ " : ُمْﻮُﻘﺗ َمْﻮﻳ ُﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا ْﲑﻏ اْﻮُـﺜِﺒﻟ ﺎَﻣ نْﻮُﻣِﺮْﻟﻤﺠا ُﻢِﺴْﻘُـﻳ ٍﺔَﻋﺎَﺳ "

Ada dua kata “sa’ah” pada ayat di atas, tetapi masing-masing memiliki arti yang berbeda antara satu sama lainnya. Pada “sa’ah” yang pertama berarti hari kiamat, sedangkan “sa’ah” kedua berarti jam yang menunjukkan waktu.

Jinas itu tidak mesti harus sama struktur katanya, susunannya,

jumlah hurufnya, serta makrajul hurufnya. Contoh:

ﺮﻋﺎﺸﻟا لﺎﻗ : ُﺾْﻴﺑ ِﺢِﺋﺎَﻔﱠﺼﻟا ِدَﻮْﺳﻷ ِﻒِﺋﺎَﺤﱠﺼﻟا ِﰲ ِﺐﻳّﺮﻟاو ِﻚﱠﺸﻟا ُءَﻼَﺟ ﱠﻦِْﻮُـﺘﻣ

Pada contoh puisi di atas terdapat dua kata yang hampir sama tetapi susunan hurufnya saja yang berbeda, contoh ini dinamakan juga dengan Jinas tetapi termasuk kedalam katagori jinas ghairu

tam.

      

21QS. Al-mudatsir, ayat 1-4

22QS. An-najmu, ayat 1-2

c) al-Thibâq (antithesis) dan al-Muqâbalah (antithesis)

Pada hakikatnya al-Thibâq (antithesis) hampir sama dengan

al-Muqâbalah (antithesis), hanya berbeda pada struktur kalimat saja.

Sehingga Gharid Syekh dalam bukunya mengatakan “Thibak adalah

mengumpulkan dua makna yang berbeda dalam satu kalimat”24

seperti besar dan kecil, panjang dan pendek. Contoh:

ﱃﺎﻌﺗ لﺎﻗ : ْﻢﻬُﺒَﺴَْﲢَو ﺎًﻇﺎَﻘﻳأ ْﻢُﻫو ٌدْﻮﻗر

Artinya: dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka itu tidur.

Kata bangun bertolak belakang maknanya dengan kata tidur dalam satu kalimat, itulah sebabnya kalimat di atas digolongkan kepada Thibak.

Sedangkan al-Muqâbalah (antithesis) lebih cenderung kepada

perbedaan antara dua makna atau lebih didalam dua kalimat. Contoh:

ﱃﺎﻌﺗ لﺎﻗ : اًﺮْـﻴِﺜَﻛ اْﻮُﻜْﺒﻴﻟو ًﻼْﻴﻠﻗ اﻮُﻜَﺤْﻀَﻴْﻠﻓ

Artinya:maka tertawalah sedikit mungkin dan menangislah sebanyak mungkin.

Dari ayat di atas, kita dapat membagi menjadi dua kalimat; kalimat pertama ًﻼْﻴﻠﻗ اﻮُﻜَﺤْﻀَﻴْﻠﻓ dan kalimat kedua اًﺮْـﻴِﺜَﻛ اْﻮُﻜْﺒﻴﻟو, dua makna pada kalimat pertama (tertawa dan sedikit) bertolak belakang dengan dua makna pada kalimat kedua ( menangis dan sedikit), sehingga tertawa lawannya menangis dan sedikit lawannya banyak, maka inilah alasannya kenapa ayat tersebut di atas digolongkan kepada muqabalah.

d) al-Tauriyah(paronomasia)

Abdul qahir al-jurjani dalam al-jawahir al-balaghah mengatakan bahwa tauriyah adalah: “suatu lafaz mufrad (tunggal) yang memiliki dua buah makna, makna dekat dan makna jauh. Makna dekat yang langsung bisa dipahami dari teks yang ada,

sedangkan makna jauh adalah makna yang tersembunyi”25 yang

      

24Gharid Syekh, al-Mutqin fi ulumil Balaghah, 130.

diharapkan dari tauriyah adalah makna yang tersembunyi dari sebuah teks atau makna jauh. Contoh:

ٍساــَـنُأ ْنع ْيِھْجو َمْيدأ ُنْوُصأ ُبْيِدَلأا ُمُھَدْنع ِتْوملا ُءاَقل ٌضــْيِغَب ْمُھَدْنع ِرْعــﱢشلا ﱠبُرَو ْمُھل ِهِب ىَفاَو ْوَلو " بْيـِبَح "

Pada kata terakhir yaitu"بْيـِبَح" memiliki dua makna; makna dekat yaitu seorang kekasih dan makna jauh yaitu seseorang yang bernama habib.

e) Husnu al-ta’lil (conceit)

Husnu al-ta’lil adalah seorang sastrawan mengingkari - secara

langsung ataupun tidak langsung - terhadap sebuah alasan dan mengutamakan alasan lain yang bersifat lelucon tetapi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Contoh:

ٌةَميِدَق ِةرْيِنملا ِرْدَبلا ُةَفْلُك اَمَو ِمَطلﱠلا ُرَثأ اَھِھْجو يف اَھﱠنكلو

Pada contoh syair di atas, penyair menyatakan bahwa permukaan bulan cahayanya mulai redup disebabkan pada permukaannya ada bekas tamparan.

f) Ta’kidul madhah bima yusybihudzam (Afopasis)

Gaya bahasa yang lebih cenderung kepada menguatkan pujian dengan sesuatu yang hampir sama dengan cacian. Contoh: “Fariza adalah anak pintar tetapi akhlaqnya sangat mulia”

Pada contoh di atas terdiri dari dua kalimat; pertama, Fariza adalah anak pintar. Kedua, akhlaqnya sangat mulia. Kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan kata penghubung, tetapi Seakan-akan menimbulkan kesan negatif bagi lawan bicara, padahal kedua kalimat mengandung puji-pujian. Oleh karena itu kalimat di atas dinamakan dengan Ta’kidul madhah bima yusybihudzam (Afopasis).

