• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Psikologi Kriminil Dalam pemeriksaam Tersangka Pada Proses Penyidikan

Ilmu psikologi yang diterapkan dalam bidang hukum lebih dikenal dengan psikologi hukum. Psiokologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindak hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindak tersebut.86

Kaitannya dengan fungsi dan peranan ilomu psikologi dalam bidang hukum Farrington dan Hawkids tahun 1970 berpendapat bahwa:87

86

Soerjono Soekanto, Beberapa catatan Tentang Psikologi Hukum, Alumni, 1979, Bandung, hlm. 9

87 Andi Hamzah, Pengusaha Perkara Kriminal Melalui Sarana teknik dan Sarana Umum,

Ghalia Indonesia, 1986, Jakarta hlm., 49

“peranan psikologi dalam hukum dapat dibagi dalam 3 jenis pertama psikologi dapat digubakan untuk menuju kebenaran pra-anggapan yang digunakan dalam hukum itu sendiri, kedua di gunakan dalam proses hukum itu sendiri dan ketiga digunakan dalam sistem hukum itu sendiri”.

Sedang fungsi psikologi menurut Sarlito Wirawan adalah:

Adalah pengertian (understanding) dan kedua adalah peramalan (predicytion)”.

Penetapan psikologi dalam bidang hukum yang dikaitkan dengan fungsi dan peranannya seperti yangdijelaskan pada dasarnya adalah kaitannya dengan hak-hak asasi tersangka yang sedang dibatasi kebebasannya.

Sesuai dengan definisi mengenai ilmu psikologi, maka sebenarnya manusialah yang paling berkepentingan dengan psikologi. Dengan kata lain manusia yang sangat membutuhkan psikologi dalam kehidupan sehari-hari di berbagai bidang, mengingat hukum itu juga merupakan perilaku di pandang dan segi tertentu, maka psikologi juga dapat diterapkan dalam penyelesaian tindak pidana. Hal mi dapat dilihat dan peranan psikologi dalam hukum poin kedua yaitu dalam poses hukum. Menurut Farington dan Hawkins yang dimaksud proses hukum disini adalah proses pemerikaan atau interogasi pada tingkat penyidikan.

Psikologi sangat besar perannya dalam proses tersebut karena psikologi lebih melihat latar belakang tingkah laku dan perbuatan individu yang di periksa. Penyidik yang menguasai minimal mengetahui sedikit psikologi, dapat dengan mudah mengenal watak, pribadi tersangka sehingga dapat ditentukan teknik-teknik pendekatan yang cocok untuk keberhasilan pemeriksaan yang berlangsung secara manusiawi yaitu pemeriksaan yang tidak menggunaka cara-cara kekerasan.

Pada proses pemerikaan tersangka pada tahap penyelidikan, seorang penyelidik harus banyak menggunakan atau menerapkan teknik peronal approach yaitu teknik pendekatan secara pribadi, dimana pendekatan mi secara subjektif dapat berupa wawancara yang dilakukan penyidik sebelum dilakukannya pemeriksaan, hal tersebut dilakukan agar hubungan emosional antara tersangka dengan penyidik lebih dekat. Dengan pendekatan subjektif mi, penyidik dapat mengetahui dan menggambarkan bagaimana keperibadian tersangkalterdakwa ini, maka pada proses pemeriksaan selanjutnya akan berjalan dengan

lancar karena penyidik sudah bisa menempatkan posisinya dan bisa mengarahkan pemeriksaan sehingga tersangka dapat memberikan keterangan tanpa berbelit-belit. 88

a.

Perlunya Penguasaan Psikologi Bagi Para Penyidik

Pada saat mengungkit keterangan dari tersangka/terdakwa ini seorang penyidik perlu meneraplkan salah satu atau beberapa dari bidang-bidang yang terdapat dalam ilmu psikologi yang dianggap paling tepat untuk membantu kelancaran tugasnya seperti penerapan bidang psikologi kepribadian atau tipologi karena tujuan dari psikologi keperibadian atau tipologi adalah untuk mempelajari kepribadian, ciri-ciri dan tipe-tipe seseorang.

Penerapan psikologi tersebut, seorang penyidik dapat mempelajari dan mengenal lebih dalam tentang apa dan siapa tersangka itu, bagaimana watak dan kepribadiannya, sifatnya sehingga dapat ditentukan cara pendekatan yang lebih akrap, semakin mengenal priabdi tersangka semakin akrap dan lancar komunikasi yang terjadi antara penyidik dan tersangka.

