• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADK SPM;

Dalam dokumen 2013, No.103 BAB I PENDAHULUAN (Halaman 30-59)

2) Rincian rencana penggunaan dana TUP;

3) Surat pernyataan KPA atau pejabat yang ditunjuk; 4) Rekening koran yang menunjukkan saldo terakhir;

5) Surat persetujuan TUP dari KPPN/Kanwil Ditjen Perbendaharaan. d. PPK dapat juga mengajukan permintaan dana melalui pembayaran

langsung (LS) untuk honorarium, perjalanan dinas, paket meeting dan dana BOK Puskesmas. Dengan mengajukan SPP-LS kepada PP-SPM untuk diterbitkan SPM-LS yang selanjutnya dikirim ke KPPN. Permintaan LS meliputi :

1) Honorarium

a) Kelengkapan SPP LS untuk Honorarium berupa : (1) Daftar Penerimaan Honor;

(2) Surat Keputusan;

(3) Surat Setoran Pajak (PPh) ps 21; (4) SPTB.

b) Kelengkapan SPM LS untuk Honorarium berupa: (1) ADK aplikasi SPM;

(2) Daftar Penerimaan Honor; (3) Surat Keputusan;

(4) SPTB. 2) Perjalanan Dinas

a) Kelengkapan SPP LS untuk Perjalanan Dinas berupa : (1) Daftar nominatif;

(2) Kerangka Acuan; (3) SPTB.

b) Kelengkapan SPM LS untuk Perjalanan Dinas berupa: (1) ADK aplikasi SPM;

(2) Daftar Nominatif; (3) SPTB.

3) Paket Pertemuan/Meeting dengan nilai di atas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

a) Kelengkapan SPP LS berupa :

(1) Kuitansi tagihan dari pihak ketiga (Hotel);

(2) Kontrak/Surat Perjanjian Kerja/Surat Perintah Kerja yang ditandatangani oleh PPK dan Pihak Ketiga (Hotel);

(3) Fotokopi buku rekening pihak ketiga (Hotel); (4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;

(5) SPTB;

(6) Fotokopi NPWP.

b) Kelengkapan SPM - LS Pihak Ketiga. (1) ADK aplikasi SPM;

(2) Resume Kontrak/Surat Perjanjian Kerja/Surat Perintah Kerja;

(3) SPTB.

4) Dana BOK ke Puskesmas tahap Pertama

a) Kelengkapan SPP LS untuk Puskesmas berupa : (1) SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

Untuk biaya paket pertemuan/meeting dengan nilai ≤ Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dapat

(2) PKS antara KPA dan Kepala Puskesmas; (3) POA;

(4) SPU;

(5) Fotokopi buku rekening; (6) Fotokopi NPWP.

b) Kelengkapan SPM LS untuk Puskesmas berupa : (1) Daftar nominatif penerima BOK sesuai ketentuan; (2) SPTB;

(3) ADK SPM;

(4) Fotokopi buku rekening; (5) Fotokopi NPWP.

3. Pemanfaatan Dana

Dana BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat dimanfaatkan untuk:

a. Honorarium

1) Honor yang dibayarkan kepada pejabat pengelola keuangan satuan kerja berdasarkan Surat Keputusan Bupati/Walikota, staf pengelola keuangan satker dan pengelola BOK Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan KPA;

2) Honor yang berkaitan dengan output kegiatan yang dibayarkan kepada tim pengelola BOK berdasarkan Surat Keputusan Pejabat dan honor narasumber kegiatan.

b. Transport lokal

1) Membiayai perjalanan kegiatan pembinaan ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes dan UKBM lainnya;

2) Membiayai perjalanan peserta rapat yang berasal dari luar tempat penyelenggaraan;

3) Membiayai perjalanan peserta pertemuan/meeting

halfday/fullday/fullboard;

4) Membiayai perjalanan konsultasi ke KPPN apabila lokasi KPPN berada di wilayah Kabupaten/Kota.

