• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MASUKNYA DINASTI ALMURABITUN KE ANDALUSIA

C. Perkembangan Ummat Islam pada Masa al Murabbitun

1. Agama dan Pendidikan

Perkembangan agama dan pendidikan pada masa al-Murabitun terlihat pada wewenang yang diberikan kepada para fuqaha (ahli fiqih) untuk mengurusi masalah pengadilan, dan juga mengangkat derajat mereka. Bagi kaum al-Murabitun selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi tempat untuk mendidik umat Islam dan membina akhlak mereka. Kebijakan ini diterapkan oleh Yusuf Ibn Tasyfin dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya dan telah mempengaruhi pola pikir kaum al- Murabitun, sehingga mereka berkata “tidak ada Islam tanpa mesjid. Oleh karena itu, jika kalian ingin mendalami Islam, maka bangunlah mesjid- mesjid. Dan jika kalian ingin memiliki pengetahuan yang luas mengenai Islam,dirikanlah mesjid-mesjid”.

17

Bagi kaum al-Murabitun, masjid merupakan sarana bagi umat Islam untuk menyiarkan agama mereka, mendalami ilmu untuk memberantas kebodohan. Sayangnya, kaum Murabitun hanya mendalami ilmu-ilmu Furu’iyyah (ilmu-ilmu cabang) saja. Mereka melupakan kitab Allah SWT dan tidak mendalami ilmu-ilmu Ushuliyyah (ilmu-ilmu dasar) atau ilmu-ilmu mengenai akidah. Dengan kata lain, mereka lebih memperhatikan fiqih praktis dan mempelajari takwil Al-Quran. Mereka juga melarang ijtihad, karena menurutnya, ijtihad merupakan sebuah upaya yang didasarkan pada ilmu-ilmu ushuliyyah. Pemahaman mereka ini sangat bertentangan dengan pemikiran Al-Ghazali.18 Walaupun begitu, semua itu tidak menyurutkan berkembangnya ilmu pengetahuan dan intelektual di Andalusia, disebabkan karena Andalusia sebelum Dinasti al- Murabitun telah mengalami perkembangan intelektual yang sangat kuat.

Banyak suku, agama, dan ras hidup bersama-sama di al-Andalus, dan masing-masing menyumbang terhadap kemajuan intelektual di Andalusia. Buku-buku jauh lebih tersebar luas di al-Andalus dibanding di negara lainnya di Barat.

Kemajuan intelektual al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur Tengah. Penguasa Umayyah berusaha memperbanyak perpustakaan dan lembaga pendidikan di kota-kota al- Andalus seperti Cordoba, untuk mengalahkan ibukota Abbasiyah

18

Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia, Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai dan Gerakan Islam.(Penterjemah Muhtaro M, Lc, DPL, cet 2006), h. 804

31

Baghdad. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.

Masjid Cordoba

Pada abad ke-10, kota Cordoba memiliki 700 masjid, 60.000 istana, dan 70 perpustakaan, dan salah satu perpustakaan yang terbesar memiliki hingga 500.000 naskah. Sebagai perbandingan, perpustakaan terbesar di Eropa Kristen saat itu memiliki tak lebih dari 400 naskah, bahkan pada abad ke-14 Universitas Paris baru memiliki sekitar 2.000 buku. Perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah- sekolah di seluruh al-Andalus menerbitkan sebanyak 60.000 buku tiap tahunnya, termasuk risalah, puisi, polemik dan antologi.

Sepanjang pemerintahan Islam di Andalusia, telah lahir banyak cendikiawan dan sarjana dalam pelbagai bidang. Sebahagian mereka ialah

ahli sains, matematik, astronomi, perobatan, falsafah, sastera, dan sebagainya.

Beberapa tokoh intelektual Muslim pada masa al-Murabitun di Andalusia diantaranya :

1. Ibnu bajjah (1082-1138 M) dari Saragossa

Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya ibnu Bajjah atau lebih terkenal sebagai Ibn Bajjah adalah filosof Muslim pertama yang muncul di Andalusia (Spanyol).19 Ia dilahirkan di Saragossa pada tahun 1082 Masihi (M). Ibn Bajjah merupakan seorang sasterawan dan ahli bahasa yang unggul. Dalam hal ini, beliau pernah menjadi penyair bagi golongan al-Murabbitun yang dipimpin oleh Abu Bakr Ibrahim Ibn Tafalwit. Selain itu, Ibn Bajjah juga merupakan seorang ahli musik dan pemain gambus yang handal. Sungguhpun begitu ia juga seorang yang hafal al-Qur’an.

