• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Saran

Pada penelitian ini, peneliti telah menjabarkan bentuk kesalahan pelafalan nada ketiga oleh mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara. Melalui penelitian ini, penulis menyarankan kepada mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara agar lebih memperhatikan dalam melafalkan nada ketiga. Para pengampu mata kuliah juga disarankan agar membahas pelafalan nada ketiga yang diikuti atau didahului oleh nada yang lainnya secara lebih mendalam. Juga

disarankan kepada pengampu mata kuliah agar dapat memperkenalkan dan juga

mengaplikasikan program Praat terhadap mahasiswa, hal ini berguna untuk

mahasiswa, agar mahasiswa dapat menggunakan Praat untuk mengkoreksi

pelafalan nada mereka pada saat mempelajari nada di luar jam mata kuliah.

Di samping itu, penulis menyarankan kepada penulis berikutnya agar dapat mengupas bentuk dan faktor kesalahan pelafalan nada ketiga secara lebih terperinci dan mendalam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

曾莉梅 (Zēng Lì Měi) dalam jurnal yang berjudul Zhēn Duì Yìn Ní Xué Shēng De Hàn Yǔ Shēng Diào Jiāo Xué Yán Jiū (2011) ditemukan banyak pelajar dari Indonesia merasa bahwa nada adalah hal yang paling sulit dikuasai dalam belajar bahasa Mandarin, karena nada dalam bahasa Mandarin berfungsi sebagai pembeda maka, sedangkan dalam bahasa Indoneisa tidak memiliki nada. Pada saat seorang penutur asing berbicara dalam bahasa Mandarin, selain dari pengucapan konsonan dan vokal yang tidak tepat, nada juga merupakan kesulitan yang lebih besar. Jurnal tersebut memberi kontribusi berupa tingkat kesulitan nada dalam bahasa Mandarin di Indonesia.

杨 宗 雄 (yáng zōng xióng) dalam jurnal yang berjudul sī lǐ lán kǎ xué shēng hàn yǔ pǔ tōng huà shēng diào xí dé piān wù fēn xī (2012) menjelaskan adanya dua faktor yang mempengaruhi kesalahan pelafalan nada pada pelajar bahasa Mandarin di Sri Lanka. Yang pertama yaitu tingginya tingkat kesulitan

untuk menguasai ke empat nada itu sendiri. 杨 宗 雄 mengatakan bahwa tidak

hanya pelajar di luar Tiongkok yang sulit menguasai empat nada dalam bahasa Mandarin, tetapi masyarakat Tiongkok yang tinggal di daerah yang masih menggunakan dialek juga sulit melafalkan ke empat nada dengan tepat. Faktor kedua yaitu adanya pengaruh bahasa ibu dari pelajar Sri Lanka dan bahasa resmi Sri Lanka yaitu bahasa Sinhala bukanlah bahasa nada. Hal ini tentunya memberi pengaruh yang sangat besar atas kesulitan mempelajari nada dalam bahasa

Mandarin. Selain itu, setiap bahasa memiliki intonasi tersendiri, begitu pula dengan bahasa Sinhala. Hal ini membuat pelajar bahasa Mandarin yang berasal dari Sri Lanka memiliki pengaruh intonasi bahasa ibu yaitu bahasa Sinhala. Jurnal ini membantu penulis untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan pelafalan nada dalam bahasa Mandarin.

Devi Atsari (2014) dalam skripsinya yang bejudul “Analisis Kesalahan

Pelafalan Nada (shēng diào) Dalam Bahasa Mandarin” memaparkan mengenai

kesalahan pelafalan nada pertama, nada kedua, nada ketiga, dan nada keempat pada siswa SMA di Tebing Tinggi. Skripsi tersebut menganalisis kesalahan nada pada kata tunggal. Penulis menemukan teori dalam skripsi tersebut dapat diterapkan pada penelitian ini.

Sheyla Silvia Siregar (2014) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Nada Tuturan Deklaratif Bahasa Mandarin Oleh Pembelajar Bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara: Kajian Fonetik Akustik” mendeskripsikan nada tuturan deklaratif penutur asli dan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan mendeskripsikan pola nada tuturan deklaratif dalam bahasa Mandarin penutur asli dengan pembelajar bahasa Mandarin di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara merekam suara tuturan deklaratif bahasa Mandarin oleh penutur asli dan pembelajar bahasa Mandarin. Tesis ini membantu penulis dalam penggunaan

metode penelitian, khususnya program praat yang digunakan untuk melihat

2.2 Konsep

Tantawi (2014:46) menyatakan konsep adalah penjelasan mengenai istilah-istilah atau konsep-konsep yang akan digunakan di dalam penelitian. Hal ini perlu karena ada kata-kata di dalam kamus yang memiliki arti lebih dari satu dan akan menjadi pedoman pada saat penelitian. Maka dalam merumuskannya kita harus menjelaskannya sesuai dengan arti yang kita maksud.

