• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi aqidah masyarakat dalam budaya pendam ari-ari desa Kepunten Sidoarjo 1.Adaptation (Adaptasi)

ADAPTASI AQIDAH BUDAYA PENDAM ARI-ARI DESA KEPUNTEN SIDOARJO

B. Adaptasi aqidah masyarakat dalam budaya pendam ari-ari desa Kepunten Sidoarjo 1.Adaptation (Adaptasi)

penghormatan dengan menggunakan ritual-ritual mengubur ari-ari dengan di atasnya di kasi bunga, lampu dan keranjang. Dari dulu hingga sekarang proses memendam ari-ari tida ada bedanya. Kelompok ini dalam menanggapi budaya pendam ari-ari memilih untuk mengubur saja dan tidak menggunakan.

B. Adaptasi aqidah masyarakat dalam budaya pendam ari-ari desa Kepunten Sidoarjo 1. Adaptation (Adaptasi)

Fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Contohnya, budaya harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dari contoh di atas kita dapat mengaplikasikan kedalam kehidupan sosial. Khusunya dalam pencarian suatu ilmu pengetahuan. Dalam hal ini ilmu pengetahuan yang kita dapat dan kita pelajari ialah suatu budaya pastinya melekat kepada individu. Dalam pencarian data adaptasi adalah sebagai gerbang untuk membuka semua ilmu pengetahuan. Karena dalam suatu masyarakat, budaya sangat melekat dan tidak bisa dipisahkan terhadap individu-individu. Budaya beradaptasi dengan manusia karena budaya mempunyai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh budaya adalah “esksistensi budaya” sampai kapan pun. Karena budaya adalah hasil pemikiran manusia. Masalahnya adalah ketika seseorang berfikir pastinya pemikiran itu berbeda-beda. Dan tidak semua pemikiran manusia disebut sebagai budaya. Yang termasuk kategori budaya adalah suatu proses pemikiran seseorang yang dituakan dalam masyarakat itu dan kemudian dilaksanakan oleh masyarakat yang mempercayainya.

Hal ini mengarah kepada masyarakat tradisional, mereka hanya menjalankan sesuatu yang dianggapnya sebagai bentuk keselamatan bagi dirinya sendiri dan

keluarga tanpa berfikir panjang tentang masalah aqidah setiap individu-individu. Mereka sebenarnya mengerti hukum-hukum aqidah, tetapi karena sudah terlanjur berkecimpung di masyarakat yang masih menggunkan budaya pendam ari-ari maka mereka mau tidak mau mengikutinya. Karena mereka sangat mencintai diri sendiri dan keluarganya kemudian mereka takut jika terjadi apa apa jika tidak menggunakan budaya pendem ari-ari, khususnya bayi mereka yang baru lahir.

Tentunya untuk memperbaiki sitem sosial agar bisa seimbang antara aqidah dan budaya diperlukan sebuah adaptasi/penyesuaian budaya terhadap aqidah dengan cara mengajak masyarakat untuk tidak lagi percaya dengan nenek moyang mereka dengan cara yang dilakukan kelompok Tarekat Qadiriyah wal Anfasyiah wal Junaidiyah mengajak masyarakat menonton film tentang budaya. Dalam proses pemutaran film dimunculkan trial movie menceritakan tentang selayang pandang Desa Kepunten dan budaya-budaya yang ada didalamnya.

2. Goal Attainment (Tujuan)

Fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat mendefinisikan dan mencapai tujuannya.

Ketika masyarakat melakukan ritual memendam ari-ari disitu, mereka melakukan dengan biasa saja tanpa ada kekhawatiran sama sekali. Sebaliknya jika mereka tidak melakukan ritual memendam ari-ari maka mereka hidup dengan ketakutan. Itu semua karena mereka percaya kepada doktrin nenek moyang.

Aqidah seakan-akan tersammpingkan oleh budaya pendam ari-ari sehingga penulis menawarkan pemahaman baru terhadap budaya pendam ari-ari. Budaya

pendam ari-ari asalnya menurut Abu Shonny Al-Ma’rify berawal dari kidungan marmati karya Sunan Kalijaga.