Dalam masa yang sama, Ibn Bajjah amat terkenal dalam bidang perobatan dan merupakan salah seorang doktor teragung yang pernah dilahirkan di Andalusia.20 Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah pun dikenal pula sebagai politikus ulung. Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa. Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa. Setelah itu, selama 20 tahun, Ibnu Bajjah pun diangkat menjadi menteri Yahya ibnu Yusuf Ibnu Tashufin, saudara

19

Ensiklopedi Islam Indonesia, disusun oleh tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ketua Harun Nasution (Jakarta, Jembatan 1992) h. 351

20

33

Sultan Dinasti Murrabitun, Yusuf Ibnu Tashufin.21 Lebih menakjubkan lagi bahwa ia dapat menguasai ilmu matematik, fisk, dan falak. Pada kesempatan itu beliau banyak menulis buku yang berkaitan dengan ilmu logika. Kemampuannya menguasai berbagai-bagai ilmu itu menjadikannya seorang sarjana yang teragung bahkan tiada bandingannya di Andalusia dan barangkali di dunia Islam. Jadi, sumbangannya dalam bidang keilmuan begitu besar.22 Dan mewariskan buku Risalah al-Wida’ yang mengandungi pandangannya tentang falsafah bagi peradaban manusia. Karya-karya beliau yang lain berkenaan dengan ilmu logika, psikologi, pemikiran, keturunan, politik dan perobatan. Namun, beliau mempunyai masalah dalam ilmu2 algebra dan fisik kerana lebih mahir dalam hal-hal metafisik.23

2. Ibnu Thufail (1106-1185 M) dari Granada.

Ibnu Tufail (1105–1185) nama lengkap; Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-a- al-Andalus (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari al-Andalus. Lahir di Guadix dekat Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace).

Ibnu Tufail menguasai kedokteran, astronomi, dan filsafat. Pada mulanya ia aktif bekerja sebagai dokter dan mengajar. Selanjutnya ia menjabat sebagai sekretaris untuk penguasa Granada,

21 http://www.republika.co.id/koran/36/29199/Ibnu_Bajjah_Ilmuwan_Besar_di_Era_Islam _Spanyol 22 http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id16.html 23 http://tamanilmu.com/downloads/RB_Tokoh_Kesarjanaan_Sains_Islam.pdf

dan kemudian sebagai perdana menteri dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Islam (al-Andalus). Ibnu Tufail merupakan pengarang Hayy ibn Yaqzhan (yang menerangkan satu falsafah dalam diri manusia) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan penyakit lainnya.24

3. Abu Marwan Abdul Al-Malik Ibn Zuhr (1091-1161)

Ibn Zuhr dilahirkan di Sevilla, Spanyol, pada 1091 dari keluarga para dokter. Pengetahuan tentang pengobatan selain dari kalangan keluarganya ia peroleh dari Cordoba Medical University. Setelah menyelesaikan studinya di universitas tersebut ia menetap untuk beberapa lama di Baghdad, Irak dan Kairo, Mesir.

Namun kemudian ia memilih untuk berkarir di tanah kelahirannya sebagai seorang dokter. Pada masa kekuasaan dinast i Almoravides atau Al-Murabatun ia diangkat sebagai dokter istana.

Menurut sejumlah sejarawan sains, Ibn Zuhr merupakan ilmuwan yang berbeda dibandingkan ilmuwan Muslim pada umumnya. Sebab biasanya saintis Muslim menguasai sejumlah bidang pengatahuan namun ia hanya memfokuskan diri pada bidang

24

35

pengobatan. Tak heran jika pada masanya ia banyak membuat berbagai penemuan dan terobosan di bidang pengobatan.

Karya Abu Marwan Abdul al-Malik Ibn Zuhr 1. Kitab al-Taysir fil-Mudawa wal-Tadbir.

2. Kitab al-Iqtisad fi Islah al-Anfus wal-Ajsad. 3. Kitab al-Aghdiya wal-Adwiya

4. Kitab al-Sina

5. Kitab al-Jamic fil-Ashriba wal-Maajin. 6. Kitab Mukhtasar Hilat al-bur' li-Jalinus. 7. Risala fi Tafdil al-Asal alal-Sukkar. 8. Kitab al-Tadhkira fil-Dawa' al-Mushil

9. Kitab Maqala fi Ilal al-Kula and Risala fil-Baras.25 4. Ibnu Rusyd

Ibn Rusyd (1126-1198) dilahirkan di kota Cordova, Andalusia (Spanyol – sekarang), keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi dalam ilmu, fikih, peradilan, politik dan administrasi. Dia belajar ilmu kedokteran dan filsafat pada tokoh masa itu, di antaranya adalah Abu Ja’far Harun, Abu Marwan bin Jarbul al-Balansi, Ibn Bajah dan Ibn Tufail.