Adapun konsep dari penelitian ini adalah mengenai:

2.2.1 Analisis Kesalahan

Corder (1973:85) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Menurut Parera (1997:154) orang tidak mungkin tidak berbuat salah dalam proses belajar bahasa. Kenyataan ini perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Walaupun demikian, studi tentang kesalahan berbahasa perlu diadakan agar usaha kita dalam memperkecil kesalahan dapat dilakukan sedini mungkin.

Tarigan (2011:178) menggolongkan bentuk kajian analisis kesalahan menjadi beberapa kategori linguistik, yaitu:

1. Fonologi, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa

tulis.

2. Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks,

perulangan kata.

3. Sintaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat.

2.2.2 Nada

Nada atau pitch adalah tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi

segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Chaer (1994:121) Dalam bahasa-bahasa bernada atau tonal, seperti bahasa Mandarin, bahasa Thai dan bahasa Vietnam, nada berperan sebagai pembeda makna.

2.2.3 Nada Ketiga pada Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin memiliki empat buah nada yaitu nada pertama, nada kedua, nada ketiga dan nada keempat (Wang, 2013:76).

1. Nada pertama 平(yīnpíng) yaitu nada yang dilafalkan tinggi dan

mendatar dengan bentuk nada 55. Dalam han yu pin yin nada pertama

ditandai dengan lambang (-).

2. Nada kedua 平(yáng píng) yaitu nada yang dilafalkan meninggi dengan

bentuk nada 35. Dalam han yu pin yin nada kedua ditandai dengan

lambang (/).

3. Nada ketiga 上声(shǎng shēng) yaitu nada yang dilafalkan menurun lalu

meninggi dengan bentuk nada 214. Dalam han yu pin yin nada ketiga

ditandai dengan lambang (v).

4. Nada keempat去声 (qù shēng) yaitu nada yang dilafalkan menurun

dengan bentuk nada 51. Dalam han yu pin yin nada keempat ditandai

Selain keempat nada di atas, ada juga nada tambahan yaitu nada ringan轻声 (qingsheng) yaitu nada yang dilafalkan dengan nada datar dan singkat.

Gambar 2. 1Gambar Tabel Penandaan Lima Tingkat

Gambar di atas merupakan gambaran bentuk tinggi rendahnya nada berdasarkan tabel penandaan lima tingkat. Angka 1 merupakan titik nada rendah, angka 2 merupakan titik nada semi rendah, angka 3 merupakan titik nada sedang, angka 4 merupakan titik nada semi tinggi, titik 5 merupakan titik nada tinggi.

Nada ketiga dalam bahasa Mandarin merupakan nada yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi jika dibandingkan dengan nada lainnya dan nada ketiga memiliki beberapa perubahan (Yan dan Liang, 2011:160), adapun perubahan nada ketiga yaitu:

Sebelum terjadi perubahan, nada ketiga dilafalkan dengan menurun lalu meninggi, dengan bentuk nada 214, setelah mengalami perubahan menjadi setengah nada tiga, maka nada ini dilafalkan secara menurun dan tidak meninggi lagi, yaitu dengan bentuk nada 21. Perubahan nada ini terjadi pada saat nada ketiga diikuti oleh nada pertama , kedua, keempat, dan nada ringan contoh:

火车huǒ chē Nada ketiga diikuti dengan nada pertama.

可能kě néng Nada ketiga diikuti dengan nada kedua.

可爱 kě ài Nada ketiga diikuti dengan nada keempat.

姐姐jiě jie Nada ketiga diikuti dengan nada ringan.

2. Dilafalkan menjadi meninggi, hampir mirip dengan nada kedua.

Sebelum terjadi perubahan, nada ketiga dilafalkan dengan menurun lalu meninggi, dengan bentuk nada 214, setelah mengalami perubahan menjadi meninggi, nada ini dilafalkan hampir mirip dengan nada kedua, nada ini dilafalkan dengan bentuk nada 24. Perubahan nada ketiga menjadi nada meninggi ini terjadi pada saat nada ketiga diikuti nada ketiga, dengan keadaan seperti ini, maka nada ketiga yang di depan mengalami perubahan, dan nada ketiga yang di belakang tetap dibaca penuh dengan bentuk nada 214, contoh:

可以kěy Nada ketiga diikuti dengan nada ketiga.