Besaran biaya transport lokal yang dibiayai adalah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di Kabupaten/Kota tersebut. Pada kondisi tertentu, daerah dapat membayar biaya transport lokal berdasar at cost

Untuk pengajuan pencairan dana BOK Puskesmas tahap berikutnya, SPP-LS dilengkapi dengan SPTB tahap sebelumnya.

sesuai dengan besaran biaya transport lokal yang dikeluarkan termasuk sewa sarana transport bila diperlukan karena tidak ada sarana transport regular dengan bukti pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik/penyedia jasa transportasi.

c. Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota

Untuk membiayai petugas kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu melaksanakan pembinaan yang terkait dengan BOK yang karena kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih dari 8 (delapan) jam termasuk pelaksanaan kegiatannya dan dapat ditempuh dengan pulang pergi pada hari yang sama tanpa menginap, dapat dibayarkan biaya transport lokal dan uang harian sebesar 75% dari satuan biaya uang harian perjalanan dinas dalam negeri per harinya.

d. Perjalanan Dinas ke luar Kabupaten/Kota

1) Untuk petugas kesehatan Kabupaten/Kota ke Provinsi, KPPN, Kanwil DJPB yang terkait dengan BOK dapat ditempuh dengan pulang pergi pada hari yang sama dan tidak menginap, dapat dibayarkan biaya transport dan uang harian dari satuan biaya perjalanan dinas dalam Kabupaten/Kota berkenaan per harinya. 2) Untuk petugas kesehatan Kabupaten/Kota ke Provinsi, KPPN,

Kanwil DJPB dan menghadiri konsolidasi laporan keuangan semester I di Pusat diluar ketentuan perjalanan dinas ke luar Kabupaten/Kota poin 1) dapat dibayarkan dengan perjalanan dinas yang terdiri dari transport, uang harian dan uang penginapan serta pengeluaran riil menurut ketentuan yang berlaku.

Perjalanan dinas bagi petugas Dinas Kesehatan Kotayang berada di wilayah Ibukota Provinsi dapat menerima transport lokal dan 75% uang harian bila kegiatan melebihi

8 (delapan) jam termasuk pelaksanaan kegiatan Untuk perjalanan yang karena kondisi geografis memerlukan penginapan maka :

• Uang harian dapat dibayarkan sebesar 75% dari satuan biaya uang harian perjalanan dinas negeri per harinya.

• Biaya penginapan dengan besaran sesuai bukti atau 30% dari pagu penginapan di daerah tersebut jika tidak ada penginapan.

e. Pertemuan/meeting

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyelenggarakan pertemuan/meeting untuk kegiatan perencanaan, sosialisasi/penggerakan, evaluasi yang terkait dengan BOK dengan mengundang peserta dari Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu, lintas program dan lintas sektor dan mengundang narasumber dari Provinsi dan/atau Pusat. Dana BOK dapat untuk membiayai transport, uang saku/uang harian, paket

meeting (halfday/fullday/fullboard), honor narasumber serta ATK dan

penggandaan.

Paket pertemuan/meeting meliputi : 1) Paket meeting halfday

Biaya paket meeting halfday biaya paket meeting mencakup minuman selamat datang, akomodasi selama pertemuan, makan (satu kali/hari), rehat kopi dan kudapan (satu kali/hari), ruang pertemuan dan fasilitasnya, Biaya transportasi dan uang saku. 2) Paket meeting fullday

Biaya paket meeting fullday adalah biaya paket meeting mencakup minuman selamat datang, akomodasi selama pertemuan, makan (dua kali per hari), rehat kopi dan kudapan (dua kali per hari), ruang pertemuan dan fasilitasnya, biaya transportasi, uang saku. 3) Paket meeting fullboard

Biaya kegiatan paket meeting fullboard terdiri adalah biaya paket

meeting mencakup minuman selamat datang, akomodasi selama

pertemuan, makan (tiga kali per hari), rehat kopi dan kudapan (dua kali per hari), ruang pertemuan dan fasilitasnya, biaya transportasi dan uang saku.

f. Pembelian/Belanja Barang

Dana BOK dapat dipakai untuk keperluan administrasi, penyelenggaraan kegiatan rapat/meeting satuan kerja BOK di Kabupaten/Kota meliputi ATK, penggandaan, komputer supply, administrasi bank, pembelian materai, biaya pengiriman surat/laporandan biaya konsumsi rapat/meeting terkait dengan BOK.

4. Pertanggungjawaban a. Honorarium

1) Surat Keputusan terkait penerima honorarium 2) Kuitansi/daftar penerimaan honorarium.

