• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. DAYA DUKUNG SUMBERDAYA AIR DAN ADAPTASI PETAN

6.3.   Hasil dan Pembahasan Adaptasi Petani 123

6.3.3.   Adaptasi waktu tanam padi di Wilayah Monsunal 129

Untuk memperoleh gambaran onset di wilayah monsunal terkena dampak seperti di Indramayu dilakukan wawancara di lima kecamatan antara lain di Anjatan, Bongas, Kertasemaya, Sukagumiwang, dan Krangkeng. Onset dimulai antara Oktober I/II sampai dengan Desember II/III. Sebanyak 50% responden di lahan irigasi teknis menanam pada Oktober I/II sisanya menanam pada November I sampai dengan Desember II. Namun pada lahan irigasi teknis golongan 3 sebagian besar responden (50%) melakukan penanaman pada Oktober III/November I dan sebagian petani lainnya menanam sampai dengan Desember II. Pada lahan tadah hujan 57% responden melakukan penanaman pada November II/III dan sisanya sebanyak 43% menanam pada Oktober III/November I (Gambar 6.1).

Untuk mengetahui gambaran waktu dan masa tanam di wilayah monsunal yang tidak terkena dampak anomali iklim yaitu di Kabupaten Cianjur dilakukan wawancara di empat kecamatan antara lain di Ciranjang, Warungkondang, Campaka dan Karangtengah. Waktu tanam di kabupaten Cianjur pada lahan irigasi teknis 1 dan 2 pada September III/Oktober I sebanyak 50% petani menanam pada periode tersebut dan 50% lainnya menanam pada November I/II. Petani pada lahan irigasi teknis 3 serempak menanam pada Oktober II/III

130 sedangkan petani pada lahan tadah hujan sekitar 60% melakukan penanaman pada November I/II selebihnya menanam pada Oktober II/III. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa baik petani di Indramayu maupun di Cianjur masih belum menanam dengan waktu tanam yang serempak. (Gambar 6.2).

Gambar 6.1 Respon petani terhadap onset padi di wilayah monsunal terkena dampak anomali iklim (Indramayu).

Gambar 6.2 Respon petani terhadap onset padi di wilayah monsunal tidak terkena dampak anomali iklim (Cianjur)

Perbedaan rotasi tanam yang dilakukan oleh petani di Indramayu sangat tergantung pada tipe lahan irigasi, terutama irigasi teknis dan non irigasi (tadah hujan). Pada lahan dengan tipe lahan irigasi, sekitar 33% dari seluruh responden dengan tipe lahan rigasi teknis 1 dan 2 melakukan tiga kali tanam yaitu padi-padi- padi demikian pula pada irigasi teknis 3, sebanyak 58% responden menanam dengan pola yang sama. Pada lahan dengan tipe lahan tadah hujan kebanyakan

131 hanya melakukan dua kali tanam setiap tahunnya yaitu padi-padi-bera sebanyak 64%.

Perbedaan ketersediaan air di kedua daerah ini terlihat melalui rotasi tanam yang jauh berbeda antara kedua daerah tersebut. Perbedaan ini terlihat jelas pada lahan tadah hujan, pola tanam di daerah Indramayu didominasi oleh dua kali tanam yaitu padi-padi, sedangkan di daerah Cianjur didominasi oleh tiga kali tanam yaitu padi-padi-palawija (Tabel 6.5). Daerah Cianjur lebih dipengaruhi oleh iklim lokal karena letak wilayah yang dekat dengan pegunungan sehingga tidak terlalu terlihat jelas perbedaan pola tanama antara tipe lahan irigasi teknis dan tadah hujan dengan curah hujan terjadi hampir terjadi setiap tahun dan sumber air yang cukup banyak melalui aliran sungai maupun mata air.

Tabel 6.5 Respon petani terhadap penyesuaian rotasi tanam pada tahun normal dan tahun kering di wilayah monsunal

Tipe Irigasi

Tahun Normal Tahun Kering

padi- padi- padi padi- padi- palawija padi- padi padi- palawija padi- padi- padi padi- padi- palawija padi- padi padi- palawija padi INDRAMAYU ………%... Teknis 1 dan 2 33 58 9 0 13 27 30 30 0 Teknis 3 17 50 33 0 7 12 22 42 17 Tadah Hujan 0 0 64 36 0 0 0 13 87 CIANJUR Teknis 1 dan 2 0 100 0 0 20 80 0 0 0 Teknis 3 0 100 0 0 20 80 0 0 0 Tadah Hujan 0 60 20 20 0 60 0 40 0

Perilaku petani di daerah Indramayu dan Cianjur dalam beradaptasi disaat tahun kering disajikan pada tabel 6.6. Sebagian besar petani berusaha memenuhi kebutuhan air lahan pertaniannya dengan cara mencari sumber air yang lain atau memundurkan waktu tanam.

