REDUKSI PAPARAN KEBISINGAN PADA AREA KERJA
3. Hasil dan Pembahasan
3.4. Administrative Control
Sebelum langkah perbaikan dilakukan, durasi kerja operator yang diizinkan berdasarkan tingkat kebisingan dihitung pada masing-masing area kerja.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Middle Ring Welding: 3.96 jam ≈ 237
menit
2. Cutting: 1.72 jam ≈ 103 menit
3. Outer Ring Welding : 2.55 jam ≈
153 menit
4. Forming: 2.55 jam ≈ 153 menit
5. Projection Welding : 4.28 jam ≈
256 menit.
Dari hasil tersebut, rata-rata durasi kerja operator adalah di bawah jam kerja efektif perusahaan sebesar 7.8 jam (468 menit) per hari. Sehingga produktivitas kerja operator akan menjadi sangat rendah (di bawah 55%) seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
Jika perusahaan mempekerjakan operator lain untuk mencukupi waktu kerja efektif perusahaan, kemungkinan akan menimbul- kan masalah manajemen lainnya seperti
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011
Hal III - 67
67 penambahan upah kerja yang dapat berakibat naiknya biaya produksi secara total.
Gambar 8. Perbandingan Jam Kerja Efektif Perusahaan dengan Jam kerja Setiap Area
Pengelolaan tingkat kebisingan dengan
administrative control akan memberikan
perlakuan khusus terhadap tenaga kerja agar durasi kebisingan yang diterima dapat dikurangi. Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap 10 operator pada unit produksi
guard shop yang terpapar kebisingan di atas
nilai ambang. Selain itu, risiko kerja berdasarkan perhitungan dosis kebisingan terhadap 10 operator tersebut adalah berbahaya bila tetap bekerja pada jam kerja reguler 7.8 jam/hari di unit produksi guard
shop.
Pendekatan administrative control
terhadap operator di unit produksi guard shop dapat dilakukan melalui rotasi/penjadwalan kerja. Pendekatan ini tetap mempertimbangkan kondisi operator terhadap karakteristik kerjanya, seperti beban kerja fisik dan kemampuan (skill)
operator dalam melaksanakan pekerjaannya. Operator yang telah terpapar kebisingan sebanyak jam kerja yang diizinkan akan dirotasi ke area kerja yang aman dari daerah bising.
Pertimbangan dilakukan rotasi kerja juga tidak akan mengganggu kelancaran aliran produksi pada unit produksi guard shop dan stasiun kerja lain karena tipe aliran produksi yang harus disiapkan 1 batch part, kemudian dikirim ke stasiun kerja berikutnya. Sehingga ketika berlangsung kegiatan rotasi tidak akan mengganggu aktivitas operator dan stasiun kerja lainnya.
Berdasarkan jam kerja yang diizinkan dan jam kerja efektif perusahaan, dapat ditentukan Frekuensi Rotasi Kerja tiap operator dengan membagi jam kerja efektif perusahaan dengan jam kerja yang diizinkan, sehingga dapat dilakukan alokasi area kerja bagi operator yang dirotasi. Penentuan frekuensi rotasi kerja operator di salah satu area kerja, misalnya area Middle
Ring Welding dalam 1 hari kerja dapat
dihitung sebagai berikut.
1 Diizinkan yang Kerja Jam Efektif Kerja Jam Kerja Rotasi Frekuensi 1 Menit 237 Menit 468 = 0.97 ≈ 1 tahap
Secara keseluruhan, frekuensi rotasi kerja bagi operator dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Frekuensi Rotasi Kerja Operator
Area Kerja Jam Kerja Efektif (Menit) Jam Kerja yang Diizinkan (Menit) Frekuensi Rotasi Kerja Middle Ring Welding 468 237 1 tahap Cutting 468 103 4 tahap Outer Ring Welding 468 153 2 tahap Forming 468 153 2 tahap Jam Kerja Efektif
468 menit 237 103 153 256 153
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal III - 68 68 Projection Welding 468 256 1 tahap Sumber: Pengolahan Data
Secara umum, karakteristik kerja operator unit produksi guard shop maupun stasiun kerja lain yang akan dijadikan tujuan rotasi kerja memiliki kesamaan. Blok diagram aliran kerja operator dapat dilihat pada Gambar 9.