3) Potongan pajak terhadap pembayaran honorarium (PPh 21). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran

a) Golongan I dan II : 0%; b) Golongan III : 5%; c) Golongan IV : 15%;

d) Bila tidak memiliki NPWP, maka perhitungan potongan PPh 21 yakni sebesar 120% x Tarif Golongan x Nilai Honor.

b. Transport Lokal

1) Surat Tugas/ Surat Perintah tugas perorangan atau kelompok yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas/Pejabat yang ditunjuk atau Surat Undangan;

2) Tanda terima/kuitansi transport lokal yang ditandatangani oleh pegawai/penerima transport sesuai besaran yang diterima. Apabila transport lokal besaran sesuai dengan at cost maka dokumen/bukti pengeluaran dapat berupa karcis/tiket yang dikeluarkan oleh sarana transport tersebut. Apabila tidak ada bukti berupa karcis atau tiket dapat diganti dengan tanda terima/kuitansi yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pemilik/pengemudi sarana transportasi tersebut, termasuk didalamnya apabila carter atau sewa sarana transport karena tidak ada sarana transport regular atau kendaraan dinas;

3) Daftar hadir kegiatan, apabila kegiatan dalam bentuk rapat, pertemuan, dsb;

4) Laporan kegiatan secara ringkas. c. Perjalanan Dinas :

1) Bukti rekap penerimaan uang transport lokal, uang harian dan uang penginapan bila menginap yang ditandatangani oleh pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas;

2) Bukti pengeluaran transport lokal berupa karcis/tiket. Bila tidak ada bukti, dapat diganti dengan tanda terima/kuitansi yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pemilik/pengemudi sarana transportasi tersebut, termasuk didalamnya apabila carter atau sewa sarana transportasi karena tidak ada sarana transportasi reguler;

3) Bukti tanda terima/kuitansi hotel/penginapan atau bila tidak ada bukti menginap maka biaya penginapan yang diterima sebesar 30% dari standar biaya hotel/penginapan di daerah tersebut dengan membuat SPTJM sebagaimana tercantum dalam contoh 14 terlampir.

4) Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang ditandatangani dan stempel oleh pejabat setempat;

5) Bukti Pengeluaran Riil yang diatur dalam Satuan Biaya berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013, ditandatangani oleh yang bersangkutan;

d. Paket Pertemuan/Meeting

Pertanggungjawaban paket meeting halfday/fullday/fullboard berupa : 1) Surat Tugas dan/atau surat undangan;

2) Kuitansi atau bukti penerimaan; 3) Daftar Hadir;

4) Daftar penerimaan transport dan/atau uang saku; 5) Kontrak/SPK untuk paket meeting;

6) Kerangka Acuan Kegiatan; 7) Laporan Penyelenggaraan. e. Pembelian/Belanja Barang

1) Bukti pembelian/kuitansi/faktur/bon dari penjual yang ditandatangani di atas materai Rp.3.000,- untuk pembelian dengan nilai Rp.250.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,- dan materai Rp.6.000 untuk pembelian ≥ Rp.1.000.000,- yang distempel oleh pihak penjual barang (bukti pembelian dapat berupa kuitansi atau tanda pembelian lainnya) dengan rincian barang yang dibeli.

2) Surat Setoran Pajak dimana untuk bukti pembelian/kuitansi/faktur/bon ≥ Rp.1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% sedangkan nilai kuitansi lebih dari Rp. 2.000.000,- dikenakan pajak PPN 10% dan PPh ps 22 sebesar 1,5%. Besaran nilai yang tercantum dalam kuitansi/faktur/bon pembelian adalah nilai harga barang ditambah PPN 10%. Bila penyedia barang/jasa tidak memiliki NPWP, maka besaran potongan pajak dikenakan 2 kali lipat.

f. Pengiriman

Resi/bukti pengiriman bila melalui PT. Pos / Jasa Pengiriman. g. Administrasi Bank

Bukti potongan biaya administrasi bank/fotokopi rekening koran. h. Pembelian Materai

Bukti pembelian materai.

• Pembelian makanan minuman dari restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya tidak dikenai PPN.

• Pajak dipungut oleh Bendahara Pengeluaran dan disetor ke Kas Negara dengan Surat Setoran Pajak (SSP).

Format Bukti Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat diunduh di

5. Verifikasi atas Dokumen Pertanggungjawaban

Seluruh dokumen pertanggungjawaban keuangan kegiatan manajemen perlu diverifikasi kelengkapannya oleh verifikator.