Kidungan Marmati :

“Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang.”4

Kepercayaan orang Jawa menyakini bahwa ketika seorang bayi baru lahir maka dia mempunyai empat bersaudarah, yaitu Kakang kawah, Adi Ari-ari, Getih lan puser. Semua itu adalah saudara si jabang bayi yang harus dihormati. Oleh karena itu masyarakat jawa mempunyai cara tersendiri untuk menghormati ke empat saudaranya dengan ritual memendam ari-ari dengan dikasi bunga, Kurungan, dan lampu. Itu semua adalah bentuk penghormatan yang wajib dilakukan oleh masyarakat Desa Kepunten ketika bayinya lahir. Berbeda dengan Abu Shonny salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Baitul Mutashowwif 313 yang menjelaskan sejarah awal munculnya budaya pendem ari-ari berawal dari-ari kidungan karya Sunan Kalijaga yang berjudul Marmati. Marmati artinya adalah samar nek mati (Mau Mati) ketika ibu mengandung selalu dihantui dengan rasa was was yang luar biasa, antara hidup dan mati. Ibu mengandung bayi selama sembilan bulan dengan perasaan khawatir, oleh karena itu Sunan Kalijaga mmenciptakan kidungan marmati untuk menghibur ibu-ibu yang sedanag mengandung anaknya.

Didalam kidungan itu Sunan Kalijaga menyebutkan empat saudara yang selalu menemani si bayi dalam kandungan seorang ibu. Empat bersaudara itu adalah kakang kawah, adi ari-ari, getih, lan Puser. Sunan Kalijaga mnegaskan dalam kidungan itu bahwa ketika anda hamil anda tidak usah khawatir dalam kandunganmu terdapat saudara yang siap membantu selama sembilan bulan.

Seharunya tanpa ada tambahan penghormatan dengan menggunakan ritual-ritual pendam ari-ari. Keterangan itu tidak berlanjut. Jika dilanjut persoalan ini sudah masuk kedalam rana aqidah. Kepercayaan terhdap budaya itu yang membuat masyarakat lupa dengan ajaran-ajaran aqidah.

cuplikan film yang bergenre spiritual cerita wali songo dengan kidung-kidung jawanya memberi gambaran terhadap budaya-budaya yang kehilangan orientasi aqidah, kelompok tarekat qadiriyah membedah ulang film-film itu dengan diskusi terhadap penonton.

3. Integration

fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengatur hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor di dalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL. Timbulnya perpecahan disebabkan oleh ego settiap individu, entah karena kepentingan pribadi atau masyarakat. Upaya untuk menginterasikan antara budaya dan Agama, cukup diberikan pemahaman yang bersifat visioner yang berfikir lebih maju dari biasanya. Karena modal utama adalah keyakinan yang utuh terhadap budaya pendam ari-ari. jika keyakinan itu dibelokkan dengan masalah aqidah maka seseorang itu akan lebih cepet kerjanya. Mereka kelompok NU Reformis tidak

menolak budaya pendam ari-ari dan tidak juga mengikuti ajaran itu. Hanya diarahkan atau untuk sebuah kebenaran, beranjak ke jenjang yang lebih tinggi dari kepercaaan budaya menuju keakinan aqidah.

Budaya sampai sekarang tidak akan pernah hilang karena sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dari sebuah film yang diadakan itu hanya untuk merubah sebuah kepercayaan terhadap sesuatu menjadi kepercayaan terhadap Allah.

4. Latency

Fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural.5 Upaya untuk memelihara dan memperbaiki dalam suatu desa khususnya desa Kepunten Sidoarjo. Kisah dari sebuah film wali singo sebenarnya bukan hanya pertunjukan yang digemari karena sudah menjadi tradisi modern. Lebih dari itu cerita wali songo ang di pertunjukan pada sebuah film mengandung misi moral. Dalam konteks ini perlu, kita perlu mengelaborasi penggunaan kisah wali songo dalam penyebaran Islam yang dilakukan Sunan Kali Jaga dalam dakwanya kepada budaya.

Metode dakwah dan pemahaman aqidah model yang dilakukan tarekat qadiriyah mestinya bukan dilihat dari segi singkretismenya, sebagaimana diduga sebagian kalangan, lebih-lebih dimaknai secara negatif. Yang perlu dilihat adalah justru dari segi inovasi dan kemampuan mendialogkan islam dan budaya jawa.

5 Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial modern, terj. Soeheba Kramadibrata, (Jakarta: UI Press, 1985),153..

Sebuah pertunjukan film dengan beberapa genre yang berbeda beda mampu mengarahkan nilai-nilai sebuah film ke pemahaman aqidah. Contoh sebuah film wali songo tengtang perwayangan yang dicontohkan oleh Sunan Kali Jaga.

Pertama saudara tertua yang bernama Yudistira, oleh Sunan Kali Jaga digambarkan sebagai dua kalimat syahadat. Karena dia diberi pusaka yang bernama kalimasahada.