Operator Mengambil
Material/Part
Material/Part Dipasang
pada Jig/Dies
Menekan Tombol Switch Mesin dan Mesin Bekerja
Mesin Selesai Memproses
Material/Part
Menekan Switch untuk
Melepas Material/Part dari
Jig/Dies
Mengambil Material/Part
yang Telah Selesai Diproses
Material/Part Diletakkan di
Tumpukan Material/Part
Gambar 9. Blok Diagram Aliran Kerja Operator
Tahapan pelaksanaan rotasi kerja setiap operator dapat dibuat dalam format
bar-chart, (jam kerja efektif adalah 468 menit
dan waktu perpindahan menuju ke tempat rotasi kerja ditetapkan 1 menit). Ilustrasi pola rotasi kerja operator untuk setiap tahapan dapat dilihat pada Gambar 10. s/d
Gambar 13. kema rotasi kerja secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 14.
KETERANGAN: OPERATOR TAMPAK ATAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Projection Welding Area Forming Area Forming Area Forming Area Forming AreaCutting Area Outer Ring Welding
Area
Outer Ring Welding Area Forming Area Forming AreaCutting Area Middle Ring Welding
Area
Middle Ring Welding Area Pressing Area Butt Welding Area Rolling Area AREA KERJA 5 m WINDING AREA
ALIRAN ROTASI KERJA
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 10. Rotasi Kerja Tahap 1
KETERANGAN: OPERATOR TAMPAK ATAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Projection Welding Area Forming Area Forming Area Forming Area
Forming AreaCutting Area Outer Ring Welding Area
Outer Ring Welding Area Forming Area Forming AreaCutting Area Middle Ring Welding
Area
Middle Ring Welding Area Pressing Area Butt Welding Area Rolling Area
AREA KERJA ALIRAN ROTASI KERJA
Insert SlotArea
Auto Lathe CNC Turning
Area
Drilling Area Rolling Thread Area Center Less Grinding 1 Area
Center Less Grinding 2
Area 1
2
3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan: jarak antar area kerja adalah 10 m
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal III - 69 69 TAMPAK ATAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Projection Welding Area Forming Area Forming Area Forming Area Forming Area Cutting Area Outer Ring Welding
Area
Outer Ring Welding Area Forming Area Forming Area Cutting Area Middle Ring Welding
Area
Middle Ring Welding Area Pressing Area Butt Welding Area Rolling Area Trimming Press Area Rotor Coulking Area Rotor Cutting Area Insert e-Ring Area Painting Area Insert Bearing Area 1 2 3 4 5 6 KETERANGAN:
OPERATOR AREA KERJA ALIRAN ROTASI KERJA Keterangan: jarak antar area kerja adalah 6 m
Gambar 12. Rotasi Kerja Tahap 3
KETERANGAN: OPERATOR TAMPAK ATAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Projection Welding Area Forming Area Forming Area Forming Area Forming Area Cutting Area Outer Ring Welding Area
Outer Ring Welding Area Forming Area Forming Area Cutting Area Middle Ring Welding
Area
Middle Ring Welding Area Pressing Area Butt Welding Area Rolling Area AREA KERJA 15 m VARNISH STATION
ALIRAN ROTASI KERJA
Gambar 13. Rotasi Kerja Tahap 4
Rolling Butt Welding Pressing Middle Ring Welding Middle Ring Welding Cutting Cutting Outer Ring Welding Outer Ring Welding Forming Forming Projection Welding Projection Welding Projection Welding Projection Welding
Winding Winding Winding Winding Winding Winding Winding
Auto Lathe CNC Turning Drilling Rolling Thread
Trimming Press
Rotor Coulking Rotor Cutting Insert e-Ring Painting
Varnish
Insert Bearing
Keterangan: area kerja dan tanda panah dengan warna yang sama menunjukkan work center asal dan tujuan rotasi kerja
Gambar 14. Skema Rotasi Kerja Keseluruhan pada Unit Produksi Guard Shop