Keakrapan tersebut dapat membantu penyidik mengumpulkan keterangan tersangka sebagai salah satu bahan atua alat tanpa tersangka merasa hak-haknya sebagai manusia dirampas. Pendekatan tersebut selain untuk mempermudah penyidik mengumpulkan kekerasan juga diterapkan untuk mengatasi seandainya tersangka mempunyai rasa takut untuk menjawab atau memberikan keterangan.

Seseorang melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana biasanya karena dua alasan, pertama, tindak pidana itu tidak sengaja tersangka/terdakwa lakukan atua terpaksa

88 Hasil wawancara dengan Kasat Reskrim Toni pada hari Kamis 14 Agustus 2008 di

demi membela diri, kedua, tindak pidana itu dilakukan secara sadar dan sengaja dilakukan.

Bila seseorang melakukan suatu kejahatan atau tindak pdiana secara sadar dan dengan sengaja, maka hal tersebut biasanya terjadi karena dipengaruhi oleh adanya ketidakseimbangan antara pikiran dan perasaan.

Seorang yang sedang berada dalam ketidakseimbangan biasanya dilanda frustasi yang sangat hebat yang mampu mendorong dirinya untuk melakukan suatu kejahatan. Terkadang sesudahnya tersangka/terdakwa tersebut akan merasa menyesal namun ada pula yang bersikap dingin dan seolah-olah tidak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya.

Ketidakseimbangan dalam diri seorang yang mendorong untuk melakukan suatu tindak pidana itu biasanya disebabkan oleh faktor-faktor psikologis yang berada dalam dirinya, ketidakmampuan untuk menahan amarah dan rasa dendam, keinginan dan nafsu yang tidak dapat direndam, kesemuanya itu merupakan hal-hal yang secara psikologis yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri seseorang. Selain faktor psikologis ada pula faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mendorong tersangka/terdakwa untuk melakukan tindak pidana, salah satunya adalah tekanan ekonomi yang sangat berat hingga menyebabkan tersangka, terdakwa nekat melakukan tindak pidana.

Pada upaya untuk dapat mengetahui faktor apakah yang menyebabkan seseorang melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana tentu syarat penyidik harus menanyakan kepada tersangka selain berusaha mencari bukti-bukti yang relevan dengan tindak pidana tersebut, namun ada kalanya seorang tersangka/terdakwa berbelit-belit dalam memberikan keterangan di depan penyidik sehingga menyebabkan penyidik yang

emosional bisa saja melakukan hal-hal yang diluar batas terhadap diri tersangka misalnya membentak-bentak atau mengitimidasi atau bahkan melakukan penganiayaan yang ringan hanya agar tersangka mau mengakui perbuatannya.

Tindakan yang demikian tentu saja malah akan membuat tersangka/terdakwa makin takut untuk memberikan keterangan karena terdakwa/tersangka merasa tidak aman dan tidak nyaman karena berada di bawah tekanan, kalaupun pada akhirnya tersangka/terdakwa pada akhirnya mau memberikan keterangan atau mengakui perbuatannya ada kemungkinan hal tersebut dilakukannya karena tersangka/terdakwa merasa terpaksa dan takut akan mendapatkan siksaan yang lebih berat jika tersangka/terdakwa tidak mengakui perbuatannya.

Tentu saja cara-cara penyidik dalam memperoleh keterangan yang demikian itu sangat tidak efektif karena keterangan tersangka yang diberikan pada bawah tekanan tersebut bisa saja ditarik kembali oleh tersangka/terdakwa di depan sidang pengadilan, jika hal demikian terjadi, maka keterangan tersangka tersebut di depan penyidik menjadi mentah dan dianggap telah berlaku karena yang akan di dengar adalah tersangka yang diberikan dibawah sumpah yang di depan sidang pengadilan.

Penyidik membutuhkan cara yang efektif agar penyidik memperoleh keterangan dari tersangka tentang tindak pidana. Salah satu yang sangat efektif dalam melakukan proses pemeriksaan terhadap tersangka adalah dengan menerapkan pengetahuan tentang psikologis.