6. Pembukuan

Dalam rangka tertib administrasi, Bendahara Pengeluaran wajib membukukan semua transaksi dan mempertanggungjawabkan seluruh uang yang dikuasainya sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian/Lembaga/Kantor/satuan kerja.

Pengelolaan Pembukuan Bendahara Pengeluaran sebagai berikut: a. Bendahara wajib menyelenggarakan pembukuan.

b. Setiap transaksi harus segera dicatat dalam BUKU KAS UMUM sebelum dibukukan dalam buku-buku pembantu (Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Bank, Buku Persekot, Buku Uang Persediaan, Buku Pajak, serta Buku Pengawasan Anggaran).

c. Pembukuan dilaksanakan berdasarkan nilai yang tertera dalam kuitansi (asas bruto).

d. Pembukuan dilakukan dengan komputer dan Bendahara Pengeluaran wajib :

1) Mencetak BKU dan buku-buku pembantu sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan.

2) Menatausahakan hasil cetakan yang ditandatangani Bendahara Pengeluaran dan KPA.

3) Memelihara database pembukuan.

e. BKU dan buku pembantu lainnya wajib ditutup dan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran dan disahkan oleh KPA setiap akhir bulan dan dilakukan pemeriksaan kas intern dengan Berita Acara setiap 3 (tiga) bulan.

f. Bendahara menyusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dikirimkan ke KPPN setiap awal bulan.

g. Menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti/dokumen pertanggungjawaban keuangan.

Dana UP/TUP di Satker dikembalikan ke kas Negara apabila tidak dimanfaatkan hingga akhir tahun pada tahun anggaran berjalan dengan menggunakan formulir SSBP sebagaimana tercantum dalam contoh 15 terlampir.

7. Pelaporan SAI

Satuan kerja sebagai penerima dana Tugas Pembantuan wajib membuat laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Laporan tersebut dikirimkan ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) yaitu Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Laporan bulanan berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca beserta ADK berupa file kirim dan back up data setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya, ke UAPPA-W dan UAPPA-E1.

Laporan semester dan tahunan berupa LRA dan Neraca serta Catatan atas Laporan Keuangan disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement

of Responsibility/SOR) oleh Kepala Satker ke UAPPA-W dan UAPPA-E1.

Laporan Sistem Akutansi Instansi (SAI) disampaikan secara bulanan, semesteran/tahunan untuk UAPPA-E1 berupa soft copy dikirim ke alamat email: tp_bok@yahoo.com, sedangkan hard copy yang ditandatangani oleh Kepala Satker dikirim ke Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA c.q Bagian Keuangan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dapat melakukan REALOKASI anggaran antar Puskesmas di wilayah kerjanya bila dipandang perlu untuk percepatan pencapaian tujuan dan penyerapan anggaran dengan menerbitkan surat keputusan yang tembusannya disampaikan kepada KPPN setempat.

BAB VI

PENGORGANISASIAN

Agar terselenggaranya tertib administrasi pengelolaan dana Bantuan Operasional Kesehatan yang efektif dan efisien, maka pengelolaan dana Bantuan Operasional Kesehatan yang tersedia di tingkat jenjang administrasi perlu diatur secara terstruktur dan terintegrasi. Pengelolaan secara berjenjang dan terintegrasi dimaksudkan untuk memudahkan koordinasi, pembinaan dan pengawasan dalam rangka mencapai kualitas pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Untuk itu dalam pengelolaan BOK dibentuk Tim Pengelola BOK yang terintegrasi di tingkat Pusat, tingkat Provinsi, dan tingkat Kabupaten/Kota serta Puskesmas.

A. Pengelola BOK Tingkat Pusat 1. Susunan Organisasi :

a. Pelindung : Menteri Kesehatan RI b. Pengarah : Para eselon 1 Kemenkes c. Penanggung

Jawab

: Sesditjen Bina Gizi dan KIA d. Bidang – Bidang

2. Tugas :

a. Menentukan kebijakan dan strategi nasional pelaksanaan BOK.

b. Menentukan alokasi dana BOK Kabupaten/Kota melalui SK Menteri Kesehatan.

c. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan BOK tingkat pusat dan daerah.

d. Melaksanakan pendampingan hukum bila terjadi masalah dalam pelaksanaan BOK.