Kedua Bima yang dalam cerita Hindu dilakonkan sebagai sosok pahlawan yang kekar, tegak, dan koko, dalam konteks kisah yang ditawarkan oleh Sunan Kali Jaga digambarkan sebagai Shalat. Shalat merupakan tiang agama. Tanpa shalat berarti agama seseorang akan runtuh. Perubahan isi, tanpa mengubah sedikit pun bentuk budaya yang ada dala mendakwahkan Islam, membuktikan bahwa Sunan Kali Jaga mempunyai keahlihan dalam memadukan dan mendialogkan nilai-nilai Islam dengan budaya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan budaya pendam ari-ari di desa Kepunten Kecamatan Tulangan Sidoarjo dari dulu hingga sekarang masih tetap terjaga utuh. Mereka tetap konsiten menjaga dan melestarikan budaya pendam ari-ari dalam rangka menghargai budaya yang berkembang pada suatu wilayah tersebut. Desa Kepunten salah satu wilayah yang masih terdapat budaya pendam ari-ari. Desa Kepunten mempunyai keunikan dalam mengubur ari-ari, masyarakat desa Kepunten mengubur ari-ari sangat dalam jikka dibandingan dengan desa-desa lainya. Kedalaman diartikan oleh masyarakat Desa Kepunten sebagai kedalaman ilmu yang akan melekat kepada seorang bayi yang ari-arinya dikubur semakin dalam.

Masyarakat sangat percaya kepada dampak jika tidak melakukkan budaya pendam ari-ari sehingga mereka ketakutan.

Menurut Tallcot Parson adaptasi aqidah masyarakat Desa Kepunten Sidoarjo adalah penyesuaian diri suatu masyarakat tradisional terhadap budaya pendam Ari-ari dengan aqidah melalui dialog tentang budaya pendam ari-ari. Masyarakat tradisional akan mampu menyesuaikan diri terhadap ajaran aqidah. Dari konsep adaptasi dengan melihat sebuah film yang diadakan oleh kelompok tarekat qadiriyah dengan mendialogkan antara aqidah dan budaya pendam ari-ari sehingga masyarakat lebih bereni untuk beralih keyakinan hanya kepada Allah. Tidak lagi percaya dengan nenek moyang.

Suatu budaya yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Kepunten Sidoarjo lambat laun akan bisa menyesuaikan diri terhadap aqidah. Sehingga menciptakan masyarakat yang bisa memahami budaya dengan pemahaman yang luas.

Adaptasi aqidah masyarakat Desa Kepunten dalam budaya pendam Ari-ari dapat ditemukan suatu pemahaman aqidah hanya sebagai teori yang dihafal bukan dilaksanakan. Artinya mereka tidak melaksanakan ajaran aqidah dalam kehidupanya. Mereka paham aqidah itu iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Faktanya mereka tidak percaya dengan keagungan Allah melainkan percaya dengan nenek moyang mereka. Untuk mengetahui aqidah masyarakat yang telah tercampur dengan budaya. Kemudian tujuan mereka yang menggunakan budaya pendam-ari karena terlalu cintanya terhadap buah cintanya sehingga mereka menerabas batasan-batasan aqidah. Upaya untuk mencari titik tengah antara aqidah dan budaya dengan pemahaman-pemahaman mengenai budaya pendam ari-ari, sehingga menghasilkan ilmu-ilmu. Itu salah satu upaya mengintegrasikan antara aqidah dan budaya. Hasil dari integrasi aqidah dan budaya yaitu beranjak meninggalkan budaya pendam ari-ari tanpa mencela mereka yang masih menggunakan dengan menguatkan aqidah. Kemudian menjaga tingkah laku kita agar tidak terjebak dalam penyelewengan aqidah.

B. Saran

Setelah selesai membahas aqidah masyarakat Desa Kepunten terhadap budaya pendam ari-ari, maka penulis mempunyai beberapa saran yang diantaranya kepada seluruh masyarakat luas dan khususnya penduduk Desa Kepunten Sidoarjo hendaknya

memperhatikan dan menyadari bahwa kepercayaan tersebut sedikit banyak mempengaruhi keyakinan masyarakat yang lainya. Oleh karena itu mari kita mengawali dan berani meninggalkan sesuatu yang menjadi budaya terhadap suatu pemahaman ilmu pengetahuan tentang budaya penda ari-ari.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi & pendekatan, Jakarta: Kencana Perdana Media,2012

Kusumohamodjojo,Budiono Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Jakarta: Grasindo,2000 Gazalba,Sidi Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, Jakarta : Pustaka Antara,1986

Salam,Burhanudin Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta.1997

Efendi,Ahmad Agama dan Budaya Di Indonesia dan perkembanganya, Jakarta : UI Press, 1986 Pranata Santoso,MagdalenaFilsafat Agama, Yogyakarta : GRAHA ILMU, 2001