Walaupun KUHAP tidak aturan dalam mempergunakan psikologi, namun seorang penyidik di tuntut untuk dapat mengenal mental, watak, karakteristik, tersangka yang diperiksanya. Seorang penyidik yang sedikit banyak mengetahui tentang psikologi tentu mengetahui bagaimana cara memperoleh keterangan dari tersangka tanpa perlu

bersikap keras mengancam atau menakut-nakuti, misalnya saja, proses pemeriksaan tersangka di Polres Langkat, disini sudah menerapkan ilmu psikologi dalam pemeriksaan tersangka agar hak-hak tersangka lebih dihargai dan dihormati sesuai dengan aturan yang ada, sehingga peranan psikologi dalam pemeriksaan tersangka di Polres Langkat sangat diperlukan.

Penyidik perlu menemaptkan diri bukan sebagai pemeriksa yang akan menggiring tersangka menuju penjara tetapi sebagai kawan yang berbicara dari hati ke hati dengan tersangka. Sikap keras sama sekali di hindari, dengan kata lain segala usaha untuk mengungkapkan isi hati tersangka tanpa perlu harus melakukan kekerasan, memang pemakaian ilmu psikologi sebagai sarana dalam menentukan kebenaran materil ini ada batasannya, yaitu terhadap tersangka yang merupakan penjahat profesional karena biasanya seorang tersangka yang baru melakukan kejahatan masih gugup dan akan cepat mengakui atau memberikan keterangan tanpa perlu dipaksa.

Mempelajari ilmu psikologi dan menerapkannya terutama dalam proses penyidikan di lapangan maupun dalam pemeriksaan tersangka, seorang penyidik dapat lebih mudah memperoleh keterangan baik dari saksi maupun dari tersangka tentang suatu tindak pidana yang telah terjadi.

Upaya untuk menghadapi sikap tersangka yang sulit sekalipun penyidik tidak akan mudah terpancing emosinya, bila bisa menemapti diri pada posisi apapun tanpa merasa kesulitan, misalnya dengan menerapkan ilmu psikologi dalam proses pemeriksaan seorang penyidik dapat tahu kapan waktunya untuk menanayio tersangka dan kapan penyidik harus diam mendengarkan segala keterangan yang diberikan, penyidik tahu mana saat yang tepat untuk menanyai tersangka dengan pertanyaan-pertanyaan

memojokan tanpa tersangka menyadari bahwa dirinya telah digiring untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Penerapan psikologis dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik dapat berkalan efektif tanpa perlu menggunakan tindakan-tindakan rendah seperti mengancam, menakut-nakuti, menyiksa dan lain sebagainya. Dengan demikian pencabutan keterangan tersangka yang dilakukan di depan sidang pengadilan dengan keterangan di bawah tekanan dapat diminimalisir atau bahkan dihapuskan.

b.

Penerapan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan dan salah satunya adalah dalam bidang hukum khususnya dalam proses pemeriksaan tersangka.

Selain memperoleh bidang-bidang memperoleh bidang-bidang dan metode- metode psikologi yang berguna bagi ilmu hukum, seorang penyidik juga dapat mempelajari sikap, taktik dan teknik dalam pemeriksaan tersangka yang didasarkan kepada pengetahuan ilmu psikologi.

1.

Sikap yang perlu diambil oleh penyidik

Proses pemeriksaan adalah merupakan kontak pertama antara penyidik tersangka yang selanjutnya akan menentukan berhasil atau tidaknya tujuan pemeriksaan yang untuk menentukan keberanian materiil.

Seorang penyidik harus telah mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan segala sikap alat dan keahliannya karena jika hubungan pertama ini rusak, maka akan

mengakibatkan hubungan mereka selanjutnya rusak pula sehingga sulit mencapai hasil yang dimaksud.

Pekerjaan memeriksa tersangka bukanlah suatu hal yang mudah karena yang dihadapi adalah manusia juga sama seperti penyidik yang berjiwa dan berperasaan sehingga perlu pendekatan psikologi, yang harus diingat adalah dalam keadaan bagaimanapun juga penyidik harus bisa menahan emosi dan bisa menahan kesabaran. Dengan kesabaran yang tinggi bukan berarti mengalah tetapi justru disinilah arti pentingnay pendekatan oleh penyidik terhadap tersangka dengan alat bantu psikologi.