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam rangka pembinaan terhadap pelaksanaan BOK di daerah.

f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan BOK sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

g. Menyusun dan melaporan hasil pelaksanaan kegiatan BOK. B. Pengelola BOK Tingkat Provinsi

1. Susunan Organisasi :

a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi b. Sekretariat

1) Ketua : Pejabat eselon 3 2) Sekretaris : Pejabat eselon 4

3) Anggota : Jumlah sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran c. Tim Teknis

1) Ketua : Salah satu kepala bidang 2) Sekretaris : Salah satu kepala seksi

3) Anggota : Lintas bidang yang terkait dengan BOK dengan jumlah personil disesuaikan kebutuhan

2. Tugas :

a. Menjabarkan kebijakan dan strategi nasional pelaksanaan BOK di tingkat Provinsi.

b. Mengarahkan pelaksanaan kebijakan BOK nasional di tingkat Provinsi. c. Melakukan advokasi dan sosialisasi BOK tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

d. Melakukan koordinasi dan sinkronsiasi perencanaan dan penganggaran kegiatan BOK tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. e. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka pembinaan dan

pengendalian terhadap pelaksanaan BOK di Kabupaten/Kota.

f. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan BOK tingkat Provinsi (termasuk ringkasan laporan pelaksanaan BOK di tiap kabupaten/kota) kepada Tim Pengelola BOK Tingkat Pusat.

C. Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota

1. Susunan Tim Pengelola BOK Tingkat Kabupaten/Kota:

a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b. Sekretariat

1) Ketua : Pejabat eselon 3 yang ditunjuk merangkap sebagai PPK

2) Sekretaris : Salah satu pejabat eselon 4

3) Anggota : Jumlah sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran c. Tim Teknis

1) Ketua : Salah satu kepala bidang 2) Sekretaris : Salah satu kepala seksi

3) Anggota : Lintas bidang yang terkait dengan BOK dengan jumlah personil disesuaikan kebutuhan

2. Susunan Tim Pengelola Anggaran Satker BOK Tingkat Kabupaten/Kota a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

c. Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) d. Bendahara Pengeluaran

e. Pejabat Akuntansi

g. Staf pengelola keuangan satker

h. Pengelola BOK di Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Pengelola Keuangan)

3. Tugas:

a. Tugas Tim Pengelola BOK :

1) Melaksanakan kebijakan BOK sesuai kebijakan nasional.

2) Menentukan besaran alokasi/realokasi dana BOK per Puskesmas melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3) Mengirimkan SK penetapan alokasi/realokasi kepada Tim Pengelola BOK Pusat dengan tembusan Tim Pengelola BOK Provinsi dan pihak yang ditetapkan untuk penyaluran dana.

4) Melakukan advokasi dan sosialisasi BOK tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

5) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan BOK tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas. 6) Melakukan verifikasi POA Puskesmas yang akan didanai BOK.

7) Melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka penggerakan, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan BOK di Puskesmas.

8) Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan BOK di Kabupaten/Kota kepada Tim Pengelola BOK Tingkat Provinsi tembusan Tim Pengelola BOK Tingkat Pusat.

b. Tugas Tim Pengelola Anggaran Satker BOK:

1) Menyelenggarakan pelaksanaan anggaran dana BOK sesuai peraturan perundangan.

2) Membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) pelaksanaan BOK.

3) Melakukan verifikasi usulan dan pertanggungjawaban keuangan BOK.

4) Melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan BOK. 5) Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan barang dengan

laporan keuangan dan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN dan atau KPKNL.

6) Menyusun dan menyampaikan laporan anggaran BOK yang dikelolanya secara berjenjang.

7) Menyusun dan menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran berupa laporan SAI secara berjenjang melalui UAPPA-W dan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1(UAPPA-E1).

8) Menyimpan dan mendokumentasikan dengan baik dan aman seluruh bukti/dokumen keuangan BOK.