小姐xiǎo jiě Nada ketiga diikuti dengan nada ketiga.

Selain peraturan-peraturan di atas, nada ketiga tetap dilafalkan secara penuh dengan bentuk nada 214. walaupun dalam pembacaannya nada ketiga

terkadang mengalami perubahan, namun pada penulisan lambang nada pada han yu pin yin tetap ditulis nada ketiga (V).

2.2.4 Vokal Dan Konsonan

Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang tidak menggunakan tulisan Latin,. Namun pada tahun 1958, RRT secara resmi menggunakan sistem fonetik

pinyin yang dibuat oleh lembaga pembaharuan tulisan RRT. Pinyin merupakan

sistem alihaksara untuk membaca aksara cina, pinyin terdiri dari huruf vokal (声

母/shēng mǔ), huruf konsonan 韵母/yùn mǔ , dan nada (声调/ shēng diào).

Pinyin dalam bahasa Mandarin memiliki 21 konsonan 韵母/yùn mǔ , yaitu:

Tabel 2.1

Bunyi Konsonan Lafal Indonesia

b po p pho m mo f fo d te t the n ne l le g ke k khe h he j ci q chi x si z ce

Bunyi Konsonan Lafal Indonesia c che s se zh ceur ch cheur sh sheur r re

Pinyin dalam bahasa Mandarin memiliki 39 bunyi vokal(声母/shēng mǔ,

yaitu:

Tabel 2. 2

Bunyi Vokal Lafal Indonesia

a a o o e e u wu ü yiu e ȇ er er i yi -i sì ai ai ei ei ao ao ou ou ia ya ie ye ua wa uo wo

Bunyi Vokal Lafal Indonesia üe yue io yo iao yao iou you uai wai uei wei an an ian yan uan wan üan yiuan en en in yin uen yen ün yuin ang ang iang yang uang wang eng weng ing ying ueng weng ong ong iong yiong 2.2.5 Fonetik Akustik

Fonetik akustik merupakan pembagian dari jenis-jenis Fonetik, dan fonetik merupakan pembagian dari dua cabang kajian fonologi. Dikemukakan oleh Chaer (1994:102) bahwa Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari,

menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa, yang secara

etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.

Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan (science) yang

menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana otak manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia, Oconor (dalam Muslich, 2008:8). Sedangkan menurut Marsono (2008:1) Fonetik ialah ilmu yang mnyelidiki dan berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa. Bagaimana cara terbentukya: berapa frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran udara: dan bagaimana bunyi itu diterima oleh telinga. Fonetik menurut Dew dan Jensen (dalam muslich, 2008) dapat dibagi menjadi tiga bagian kajian, yaitu Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustik dan Fonetik Auditoris. Fonetik Artikulatoris adalah fonetik yang mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi mekanisme biologis organ tutur manusia. Fonetik akustik adalah kajian yang bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima. Fonetik Auditoris yaitu fonetik yang mengkaji bagaimana manusia menentukan pilihan bunyi-bunyi yang diterima alat

pendengarannya.

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai gejala fisik. Bunyi-bunyi diselidiki berhubungan dengan frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dan laboratorium fonetis (Marsono, 2008:2). Fonetik akustik merupakan fonetik yang paling eksak

karena didasarkan pada penemuan-penemuan ilmu fisika dan matematika,Yulianto dan Tirtawijaya (dalam Karsono, 2013: 2)

2.3 Landasan Teori

Adapun teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah teori analisis kesalahan, teori Praat dan teori faktor penyebab

kesalahan.

2.3.1 Analisis Kesalahan

Menurut Ellis (dalam Tarigan, 2011:60) analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, saat pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

Melalui kegiatan pengkajian kesalahan dapat diungkapkan berbagai hal mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Hal-hal yang dimaksud antara lain, latar belakang, sebab-akibat, dan berbagai kesalahan. Pada gilirannya hal itu dapat digunakan sebagai umpan-balik dalam penyempurnaan atau perbaikan pengajaran bahasa, terlebih dalam mempersiapkan pengajaran remedial. Tujuan akhir dari semua kegiatan tersebut adalah untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pengajaran bahasa itu sendiri (Tarigan, 2011:59).

Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja, analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tertentu inilah yang dimaksud dengan metodologi Analisis Kesalahan. Adapun metodelogi Analisis Kesalahan menurut Ellis (dalam Tarigan, 2011:63), yaitu:

1. Mengumpulkan sampel kesalahan

2. Mengidentifikasi kesalahan

3. Menjelaskan kesalahan

4. Mengklasifikasikan kesalahan

5. Mengevaluasi kesalahan

Corder (dalam Pranowo, 1996:51) membagi kesalahan menjadi tiga jenis kesalahan , yaitu :

1. Mistake

Mistake adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada.

2. Lapses

Lapses merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat. Kelelahan tubuh bisa menimbulkan selip bahasa.

3. Errors

Errors merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.

Kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh lapses tidak memiliki

implikasi pedagogis (mendidik) yang berbahaya (Pranowo, 1996:51). Tarigan

(2011:70) juga mengatakan bahwa kekeliruan (mistake) kurang tepat dijadikan

hanya untuk sementara, maka bila siswa lebih sadar dan mawas diri, kekeliruan tersebut dapat diperbaiki oleh yang bersangkutan.

Analisis kesalahan menurut pendapat Corder dapat diaplikasikan untuk

penelitian tentang kesalahan pelafalan nada ketiga, yaitu penyimpangan (mistakes)

yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten yang muncul dalam hasil

penelitian dikategorikan sebagai error. Dari error inilah penulis menyimpulkan

tingkat kesalahan mahasiswa dalam melafalkan nada ketiga.

2.3.2 Praat

Praat berasal dari bahasa Belanda yang artinya suara. Praat merupakan sebuah program yang digunakan para ahli bahasa untuk menganalisis bunyi-bunyi

bahasa. Praat diciptakan oleh Paul Boersma dan David Weenink dari phonetic

Science, Department University of Amsterdang. Dalam ilmu linguistik, program ini sering digunakan untuk menganalisis suara dengan berbagai bahasa yang ada,

baik itu bahasa daerah ataupun bahasa internasional. Praat adalah alat ilmiah

untuk para pembelajar bahasa yang dapat menganalisis spektrogram. Melalui

program ini para ahli bahasa dapat menganalisis vokal dan konsonan, nada,

frekuensi, durasi dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi bahasa. Praat juga

dapat digunakan dalam analisis akustik. Program Praat dapat digunakan untuk

menganalisis suara dengan berbagai bahasa yang ada, baik itu bahasa daerah maupun bahasa internasional.

Dalam penelitian ini Praat akan digunakan untuk menganalisis bentuk

pelafalan bunyi nada ketiga bahasa Mandarin. Praat akan digunakan untuk

Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sebagai pembelajar bahasa kedua. Pada tahap akhir akan dibandingkan bentuk nada antara penutur asli dengan mahasiswa Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sebagai pembelajar bahasa kedua.

2.3.3 Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa

Menurut Setyawadi (2013:13), ada tiga kemungkinan penyebab seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut :

1. Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti

bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.

2. Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.

Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan

intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh:

penyamarataan berlebihan, ketidaktahuan pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan salah menghipotesiskan konsep.

3. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini

berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian,

langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Mandarin merupakan bahasa resmi Republik Rakyat Tiongkok. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi bahasa Internasional ke-dua setelah bahasa Inggris. Hal ini membuat banyak negara-negara lain tertarik untuk mempelajari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin tergolong jarang dipelajari oleh masyarakat di luar negara Cina karena sangat sulit. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pelajar yang mempelajari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Sino-Tibet. Bahasa ini dalam penulisannya menggunakan sistem penulisan aksara yang dalam bahasa Mandarin disebut hànzì (汉 字). Bahasa Mandarin juga memiliki sistem alih aksara yang dalam bahasa Mandarin disebut hàyǔpīnyīn ( 汉 语 拼 音 ). Hàyǔpīnyīn merupakan sarana untuk mempermudah pelajar bahasa Mandarin dalam tahap awal belajar pelafalan dan nada pada bahasa Mandarin.

Pada proses pemaknaan sebuah silabel dalam bahasa Mandarin, peran setiap nada ini sangat penting. Nada dalam bahasa Mandarin adalah termasuk unsur fonetik dalam sebuah ilmu linguistik. Sehingga nada-nada ini menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji, khususnya bagi pembelajar bahasa Mandarin di Indonesia. Fonetik merupakan cabang ilmu linguistik yang menelaah bunyi bahasa berdasarkan fungsinya. Kajian fonetik akustik bertumpu pada struktur fungsi bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia

memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima (Mallberg dalam Muslich, 2008:9).