Seorang penyidik harus bersikap tegas, jelas tetapi tidak meninggalkan kesopanan dan keramahan, bersifat kekeluargaan, ramah dan menarik. Apabila terangka mempunyai perasaan takut, penyidik harus bersikap membimbing dan terhadap tersangka yang sombong lebih baik jika penyidik memuji dan menyanjungnya, keadaan tersebut akan membuat tersangka merasa diperhatikan sebagai subjek yang mempunyai hak dan kewajiban.

Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang penyidik pada proses pemeriksaan tersangka antara lain sebagai berikut : 89

1.

Sikap penyidik harus jauh dari segala macam tindakan kekerasan apalagi

membawa akibat pemeriksaan dan penganiyayaan.

2.

Penyidik harus bersikap penuh berwibawa dan berpakaian yang pantas

agar tersangka yang diperiksa mempunyai rasa segan dan hormat.

3.

Penyidik harus bisa menahan emosi, terutama bila yang menghadapi

adalah tersangka yang berbelit-belit dalam memberikan keterangan.

89 Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik dan Sarana Umum,

4.

Penyidik tetap harus bersikap sopan kepada tersangka dalam memberikan

pertanyaan agar tersangka merasa di hargai dan secara otomatis

pemeriksaan tersangka berjalan lebih lancar.

Hal penting yang harus diingat oleh penyidik adalah bahwa pemeriksaan harus berjalan subjektif mungkin. Dengan kata lain penyidik tidak boleh terpengaruh dengan tersangka. Penilaian pribadi dan moral harus dihindari karena dalam melakukan pemeriksaan tersangka seorang penyidik harus mendapatkan hasil yang baik melalui cara- cara yang diperkenankan oleh hokum. Maka para penyidik harus dibekali dengan berbagai macam pengetahuan yang perlu disamping juga harus mempunyai pengalaman yang cukup.

Suatu pengetahuan yang mendalam ilmu-ilmu psikologi yang dapat di terapkan tersangka dalam proses pemeriksaan tersangka, antara lain ilmu psikologi, ditempah dengan pengalaman yang terus dikaji akan lebih bermanfaat dalam memperoleh keterangan dari tersangka dibandingkan dengan melakukan cara-cara rendah sepreti mengancam, menakut-nakuti, menyiksa dan sebagainya.

Satu hal yang perlu diperhatikan yang selama ini sering kali luput dari perhatian para penegak hukum adalah jika seorang penyidik memeriksa saksi atau tersangka, maka dia harus berfikir seakan-akan penyidik sendiri terlibat didalamnya dan mencoba merasakan serta mendalami apa yang dirasakan oleh saksi atau tersangka tersebut, sehingga saksi atau tersangka akan lebih mudah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

2. Taktik dan teknik pemeriksaan tersangka

Upaya melakukan pemeriksaan tersangka menuju keapda kebenaran materiil baik itu berupa pengakuan maupun berupa penyangkalan dari tersangka, seorang penyidik harus mempunyai dan mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup. Namun terlebih

dahulu penyidik harus menyelidiki apakah benar telah terjadi suatu delik ataukah hanya merupakan laporan palsu.

Pemeriksaan tersangka perlu segera dilakukan setelah diterima atau terjadinya tindak pidana diketahui. Hal ini menjadi penting agar alat-alat dan barang-barang bukti lebih mudah diperoleh dan ingatan tersangka akan tindak pidana tersebut menjadi kuat.

Pemeriksaan tersangka perlu segera dilakukan setelah diterima atau terjadinya tindak pidana diketahui. Hal ini menjadi penting agar alat-alat dan barang-barang bukti lebih mudah diperoleh dan ingatan tersangka akan tindak pidana tersebut menjadi kuat.

Sebelum tersangka di periksa, terlebih dahulu di tangan penyidik harus sudah ada berkas-berkas antara lain BAP, hasil pemeriksaan di tempat terjadian, bukti laboratorium visum dan lain sebagainya yang akan menunjang pemeriksaan tersebut.