Sebagian besar petani di Indramayu atau sekitar 75 – 83% responden pada lahan irigasi teknis baik pada irigasi golongan 1, 2 dan 3 melakukan antisipasi kekeringan dengan memundurkan waktu tanam rata-rata sekitar 2 minggu, hanya sekitar 25% petani tidak melakukan perubahan waktu tanam karena air relatif tersedia. Petani dengan lahan irigasi teknis golongan 1 dan 2 tidak berusaha

132 mencari air dalam mengantisipasi waktu tanam, mereka lebih memilih memundurkan waktu tanamnya rata-rata sekitar 2 minggu menunggu suplai irigasi. Sebagian besar (64%) petani pada lahan tadah hujan lebih memilih mencari air sedangkan sisanya (36%) lebih memilih untuk memundurkan waktu tanam menunggu hujan meskipun lebih dari 4 minggu.

Lebih dari 80% Petani di Cianjur baik pada lahan irigasi maupun pada lahan tadah hujan saat menghadapi kekeringan mencari air dengan memompa air dari sungai. Hanya sebagian kecil (17 – 20%) petani tetap menanam pada lahan irigasi teknis dan hanya 20% petani lahan tadah hujan yang memundurkan waktu tanamnya.

Tabel 6.6 Respon Petani terhadap kekeringan di Indramayu dan Cianjur Tipe Irigasi Indramayu Cianjur Tetap menanam Mencari air Mundur 2 minggu Mundur > 4 minggu Tetap menanam Mencari air Mundur 2 minggu Mundur > 4 minggu ...% ... Teknis 1 dan 2 25 0 75 0 17 83 0 0 Teknis 3 0 17 83 0 20 80 0 0 Tadah Hujan 0 64 0 36 0 80 20 0

Akibat terjadinya kekeringan yang tidak dapat dihindari, petani sendiri melakukan tindakan pencegahan baik dengan memundurkan jadual tanam atau tindakan lain yang dapat mengurangi kerusakan akibat kekeringan. Perbedaan respon petani di Indramayu dan Cianjur disebabkan kondisi iklim dan ketersediaan air yang cukup berbeda. Responden yang berada di Cianjur lebih memilih untuk mencari sumber air lain dibanding memundurkan jadual tanam di saat terjadi kekeringan. Hal ini dilakukan oleh seluruh responden di Cianjur baik pada lahan irigasi maupun lahan tadah hujan. Namun ada juga beberapa responden yang memundurkan jadual tanam sekitar 2 minggu dari yang sudah ditentukan karena letak lahan yang cukup jauh dari sumber air.

Berbeda dengan Cianjur, responden dengan tipe lahan lahan irigasi di Indramayu lebih memilih untuk memundurkan jadual tanam dibanding mencari air. Responden dengan lahan irigasi teknis 1 di Indramayu lebih memilih untuk memundurkan jadual tanam sekitar 2 minggu. Responden dengan lahan irigasi teknis 3 juga melakukan hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh para petani

133 dengan tipe lahan lahan irigasi teknis 1. Pemunduran jadual tanam ini disebabkan petani takut mengalami kerugian akibat kerusakan lahan dan petani juga tidak mau mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa pompa dan menggunakan air sungai. Tindakan petani ini terlihat jelas pada MT II tahun kering, sangat sedikit petani yang menggunakan pompa sungai sebagai alternatif sumber air lainnya. Untuk wilayah tadah hujan, respon petani sangat terlihat perbedaannya dibandingkan dengan respon petani pada lahan irigasi. Petani tadah hujan lebih memilih untuk mencari air dimana responden kebanyakan yang melakukan 2 kali tanam. Hal ini terlihat juga melalui sumber air yang sering mereka gunakan di musim kering yaitu pompa sungai, petani mau untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk menggunakan pompa. Petani tadah hujan yang memundurkan jadual tanam hingga satu bulan adalah petani yang melakukan hanya sekali tanam, sehingga para petani menunggu hujan untuk mulai menanam lagi.

Dokumen terkait