Berbeda dengan bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin merupakan bahasa nada yaitu nada berperan sebagai pembeda makna dalam sebuah silabel. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Mandarin sebuah kata yang sama dapat memiliki beberapa arti yang berbeda dikarenakan nada yang berbeda. Bahasa Mandarin memiliki 4 nada utama yang biasa disebut dengan nada pertama ( 平

yīn píng), nada kedua ( 平 yáng píng), nada ketiga (上声 shǎng shēng), nada keempat (去声 qù shēng) , dan satu nada tambahan yang biasa disebut sebagai nada ringan (轻声qīngshēng).

Nada pertama 平(yīn píng) = intonasi dengan nada tinggi datar

Nada kedua 平(yáng píng) = intonasi nada meninggi

Nada ketiga 上声(shǎng shēng) = intonasi nada menurun lalu meninggi

Nada keempat 去声 (qù shēng) = intonasi nada menurun

Gambar 1.1

Berikut merupakan contoh sebuah kata yang sama namun akan memiliki arti dan aksara yang berbeda apabila penutur melafalkannya dengan nada yang berbeda:

(nada pertama) memiliki arti delapan

(nada kedua) memiliki arti mencabut

(nada ketiga) memiliki arti menggenggam

(nada keempat) memiliki arti ayah

吧ba (nada ringan) merupakan sebuah partikel yang membuat

kalimat menjadi bersifat mengajak

Nada memiliki fungsi sebagai pembeda arti dalam bahasa Mandarin, maka apabila seseorang dalam praktiknya melafalkan suatu kata dengan tidak tepat maka akan terjadi perubahan arti pada kata yang diucapkannya dan dapat

mengakibatkan lawan bicara bingung, bahkan dapat terjadi kesalahpahaman terhadap si pembicara.

Dalam proses belajar bahasa Mandarin, tidak jarang seorang pelajar melakukan kesalahan, terutama dalam masalah nada. Dari sudut pandang pelajar bahasa dengan bahasa ibu bahasa Indonesia yang tidak menggunakan nada sebagai pembeda arti, membuat pelajar bahasa Mandarin di Indonesia memiliki kesukaran dalam melafalkan nada dalam bahasa Mandarin, dan sering terjadi kesalahan dalam berbicara maupun membaca. Dari pengamatan penulis pada saat belajar bahasa Mandarin di Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, banyak mahasiswa yang sering mengalami kesulitan dalam melafalkan nada ketiga bahkan melakukan kesalahan.

Nada ketiga merupakan nada yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi jika dibandingkan dengan nada lainnya, dan nada ketiga juga memiliki beberapa jenis perubahan nada. Perubahan nada ini tergantung kepada nada pada kata yang mengikutinya. Nada ketiga harus dilafalkan menjadi setengah nada tiga半上声 pada kondisi-kondisi tertentu, nada ketiga harus diubah menjadi (mirip) nada ke dua 平 pada kondisi-kondisi tertentu, nada ketiga harus dilafalkan secara penuh pada situasai tertentu. Banyak mahasiswa yang sering terbata-bata bahkan melakukan kesalahan pada saat menjumpai nada ketiga ketika membaca ataupun berbicara. Hal ini tentunya sangat mengganggu ketika seorang pelajar berbicara maupun membaca dengan menggunakan bahasa Mandarin dan pelafalannya salah. Hal ini juga dapat mengurangi penilaian masyarakat yang mengerti akan bahasa Mandarin apabila mendengar seorang mahasiswa Program Studi Sastra Cina,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara salah melafalkan nada ketiga, karena hal ini merupakan salah satu dasar yang sangat penting untuk dikuasai seorang pelajar. Sebagai contoh dalam praktiknya apabila seorang penutur ingin mengatakan 买马 mǎi mǎ yang artinya membeli kuda, tetapi apabila penutur sulit maupun kurang tepat menuturkan nada tersebut menjadi 马 mài mǎ yang artinya menjual kuda, maka artinya pun menjadi berbeda, hal ini juga dapat menimbulkan kesalahfahaman. Hal ini sering terjadi pada pengguna bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua atau sebagai bahasa asing.

Sebagai contoh yang lain, apabila seseorang ingin membeli suatu benda

Dokumen terkait