Dia menjabat sebagai qadi di Asbilia pada tahun 564 H/1169 M, kemudian menjabat sebagai qadi al-Qudat Cordova pada tahun 566 H/1171M. Walaupun namanya belum terkenal dimasa kekuasaan

25

Dinasti al-Murabitun tapi Ibn Rusyd menyaksikan akhir masa daulah Murabbitun (448-541 H/1056-1146 M.) dan awal masa Daulah Muwahhidun (541-668 H/1146 - 1269 M.) di Maroko dan Andalusia nama Ibnu Rusyd mulai dikenal.

Ibn Rusyd atau Averroes, adalah filosof Muslim Barat terbesar di abad pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa. Michael Angelo meletakkan patung khayalinya di atas atap gereja Syktien di Vatikan karena ia dipandang sebagai filosof free thinker. Dante dalam Divine Comedia-nya menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap sebagai komentator terbesar atas karya-karya Aristoteles26

Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain:

a. Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid (ilmu fikih), sebuah karya besar berupa fiqih perbandingan, yang secara luas dipakai oleh para fuqaha sebagai kitab rujukan.

b. al-Kulliyat (kedokteran), yang diterjamahkan ke latin menjadi Colliget, berisikan garis-garis besar ilmu kedokteran: kitab itu merupakan kitab pegangan para mahasiswa di eropa selama berabad-abad, disamping kitab ibnu sina, Al-Qanun.

1998) 26

37

c. arya tulis yang merupakan ulasan atas karya Aristoteles, menjelma menjadi tiga buku ulasan yaitu : 1. Al-Asgar (yang kecil), 2. Al- Ausat (yang sedang) 3. Al-Akbar (yang besar).27

d. Tahafut al-Tahafut (filsafat) buku ini adalah bantahan terhadap buku al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah.

5. Abdullah Al-Idris

Abdullah Al-Idris (1099-1166), nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Bin Muhammad Bin Abdullah Bin Idris Ash- Sharif. Dikalangan ilmuwan dan masyarakat barat dan dunia umumnya Al-Idris dikenal sebagai seorang alhli geografi, yaitu pembuat peta dunia dari bahan perak seberat 400 kilogram. Berkat karyanya ini, umat manusia dapat mengetahui dimana letak benua/kawasan tetentu yang ingin dituju. Beberapa mahasiswa menyanjung ilmuan kelahiran Ceita, Spanyol ini sebagai ahli geografi dan kartografi terbesar di abad pertengahan. Idris atau Al-Sharif Al-Idris Al-Qurtubi juga memberikan sumbangan dalam bidang ilmu kedokteran.

Idris menempuh pendidikannya di Cordova. Seperti kebanyakan geographer lainnya, dia melakukan petualangan ke berbagai tempat, dari satu negara ke negara lainnya, dan dari benua satu ke benua lainnya untuk mengumpulkan data geografi. Idris yang juga menguasai ilmu politik, fisika, aritmatika, dan ilmu falak ini meninggal dunia sekitar tahun 1166 M.

27

Ensiklopedi Islam Indonesia, disusun oleh tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ketua Prof. Dr. H. Harun Nasution (Jakarta, Jembatan 1992) h. 377

Karya-karyanya :

a. Nuzhat Al-Mushtaq Fi Ikhtiraq Al-Afaq (kesenangan untuk orang- orang yang ingin mengadakan perjalanan menembus berbagai iklim), buku ini semacam ensiklopedi yang berisi peta secara detil dan informasi lengkap Negara-negara Eropa.

b. Rawd Al-Nas Wa Nuzhat Al-Nafs (semacam ensiklopedi yang lebih komperhensif)

c. Kitab Al-Jamili Sifat Ashtat Al-Nabatat (buku besar tentang sifat dan aneka tumbuh-tumbuhan).28

Pada masa kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyo l menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama- nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al- Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al- Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis- penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda

28

Hery sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam Dari Abu Bakar Hingga Nasr Dan Qardhawi, (Jakarta : PT Mizan Publika), 2003. h. 159-160

39

Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.29

Dokumen terkait