Dengan diterapkan rotasi kerja ini akan mengurangi waktu paparan kebisingan operator unit produksi guard shop secara signifikan. Dalam kondisi tersebut akan terdapat loss time karena transportasi untuk berpindah dari satu area kerja ke area kerja lainnya. Namun besarnya waktu yang terbuang tidak cukup berarti dibandingkan dengan menggunakan jam kerja yang diizinkan, lalu memberhentikan atau mengistirahatkan operator bekerja pada hari kerja tersebut. Tingkat produktivitas yang dinyatakan dalam waktu kerja produktif operator dengan penggunaan rotasi kerja ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Waktu Kerja Produktif Operator Unit Produksi Guard Shop
Area Kerja Jam Kerja Efektif (Menit) 1) Jam Kerja diizinkan (Menit)2) Waktu Pindahan (Menit)3) Waktu Produktif (Menit)4) % Waktu Produktif Middle Ring Welding 468 237 1 467 99.8% Cutting 468 103 4 464 99.1% Outer Ring Welding 468 153 3 465 99.3% Formin g 468 153 3 465 99.3% Projecti on Welding 468 256 1 467 99.8% Catatan:
1) Jam kerja efektif merupakan waktu kerja reguler yang berlaku dan ditetapkan oleh perusahaan, besarnya 7.8 jam atau sekitar 468 menit.
2) Jam kerja yang diizinkan merupakan waktu kerja maksimum yang diperkenankan terhadap operator, diperoleh dari besarnya paparan tingkat kebisingan yang diterima berdasarkan
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011
Hal III - 70
70 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999.
3) Waktu perpindahan adalah waktu yang dibutuhkan operator untuk berpindah antar area kerja tujuan tempat rotasi kerja, yang besarnya ditentukan oleh jarak antar area kerja. Besarnya waktu perpindahan ini adalah 20 s/d 45 detik (hasil pengukuran). Dengan ditambahkan
allowance sewaktu melakukan
perpindahan, maka besarnya waktu untuk 1 kali perpindahan ditetapkan 1 menit.
4) Waktu produktif adalah waktu kerja operator secara efektif dengan kondisi lingkungan kerja yang bising, dengan penerapan rotasi kerja, dikurangi loss time akibat perpindahan antar area kerja. 4. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Mesin-mesin yang sudah mendekati atau melampaui umur ekonomisnya dan masih dipergunakan dapat menjadi salah satu sumber kebisingan di area kerja.
2. Tingkat kebisingan yang melampuai ambang batas pendengaran normal operatir mampu menurunkan produktivitas kerja yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kesalahan penyampaian informasi sehingga menaikkan jumlah produk cacat.
3. Peningkatan produktivitas operator akibat paparan kebisingan dapat dilakukan dengan rotasi kerja dengan memindahkan operator-operator yang terpapar kebisingan ke area kerja yang tidak atau kurang paparan kebisingan.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada Para Pimpinan PT Panasonic Manufakturing Indonesia atas kesediannya menggunakan unit produksi
guard shop sebagai tempat pelaksanaan
penelitian dan kepada para operator yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data selama masa penelitian ini.
Daftar Pustaka
[ 1 ]. Helander, Martin. 2001. A Guide to
the Ergonomics of Manufacturing.
Taylor & Francis: London.
[ 2 ]. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999. Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Jakarta.
[ 3 ]. Mediastika, Christina E. 2005.
Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip
dan Penerapannya di Indonesia.
Erlangga: Jakarta.
[ 4 ]. Mediastika, Christina E. 2009.
Material Akustik Pengendali Kualitas
Bunyi pada Bangunan. ANDI:
Yogyakarta.
[ 5 ]. Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika
Bangunan. ANDI: Yogyakarta.
[ 6 ]. Sanders, Mark S. and Ernest James McCormick. 1987. Human Factors in Engineering and Design. McGraw-Hill: New York.