• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung dan Budidaya

Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagai berikut:

a) Kawasan lindung yang terdiri atas: (1) Kawasan hutan lindung;

(2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

(3) Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasansekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokallainnya;

(4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairanlainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alamdan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisataalam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmupengetahuan;

(5) Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanahlongsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawanbanjir;

(6) Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yangmemberikan perlindungan terhadap air tanah; dan

(7) Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut yang dilindungi.

b) Kawasan budidaya yang terdiri atas:

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutanproduksi yang dapat dikonversi; (2) Kawasan hutan rakyat;

(3) Kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, hortikultura, kawasan peruntukan perkebunan, dan peternakan;

(4) Kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: perikanan tangkap, budi daya perikanan, danpengolahan ikan;

(5) Kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panasbumi, serta air tanah di kawasan pertambangan;

(6) Kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan:peruntukan industri besar, industri sedang, dan industri rumahtangga;

(7) Kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisatabuatan;

(8) Kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan: permukiman perkotaan dan peruntukan permukimanperdesaan. Sebagai kawasan budi daya maka permukimandiarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masingpermukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya dipegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;dan

(9) Kawasan peruntukan lainnya.

Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Tasikmalaya meliputi dua bagian utama, yaitu rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana pola ruang kawasan budidaya. Kriteria dan analisis Kawasan Lindung dan Budidaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Hutan Lindung berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung : Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelerengan lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan nilai skor lebih dari 125; dan/atau; Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan 40% atau lebih, dan pada daerah yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau, Kawasan hutan yg mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut.

2. Kawasan Resapan Air (Catchment Area); Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun; Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari; Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat; Kelerengan kurang dari 15%; Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam. 3. Analisis Kawasan Lindung Geologi, yang terdiri dari a) Kawasan Cagar Alam Geologi dan

Kawasan Kars (Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang alam yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses yang berlangsung lama dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu kawasan kars menjadi objek eksplorasi dan eksploitasi manusia), b) Kawasan rawan bencana alam geologi, yang terdiri dari Kawasan rawan letusan gunung api (Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh langsung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda; Kawasan di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau Kawasan berupa lembah yang dapat menjadi daerah terlanda

awan panas, aliran lahar, lava, lontaran atau guguran bau pijar dan/atau aliran gas beracun), dan Kawasan rawan gempa bumi tektonik (Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI); Kawasan yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; Kawasan yang dilalui oleh patahan aktif daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter; Kawasan dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk; Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor).

4. Kawasan perlindungan setempat meliputi : a) Sempadan pantai (Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat). b) Sempadan sungai (Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m, Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m - 20 m, Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dr 20 m, Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau. c) Kawasan sekitar waduk dan danau/situ (Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat) d) Kawasan sekitar mata air (Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata air). e) RTH Kota (Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi; Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan).

5. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : a) Kawasan cagar alam (Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya; Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia), b) Kawasan suaka margasatwa (Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup & perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi, Memiliki keanekaragaman dan/atau keunikan satwa, Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan). c) Kawasan pantai Mangrove (Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah

tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat). d) Taman wisata alam (Kawasan darat dan/atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan; Memenuhi kebutuhan rekreasi dan/atau olah raga serta mudah dijangkau). e) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurangkurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya).

6. Kawasan usulan hutan lindung; Kawasan yang tidak berfungsi lindung, namun berdasarkan kriteria teknis digolongkan ke dalam kawasan lindung.

7. Kawasan Budidaya berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Budidaya yang meliputi kawasan budidaya di dalam hutan (kawasan hutan yang memiliki skor  124 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) di luar hutan suaka alam dan di luar hutan pelestarian alam) dan kawasan budidaya di luar hutan (kawasan pertanian, perkebunan, pertambangan, peruntukan industri, kawasan parawisata dan pemukiman, yang secara kuantitatif skor  124 dan secara ruang meningkatkan produktivitas dan gerak pembangunan secara berkelanjutan).

Berdasarkan analisis tersebut di atas kawasan-kawasan lindung dan kawasan-kawasan yang termasuk kawasan budidaya dapat dikemukakan beserta luasannya. Kawasan lindung dalam lingkup wilayah kabupaten mencapai total luas 173.686,72 ha atau 64,12 %, dan selebihnya termasuk dalam kawasan budidaya, yaitu 97.195,04 ha atau 35,88%. Uraian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.16 Rencana Pola Ruang Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tasikmalaya.

Tabel 3.11

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya

No Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) %

A KAWASAN LINDUNG

1 Hutan Konservasi 24,16 0,01

2 Hutan Lindung 16.102,60 5,94

3 Kaw. Gn Berapi Daerah Bahaya 6.074,87 2,24 4 Kaw. Gn Berapi Daerah Terlarang 1.186,02 0,44 5 Kaw. Rawan Grkan Tanah Rendah 34.994,97 12,92 6 Kaw. Rawan Grkan Tanah Menengah 70.319,68 25,96 7 Kaw. Rawan Grkan Tanah Tinggi 17.389,50 6,42 8 Kaw. Rawan Tsunami 4.848,31 1,79

No Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) %

10 Sempadan Laut 475,33 0,18

11 Sempadan Sungai 7.584,84 2,80

TOTAL KAWASAN LINDUNG 173.686,72 64,12

B KAWASAN BUDIDAYA

1 Enclave 788,28 0,29

2 Hutan Produksi 2852,65 1,05

3 Hutan Produksi Terbatas 25502,80 9,41

4 Kaw. Pedesaan 13976,56 5,16

5 Kaw. Perkotaan 2051,70 0,76

6 Lahan Basah 44646,37 16,48

7 Lahan Kering 1195,56 0,44

8 Perkebunan 6181,13 2,28

TOTAL KAWASAN BUDIDAYA 97195,04 35,88

TOTAL KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA 270.881,76 100,00 Sumber : Perda Kabupaten Tasikmalaya No 2 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten Tasikmalaya