Tabel Analisis Persamaan dan perbedaan

Antara istilah dalam Ilmu Balaghah dan Bahasa Indonesia

NO Istilah dalam Ilmu Balaghah

Istilah Dalam Bahasa

Indonesia Persamaan dan Perbedaan

1 Majas Alegori Alegori tidak harus diungkapkan melalui lisan, juga melalui lukisan dan pahatan. Dalam ilmu balaghah majaz mempunyai beberapa jenis; sedangkan alegori dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu jenis gaya bahasa 2 Kinayah

Mausuf/Majas mursal

Alusio Sebahagian alusio masuk kedalam aspek kinayah, sedangkan sebahagiannya lagi sebanding dengan hadzf dalam ilmu ma’ani 3 Tasybih Simile Gaya bahasa tasybih dalam ilmu balaghah ada

beberapa jenis, ada yang disebut adatnya ada juga yang tidak. Simile serupa dengan majaz mursal atau muakkad

4 Isti’arah Metafora/

sinestesia Metafora sebanding dengan isti’arah, yaitu salah satu jenis majaz lughawi. Isti’arah dalam ilmu balaghah bersifat umum asal alaqahnya musyabahah , sedangkan sinestesia sama alaqahnya yaitu musyabahah akan tetapi khusus untuk panca indera

5 Kinayah Sifah Antonomasia

6 Majas Mursal Metonimia Mempunyai makna dan penggunaan yang sama

7 - Litotes Gaya bahasa litotes jarang bahkan hampir tidak digunakan dalam ilmu balaghah, kecuali untuk memuji Allah dan Rasul

8 Mubalaghah Hiperbola Gaya bahasa mubalaghah ada beberapa jenis

tablîgh, ighrâq, dan ghuluw

9 Ithnab Perifrase 10 Ta’kidul madh bima

yusybihudzam

Afopasis 11 Ta’kidul dzam bima

yusybihu madh

Aliterasi

12 Ithnab bit taukid Repetisi Gaya bahasa ithnab dalam Ilmu Balaghah variasinya lebih banyak, ada dengan pengulangan ada pula dengan badal

13 Saja’ Paralelisme Saja’ dalam ilmu balaghah adalah persamaan huruf diakhir kalimat

Dari penjelasan tabel di atas, mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami ilmu balaghah melalui pendekatan persamaan istilah antara ilmu balaghah dan bahasa Indonesia, walaupun

persamaannya tidak terlalu banyak, paling tidak mahasiswa mampu untuk membanding-bandingkan antara dua istilah tersebut. Sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang mengeluh dalam mempelajari ilmu balaghah.

Penutup

Pendekatan Kontrastif dalam mempelajari Ilmu Balaghah bertujuan untuk membandingkan antara struktur aspek bahasan yang terdapat dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Metode ini untuk mempermudah mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh untuk memahami Ilmu Balaghah melalui pendekatan bahasa ibu.

Ketika membandingkan antara istilah-istilah atau ungkapan dalam ilmu balaghah dan bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah atau ungkapan yang sama penggunaannya walaupun hanya sedikit, tetapi hal ini sangat membantu mahasiswa dalam memahami ilmu balaghah, serta tidak kita pungkiri juga banyak perbedaan-perbedaan antara dua bahasa tersebut disebabkan aspek stilistik yang sangat kental dengan budaya – cara pandang, sikap dan kebiasaan pada suatu hal-. Aspek-aspek yang mempunyai persamaannya dalam kaidah bahasa Indonesia adalah: Majas (alegori), Kinayah (Alusio),

Tasybih (simile), Isti’arah (metafora dan sinestesia), Kinayah sifat

(antonomasia dan eufimisme), majaz mursal ( metonimia),

mubalaghah (hiperbola), majaz mursal (pars pro toto), ithnab

(perifrase), ta’kidul madhah bima yusybihu dzam (afopasis), sajak (paralelisme). Sedangkan aspek perbedaannya; alegori dalam bahasa Indonesia tidak mesti diungkapkan melalui tulisan tetapi bisa juga melalui lukisan dan pahatan, sedangkan majaz dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan. Dalam bahasa Arab, majaz mempunyai beberapa jenis; sedangkan alegori dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu jenis gaya bahasa. Sebahagian Alusio masuk kepada aspek

kinayah, sedangkan sebahagian lagi sebanding dengan Hadzf, Isti’arah dalam bahasa Arab bersifat umum asal alaqahnya

musyabahah; sedangkan sinestesia sama alaqahnya yaitu musyabahah akan tetapi khusus untuk panca indera. Gaya bahasa litotes jarang bahkan hampir tidak digunakan dalam bahasa Arab,

Dalam dokumen Metode Etnografi (Halaman 195-200)