• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II :KAJIAN PUSTAKA

B. Agama dan Masyarakat

Indonesa merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya beragama. Di indonesia terdapat enam agama yang telah di akui oleh negara (Islam, Kristen, Hindu, Katolik, Budha dan Konghucu). Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah menyebutkan pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Melalui pancasila sila pertama tersebut, sudah dapat dilihat dengan jelas bahwa semua warga Indonesia harus beragama sesuai dengan keyakinannya.

Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Istilah Agama dalam bahasa Inggris religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, yang berarti menambatkan. Istilah Agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu A dan Gama. A artinya tidak, dan Gama artinya

berantakan. Jadi, arti agama adalah tidak berantakan. Maksudnya agama

adalah satu peraturan yang mengatur keadaan manusia mengenai sesuatu yang gaib ataupun tentang budi pekerti, pergaulan hidup dan yang lainnya. Agama dalam bahasa Arab disebut al-Din, artinya adalah aturan hidup.62

Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “tradisi”. Dalam bahasa Inggris, kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah

religion yang berasal dari bahasa Latin. Religio yang berasal dari kata kerja re

dan ligare yang berarti “meningkat kembali”.63

Secara terminologi, konsep agama memiliki makna yang berbeda-beda menurut beberapa pendapat. Emile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu, yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berkaitan dengan hal suci.64

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajibanyang telah bertalian dengan kepercayaan itu.65

Sedangkan menurut pakar, agama memiliki makna yang sangat beragam. Prof. Syamsul Arifin mengungkapkan sangat sulit untuk mendeskripsikan agama.66 Karena setiap orang mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda yang menyebabkan pendeskripsiannya pun berbeda-beda.

Menurut Bouquet, agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dan bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan. Orang beragama berarti orang yang menganut agama. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi

63 Rahmadi Wahyu, ISD Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Pustaka Setia. 2017). Hlm 277.

64 Ibid,, 277.

65 Team Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix: 2008). Hlm. 14.

66 Prof. Syamsul Arifin, Studi Agama Prespeektif Sosiologis dan Isu-isu Kontemporer, (Malang: UMM Press. 2009). Hlm. 6.

dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat dunia dan akhirat.67

Agama sebagai sebuah tatanan nilai, sebenarnya membutuhkan medium budaya agar keberadaannya membumi dalam kehidupan umat pemeluknya dan agama diharapkan menjadi institusi bagi pengalaman iman kepada Sang Khaliq. Agama menawarkan tatanan penyelamatan manusia secara universal, namun di sisi lain agama sebagai sebuah kesadaran makna dan legitimasi tindakan bagi pemeluknya, dalam interaksi sosialnya banyak pengalami penafsiran sehingga tidak jarang menumbuhkan konflik.68

Selain sebagai sebuah tatanan nilai, agama juga berfungsi sebagai solusi dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu adanya agama diharapkan menjdikan masyarakat hidup sejahtera, aman, stabil dan sebagainya.69

Dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society. Asal kata socius, yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yang berarti berkumpul dan bekerjasama. Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan

67 Rahmadi Wahyu, ISD Ilmu Sosial Dasar (Bandung: Pustaka Setia) 2017. Hlm. 278.

68 M. Fahim, Tharaba. Sosiologi Agama Konsep, Metode Riset dan Konflik Sosial. (Malang: Madani. 2016). Hlm. 187.

disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sebagai kesatuan.70

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto71 masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dikususkan lagi masyarakat disebut pula kesatuan sosial, yang mempunyai ikatan kasih sayang yang erat. Kesatuan sosial mempunyai kehidupan jiwa, seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa, rakyat, kehendak rakyat dan kesadaran masyarakat. Sedangkan secara umum masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri dan mengangap dirinya sebagai kesatuan sosial.

Dalam hidup bermasyarakat, warga Indonesia selalu dihadapkan dengan pilihan dalam keyakinan. Pilihan tersebut dapat dilakukan dengan bebas sesuai keenderungan dan ideologi yang diyakininya. Hal ini terjadi tidak lepas dari pengalaman pribadi yang rasakan oleh masing-masing individu. Dari perbedaan yang dialami tersebut, setiap individu memiliki keyakinan agama yang berbeda. Jika individu tersebut menganut agama Islam, maka individu tersebut dapat dikatakan sebagai umat Islam, begitu pula jika individu tersebut menganut agama Kristen maka individu tersebut dapat disebut sebagai umat Kristen. Begitu pula selanjutnya. Maka inilah yang dimaksud sebagai antarumat beragama.

70 Rahmadi Wahyu, 93.

Interaksi antarumat beragama diarahkan oleh ajaran-ajaran agama itu sendiri sehingga kemungkinan diarahkan oleh norma-norma yang berlaku sangat dominan. Tradisi dan kebudayaan lokal juga dapat diartikan sebagai salah satu penganut agama dengan lebel organisasi masyarakat dan keagamaan tempat pemeluk agama tersebut beraktivitas.72 Untuk beradaptasi dalam perilaku keagamaan sengaja dibentuk melalui interaksi satu arah. Sumber ajaran agama tidak secara serta merta dijadikan pedoman pertama dalam berperilaku. Hal tersebut diidentifikasikan oleh banyaknya anggota suatu lembaga keagamaan yang awam sehingga perilaku ritual atau sosial keagamaannya tidak berdasarkan argumentasi atau hujjah syari’ah, tetapi oleh sikap imitatif dan taqlid terhadap pemeluk agama lainnya.

Dokumen terkait