Taktik dan teknik pemeriksaan tersangka dalam tahap penyelidikan terbagi dua, yaitu peratma, taktik dan teknik pemeriksaan terhadap tersangka yang sudah jelas kesalahannya dan kedua, taktik dan tehnik pemeriksaan tersangka yang belum jelas kesalahannya. Sebelum melakukan pemeriksaan tersangka penyidik terlebih dahulu berdialok/wawancara dengan tersangka sebelum dilakukannya pemeriksaan secara verbal, hal tersebut dilakukan agar hubungan emosional antara tersangka dengan penyidik lebih dekat. 90

Setelah melakukan pendekatan dengan tersangka melalui dialok / wawancara kemudian penyidik melaksanakan, Taktik dan tekhnik yaitu : 91

A.

Pemeriksaan tersangka yang sudah jelas kesalahannya :

90

Hasil wawancara langsung dengan Kasat Reskrim Toni pada hari Kamis 14 Agustus 2008 di Poltabes Medan

91

Penyidik sama sekali tidak boleh langsung percaya oleh cerita tersangka

bahwa tersangka tidak bersalah walaupun tersangka mengajukan bukti-

bukti yang seakan-akan masuk akal. Penyidik harus tetap dan sikapnya

dimana penyidik yakin akan kesalahan tersangka dan memeriksanya terus

menuju kepada pengakuan.

Kemudian penyidik secara bertahap memajukan beberapa bukti yang telah

didapatkan tetapi tidak semua, jangan menceritakan keseluruhan peristiwa

yang dilakukan tersangka, hal ini dimaksud agar tersangka menceritakan

sendiri seluruh peristiwa tindak pidana tersebut.

Dianjurkan untuk menunjukan tanda-tanda yang nampak pada diri

tersangka selama di periksa baik fisik maupun psikis yang menunjukan

kesalahan tersangka kepada tersangka diberikan penjelasan bahwa tanda-

tanda tersangka bersalah telah Nampak jelas pada dirinya.

Lebih baik tersangka menerangkan kebenaran. Hal ini akan menimbulkan

keyakinan pada dirinya bahwa sia-sialah menyangkal terus menerus.

Dalam rangka mencari simpati tersangka terutama tersangka yang

emosional, suatu keterangan bahwa “Siapapun juga akan melakukan

perbuatan serupa di bawah keadaan-keadaan atau situasi seperti itu akan

sangat menekan jiwa tersangka untuk membuka pengakuannya”.

Taktik mencari simpati tersangka dengan jalan menjelekan si korban dapat

dipergunakan, misalnya dalam hal pembunuhan karena dendamm atau

karena malu.

Mencari kebohongan dalam salah satu segi dan cerita tersangka. Dengan

terungkapnya kebohongan seperti itu, akan membawa kesulitan kepada

tersangka.

Kepada tersangka dapat dikatakan bahwa akan menjadi sia-sia baginya

menolak mengungkapkan kebeanran terutama kepada tersangka yang tidak

emosional dapat dikamukakan bahwa sebenarnya bukti-bukti sudah cukup

di kumpulkan yang semuanya menunjuk kesalahan tersangka.

Kepada tersangka yang telah menjadi residivis dapat dikemukakan bahwa

tidak ada gunanya meneruskan perbuatan kriminal seperti itu, tangan-

tangan polisi akan lebih panjang dan bagaimanapun juga perbuatan

tersangka akan terungkap.

Apabila suatu kejahatan dilakukan lebih satu orang, maka dapat selain

taktik-taktik diatas juga mempermainkan tersangka yang satu dengan yang

lainnya.

B.

Pemeriksaan tersangka yang belum jelas kesalahannya

Pemeriksaan tersangka yang belum jelas kesalahannya, maka diperlukan

psychological apporoach. Pemeriksaan tersangka yang belum jelas

kesalahannya di gunakan teknik sebagai berikut

Pada awal pemeriksaan ditanyakan kepada tersangka apa sebab sehingga

tersangka di panggil. Dari pertanyaan itu saja sudah bisa dilihat apakah dia

bersalah atua tidak yang bersalah akan menjadi peka, sesudah berfikir

sebenarnya dia akan cepat menjawab membela dirinya, sebaliknya yang

tidak bersalah akan menjawab tidak tahu apa sebab tersangka di panggil.

Teknik ke 2 kepada tersangka di mintai menceritakan panjang lebar

mengenai apa saja tersangka ketahui peristiwa itu sendiri, tentang korban

dan orang yang dicurigai. Dari jawaban-jawaban tersangka dapat ditarik

kesimpulan-kesimpulan tertentu.