D. Tim Pengelola Keuangan BOK Tingkat Puskesmas

Pengelola Keuangan BOK di Puskesmas berdasar Surat Keputusan KPA terdiri dari Ketua (Kepala Puskesmas) dan Pengelola Keuangan BOK di Puskesmas:

1. Ketua (Kepala Puskesmas) sebagai atasan langsung Pengelola Keuangan BOK di Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan keuangan BOK di Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu. Tugas Ketua (Kepala Puskesmas), meliputi :

a. Menyampaikan POA tahunan hasil lokakarya mini di awal tahun anggaran kepada KPA/PPK;

b. Membuat Perjanjian Kerjasama dengan KPA/PPK tentang Pelaksanaan BOK Tahun 2013;

c. Membuka rekening Instansi;

d. Membuat Surat Permintaan Uang (SPU) kepada KPA Dinkes Kabupaten/Kota dengan melampirkan POA hasil lokakarya mini bulanan atau tribulanan;

e. Mengeluarkan Surat Tugas untuk pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu; dan

f. Menandatangani semua kuitansi pengeluaran. 2. Pengelola Keuangan BOK Puskesmas bertugas:

a. Membukukan semua penerimaan dan pengeluaran terhadap uang yang dikelolanya ke dalam Buku Kas Tunai.

b. Mempertanggungjawabkan dalam bentuk dokumen pengeluaran (kuitansi) atas pelaksanaan kegiatan.

c. Melaporkan pertanggungjawaban keuangan kepada Bendahara Pengeluaran Satker BOK Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, berupa laporan realisasi keuangan Puskesmas dengan melampirkan copy bukti-bukti pengeluaran di Puskesmas yang ditandatangani oleh pengelola keuangan dan ketua (Kepala Puskesmas) sebagaimana tercantum dalam contoh 16 terlampir.

d. Mengembalikan sisa uang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada bendahara pengeluaran pada akhir tahun anggaran.

e. Memungut dan menyetorkan pajak sesuai peruntukannya.

f. Menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti ASLI pertanggungjawaban keuangan.

BAB VII

INDIKATOR KEBERHASILAN

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan BOK, maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan BOK. Tujuan penetapan indikator keberhasilan ini adalah untuk penilaian kinerja internal jajaran kesehatan setiap tingkatan dan untuk penilaian kinerja eksternal Kementerian Kesehatan terkait dengan penilaian kinerja pengelolaan BOK dan transparansi publik.

Indikator keberhasilan tersebut adalah:

A. Persentase Kabupaten/Kota menerbitkan SK Tim Pengelola Anggaran Satker BOK Tingkat Kabupaten/Kota

Jumlah Kabupaten/Kota yang telah menerbitkan SK Tim Pengelola Anggaran Satker BOK Tingkat Kabupaten/Kota dibandingkan dengan jumlah Kabupaten/Kota penerima dana BOK yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dikali 100.

B. Persentase realisasi dana BOK

Jumlah dana yang telah dipertanggungjawabkan untuk kegiatan dibandingkan dengan jumlah total dana BOK yang disalurkan oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan DIPA dikali 100.

C. Realisasi dana BOK secara nasional yang dipublikasi secara online

Persentase realisasi dana BOK pada indikator no B di atas yang di publikasikan secara online di website Kementerian Kesehatan.

D. Cakupan indikator kinerja program Puskesmas

Cakupan/persen pencapaian indikator pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang berasal dari berbagai sumber biaya termasuk BOK. Target ditetapkan oleh masing-masing Puskesmas serta Kabupaten/Kota.

Penilaian indikator keberhasilan tersebut berdasarkan laporan pelaksanaan BOK di Puskesmas/Kabupaten/Kota dan dikirimkan secara periodik (bulanan, tiga bulanan, semester), insidentil/sesuai permintaan maupun berbagai hasil studi. Laporan dikirimkan secara berjenjang dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat pusat.

Pelaporan yang bersifat rutin menggunakan format dan mekanisme yang telah ditetapkan meliputi:

1. Laporan kegiatan Puskesmas menggunakan format laporan SP2TP/SP3; 2. Laporan keuangan sesuai ketentuan Sistem Akutansi Instansi.

Selain itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi juga menyusun laporan tahunan pelaksanaan BOK sebagaimana tercantum dalam contoh 17 terlampir.

BAB VIII PENGAWASAN

Kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dan/atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, atau bentuk penyelewengan lainnya. Pengawasan kegiatan BOK meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional internal, dan pengawasan eksternal.

BOK merupakan dana APBN Kementerian Kesehatan, maka yang berhak melakukan pengawasan adalah pengawas internal dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dan BPKP serta pengawas eksternal dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

A. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun Puskesmas.

B. Pengawasan Fungsional Internal

Instansi pengawas fungsional kegiatan BOK secara internal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dan BPKP. Instansi ini juga

Dalam dokumen 2013, No.103 BAB I PENDAHULUAN (Halaman 30-59)

Dokumen terkait