BAB III MEMAHAMI ADAPTIF
D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
34
Modul Adaptif
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan.
Mengutip dari Management Advisory Service UK4, maka “An Adaptive (Corporate) Culture is one that enables the organisation to adapt quickly and effectively to internal and external pressures for change”. Ini menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa menjadi penggerak organisasi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Budaya menjadi faktor yang memampukan organisasi dalam berkinerja secara cepat dan efektif.
Daya tahan organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas oleh Peter F. Drucker pada tahun 1959 melalui istilah terkenalnya yaitu knowledge worker, sebagai sebutan terhadap anggota organisasi yang berkontribusi signifikan terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih lanjut, Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi menghadapi goncangan, bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi, melainkan pada penggunaan pengetahuan yang sudah kadaluarsa”.
Peter Senge selanjutnya memperkenalkan paradigma organisasi yang disebutnya Learning Organization, yaitu untuk menggambarkan bahwa organisasi itu seperti manusia yang butuh pengetahuan yang perlu terus diperbaharui untuk bertahan hidup, bahkan leading dalam kehidupan. Untuk memastikan agar organisasi
4 http://www.mas.org.uk/wellbeing-performance/adaptive_corporate_culture.html
35
Modul Adaptif
terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo (systems thinking).
Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan tugas dan fungsi ASN di lingkungan kerjanya masing-masing. Dengan mempraktikkan kelima disiplin tersebut, ada jalan bagi organisasi untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa pengetahuan yang selalu diperbarui maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan lama, atau kadaluwarsa, yang justeru akan menjadi racun bagi organisasi tersebut.
Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya organisasi memperoleh pengetahuan baru adalah tantangan yang sifatnya adaptif. Karena sifat tantangan ini yang baru yaitu baru pertama kali dihadapi oleh organisasi, maka tentu saja organisasi belum memiliki pengetahuan untuk mengatasinya. Dalam situasi ketiadaan pengetahuan dan mendesaknya pengambilan keputusan, maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan yang selama
36
Modul Adaptif
ini dipergunakan untuk mengatasi tantangan teknis. Penggunaan pengetahuan yang tidak tepat ini menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan, kesalahan dalam strategi, yang akhirnya berujung pada gugurnya organisasi.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya. (lihat Boks kasus 1) 2. Mendorong jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. (lebih lanjut pelajari Boks Kasus 2) 3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada. (Diskusikan peluang apa saja yang dapat diidentifikasi dan dimaksimalkan pemerintah dalam menjalankan fungsinya).
37
Modul Adaptif
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat dan sebagainya.
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat.
Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi dengan baik kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja instansinya.
Box Kasus 2 Pandemi Covid-19
Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun telah memaksa pemerintah untuk mengendalikan mobilitas penduduk dalam beraktivitas. Kondisi tingkat kerawanan penyebaran virus seperti angka infeksi, tingkat Bed Occupation Rate (BOR), angka kematian dan angka kesembuhan menjadi indikator-indikator penting mengenai level mobilitas apa yang akan diputuskan untuk diterapkan. Menunggu keputusan oleh pemerintah pusat tentu bukan pilihan yang taktis, apalagi dengan keragaman kondisi dari satu daerah ke daerah yang lain.
Maka pemerintah daerah memiliki kewenangan sendiri untuk
38
Modul Adaptif
memutuskan level mana yang akan dipilih, yang sesuai dengan kondisinya masing-masing.
Dengan desentralisasi kewenangan yang dilakukan, maka pemerintah telah menerapkan praktek-praktek berorganisasi yang adaptif dalam merespon dan mengendalikan penyebaran virus corona melalui pendekatan berbasis wilayah.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan akan membawa konsekuensi adanya perubahan dalam cara pandang, cara berpikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman.
Bagaimana penerapan budaya adaptif dalam instansi tempat anda bekerja. Elaborasi sejauh pemahaman anda terkait strategi dalam melakukan penerapan budaya adaptifnya.
Jeff Boss dalam Forbes5 menulis ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif, yang beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Eksperimen orang yang beradaptasi
Yang dimaksud bahwa untuk beradaptasi, kita harus terbuka terhadap perubahan, dan harus memiliki kemauan dalam hal toleransi emosional, ketabahan mental, dan bimbingan spiritual, untuk tidak hanya menyadari ketidakpastian tetapi juga menghadapinya dan terus maju.