Dengan menanyakan kepada tersangka segala aktifitasnya selama dan

sesudah terjadinya tindak pidana. Dalam keterangan yang panjang lebar

nantinya dapat diketahui salah atau tidaknya tersangka.

Selanjutnya, jika penyidik mempunyai fakta-fakta yang menjuru hal

tersebut harus ditanyakan kalau bisa secara mendetail. Dengan begitu

dapat diketahui bila tersangka bersalah akan nyata jika di cocokan dengan

fakta-fakta yang ada di tangan penyidik (berupa barang bukti).

Dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada

tersangka penyidik seakan-akan jawaban telah diketahui oleh penyidik.

Jadi jawaban tersangka seakan hanya untuk diperkuat atau menegaskan

jawaban yang telah diketahui oleh penyidik.

Semua taktik dan cara telah dipergunakan dalam pemeriksaan tersangka dan belum juga dapat diketahui siapa-siapa diantara yang dicurigai itu bersala, dapat di pergunakan metode memperdaya tersangka, hal ini tersebut nyata penggunaan psikologi dalam penyidikan suatu perkara pidana.

3. Ruang Interogasi

Bagaimana seharusnya ruang interogasi, tidak diatur dalam KUHAP. Prakteklah yang menentukan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi ruangan introgasi. Namun ada

beberapa ruangan interogasi yang paling tepat terutama kondisi psikologi tersangka yang akan di periksa.

Ruang interogasi haruslah bersifat khusus dan memenuhi syarat-syarat antara lain bebas dari gangguan lain yang membisingkan dan sebisa mungkin letaknya harus jauh dari tempat atau ruangan yang sibuk dan tidak menjadi jalan dari pegawai-pegawai lainnya. Dengan jendela ruangan agak tinggi sehingga tersangka yang diinterogasi tidak meraas terganggu dengan segala hal yang terjadi di luar dan sebisa muungkin dinding- dindingnya bersih dari gambar-gambar dan sebagainya untuk menghilangkan kesan ‘ramai’.

Ruangan interogasi itu juga harus dari perabot-perabot yang tidak di perlukan, cukup satu kursi untuk penyidik dan satu lagi untuk tersangka atau yang di periksa. Selain itu, ruangan harus bersih dari mesin tik, persawat terfon. Asbah, pensil, senjata dan lain- lain. Alat perlengkapan itu perlu ditiadakan supaya tidak timbul kesan bagi tersangka bahwa tersangka dalam proses menuju penjara. Asbak ditiadakan supaya tersangka tidak merokok dalam interogasi.

Sesuatu yang harus dijaga benar adalah jangan sampai ada pegawai, keluar masuk ruangan interogasi tersebut, lebih-lebih tidak boleh ada petugas lain yang turut pula bertanya pada tersangka atau yang di periksa diinterogasi tersebut. Lain halnya kalau memang ada 2 orang penyidik yang bergantian melakukan pemeriksaan sebagai suatu tekhnik bersandiwara. 92

Akan lebih baik lagi kalau ruangan itu dapat di awasi dari kamar lain (kamar kepala/petugas lain yang bertugas memelihara kesejahteraan tersangka selama berda di kantor polisi), melalui suatu jendela kecil dan tentu lebih baik lagi kalau pakai kaca mata

92

hitam/reyban sehingga dari luar dapat mengawasi ke dalam, sebaiknya dari dalam tidak bisa melihat keluar. Maksud semua ini agar dapat diketahui segala kejadian dalam ruangan interogasi tersebut, jika terjadi sesuatu dapat diberikan pertolongan dengan cepat.

93

-

Wawancara dengan penyidik dalam hal ini Brigadir M Siregar penyidik

pembantu di Polres Langkat :

Disamping itu menghindari tuduhan bahwa dalam melakukan penyidikan telah dipergunakan cara-cara kekerasan, penganiayaan dan sebagainya, juga untuk menghindari tuduhan bahwa penyidik telah melakukan tindakan senonoh jika yang di periksa seorang wanita.

Pada praktenya aturan seperti yang tersebutkan di atas sering kali tidak diterapkan. Sebagai contoh misalnya di Polres Langkat ruangan interogasi terdapat banyak meja dan kursi. Dalam 1 ruangan seperti halnya Resum terdapat 5 petugas yang

Dokumen terkait