Watra,I Waan Dasar filsafat Agama-Agama dalam Rangka menciptkan keindahan Multikulturalisme diIndonesia, Surabaya : Paramita,2000

Harjoni, Agama Islam Dalam Pandangan Filoosofis Sebuah Penhargaan Terhadap Nafsu dan Akal, Bandung : Alfabeta, 2006

Jirhanuddin, Perbandingggan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-Agama, Bandung : Alfabet, 2006

Syafaq, Hamis Masyarakat Islam dan Tantangan Modernisasi, Surabaya, IAIN PRES, 2007 Shihab, Quraish Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Ciputat : Lentera Hati,

2009

Solikin, Nur Agama & Problem Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2007

H. Lauer,Robert Perspektif tentang Perubahan Sosial (terj.) Alimandan SU Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Pramono, M Bambang Memahami Islam Jawa, Yogyakarta : Pustaka Alvabet, 2009 .

Jones, Pip Pengantar Teori-Teori Sosial : Dari Teori Fungsional hingga Post-Modernisme Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2009

Moleong, J Lexy Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R dan D, Bandung : Alfabeta,2009 Straus, Anselm Dasar-dasar penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2001

Sarwono, Jonatan Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu,2006 Abdul Qadir, yazid Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Bogor : Pustaka At-Taqwa,2004 Sayid Sabiq, Sayid Aqidah Islamiyah, Jakarta : Rabbani Pers, 2007

Shalih, Muhammad Al-Qadha wal Qadar, Bogor : Daru Haq,1999

Martin, Richar Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama, Surakarta : Muhammadiyah Press, 2007

Anshari, Endang Sarfuddin Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya : Bina Ilmu, 1987

Amin, Abdullahh Studi Agama : Normati ataukah Hstoris (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2006 Efendi, Ahmad Kebudayaan Sebagai Identitas Bangsa Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Teologi, Jakarta : Rinaka Cipta, 2012

Kuncoroningrat, Sejarah Kebudayaan Indonesia Yogyakarta: Jambatan, 1954 Johanes, Mardimin Jangan Tangisi Tradisi Yogyakarta: Kanisius, 1994 Amin, Darori Islam dan Kebudayaan Jawa Yogyakarta, Gama Media, 2000 Djamari, Islam dan Kebudayan Indonesia.(Yogyakarta : Kanisius, 2006), 67

Irham, Iqbal Rasa Ruhani Spiritualitas di Abad Modern, Bandung : Cita Pustaka Media Perintis,2002

Archer, Jules Mistik Kejawen singkretisme simbolisme dan sufisme, Yogyakarta : Kanisius,2006 Andi, Slamet Sorotan Budaya jawa, Yogyakarta : FESET, 2009

Purna, Setia Antropologi Mengungkap Keagamaan Budaya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2005 Sutrisno, Mudji Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius, 2006

Makinudin, Teori-teori Analisis Sosial, Bandung : AKATIGA,2009

Lechte, John 50 Filsuf Kontemporer dari strukturalisme sampai Postmodernisme, Yogyakarta : Kanisius,2006

Poloma, Margaret Sosiologi Kontemporer, Jakarta : Bumi Aksara Curry, 2012

Giddens, Anthony Kapitalisme dan Teori Sosial modern, terj. Soeheba Kramadibrata, Jakarta: UI Press, 1985

B. Internet :

https://kyaimbeling.wordpress.com/sedulur-papat-limo-pancer(2 Agustus 2016 pukul 13:00)

http://haznsinaga.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html tgl 16-06-2016 pukul 4:40 wib http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-budaya-unsur-ciri-budaya.html tgl 16-06-2016 pukul 3:30 wib http://www.islamjawa.Html23Maret2016pukul07:00 C. Wawancara

Bambang Supriadi, kepala desa Kepunten, wawancara, 1 Juni 2016 Mbah ketang ,Juru kunci punden ,wawancara, 2 Juni 2016

Kamadi, Juru kunci punden ,Wawancara, 5 Juni 2016

H.Sucipto, Ta’mir masjid Baitus Shalihin ,Wawancara , 11 Juli 2016

Ali Shohdikin, Pengurus pondok mahasiswa,Wawancara, 7 Juni 2016

Abu Shony Al-Ma’rify, Pengasuh Pondok Baitul Mutashowwif,Wawancara, 14 Juni 2016

Bu Ung Warga Desa Kepunten, Wawancara, 13 juli 2016

D. Disertasi

Hamis Syafaq, Studi tentang Makna Upacara Siklus Kehidupan dan Ziarah Makam Wali Bagi Masyarakat NU di Waru Sidoarjo Jawa Timur Indonesia, Disertasi Doktor pada UIN Sunan Ampel Surabaya