5 https://www.forbes.com/sites/jeffboss/2015/09/03/14-signs-of-an-adaptable-person/?sh=7536fafa16ea
39
Modul Adaptif
2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
Beradaptasi juga berarti tumbuh, berubah, dan berubah. Sebagai individu adaptif maka persepsi mengenai apa yang dulu diyakini sebagai sebuah kebenaran, diklasifikasikan sebagai kesalahan, dan kemudian mengadopsi apa yang sekarang diyakini sebagai kebenaran baru. Jika mentalitas mengkoreksi ini tidak dibangun, maka kita akan stagnan. Ini adalah sesuatu yang tidak hanya diperjuangkan oleh individu tetapi juga organisasi—kebiasaan yang telah menentukan kesuksesan mereka di masa lalu daripada mempertanyakan apakah kebiasaan yang sama akan terus menentukan kesuksesan di masa depan atau tidak.
Kemungkinannya adalah, mereka tidak akan melakukannya. Jika mereka melakukannya, maka Blackberry, Nokia, dan setiap perusahaan lain yang gagal beradaptasi dengan realitas baru akan tetap beroperasi.
3. Memiliki sumberdaya
Orang yang memiliki dan menguasai sumberdaya tidak akan terjebak pada satu solusi untuk memecahkan masalah. Orang yang mudah beradaptasi memiliki rencana darurat ketika Rencana A tidak berhasil.
4. Selalu berpikir ke depan
Selalu terbuka terhadap peluang, orang yang mudah beradaptasi selalu mencari perbaikan, karena setiap perbaikan kecil yang akan mengubah biasa menjadi luar biasa, dan tidak ada ketergantungan pada satu solusi saja.
40
Modul Adaptif
5. Tidak mudah mengeluh
Jika mereka tidak dapat mengubah atau memengaruhi keputusan, mereka akan beradaptasi dan terus maju.
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan.
Mereka bukan korban pengaruh eksternal karena mereka proaktif.
Untuk beradaptasi dengan sesuatu yang baru maka kita harus siap untuk melepaskan yang lama. Orang yang dapat beradaptasi tidak menyimpan dendam atau menghindari kesalahan yang tidak perlu, tetapi sebaliknya menyerap, memahami, dan melanjutkan.
7. Tidak mencari popularitas
Mereka tidak peduli dengan pusat perhatian karena mereka tahu itu hanya sementara saja. Daripada menyia-nyiakan upaya untuk masalah sementara, mereka mengalihkan fokus mereka ke rintangan berikutnya untuk maju dari permainan sehingga ketika semua orang akhirnya melompat ke papan, mereka sudah pindah ke tantangan berikutnya.
8. Memiliki rasa ingin tahu
Tanpa rasa ingin tahu, tidak akan ada kemampuan beradaptasi.
Orang yang mudah beradaptasi belajar—dan terus belajar memiliki keingintahuan yang tinggi. Keingintahuan akan mendorong pada pertumbuhan.
9. Beradaptasi.
Kemampuan beradaptasi tentunya menjadi kunci pokok dari karakteristik adaptif
10. Memperhatikan sistem.
Orang-orang yang dapat beradaptasi melihat seluruh hutan daripada hanya beberapa pohon. Mereka harus melakukannya,
41
Modul Adaptif
jika tidak, mereka akan kekurangan basis konteks dari mana mereka mendasarkan keputusan mereka untuk beradaptasi.
11. Membuka pikiran.
Jika Anda tidak mau mendengarkan sudut pandang orang lain, maka Anda akan terbatas dalam pemikiran Anda, yang berarti Anda juga akan terbatas dalam kemampuan beradaptasi Anda.
Semakin banyak konteks yang Anda miliki, semakin banyak pilihan yang memposisikan Anda menuju perubahan.
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan.
Pilihan untuk berubah bukanlah pilihan yang mudah, namun juga bukan pilihan untuk tetap sama. Memilih untuk beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan meninggalkan yang lama membutuhkan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai pribadi.