• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan

4.2 Kondisi Aktual Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Indonesia

4.2.3 Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan saat ini lebih mengembangkan tanaman ubi jalar sebagai program prioritas mengingat lahannya sangat sesuai untuk tanaman tersebut dibanding dengan tanaman singkong. Mengingat ubi jalar menjadi prioritas, saat ini penggunaannya sudah dalam bentuk tepung.

B

A

C

D

E

F

G

H

I

J

59

Agribisnis ubi jalar di kabupaten Kuningan sudah berjalan sejak lama namun belum tertata dengan baik. Pada tahun 2007 - 2008 melalui program Pendanaan Kompetisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) Pemprov Jawa Barat, dilakukan program pengembangan agribisnis ubi jalar yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stake holder) yaitu mulai dari pemerintah, pihak swasta, petani/kelompok tani, kelompok usaha industri pengolah ubi jalar, Bank Perkreditan Rakyat, koperasi dan pihak lainnya. Tabel 11 menyajikan gambaran keunggulan komparatif ubi jalar dengan komoditas unggulan lain di Kabupaten Kuningan, yang menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Dengan luas tanam setara dengan luas tanam komoditas jagung, namun ubi jalar memiliki produktivitas paling tinggi (20 ton/ha) dibandingkan dengan produktivitas berbagai komoditas pertanian lainnya yang ditanam di Kabupaten Kuningan.

Tabel 11 Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Kuningan

No. Komoditas (Ha) Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Padi sawah 59.641 60.017 355.902 5.90 2 Padi Gogo 3.875 4778 14.261 3.00 3 Jagung 6.065 8.841 20.223 3.50 4 Kedelai 1.324 1.281 1.217 1.00 5 Kacang tanah 3.177 3.333 5.459 1.60 6 Kacang hijau 948 515 575 1.10 7 Ubi kayu 3.078 3.517 42.529 12.10 8 Ubi jalar 6.130 6.130 122.600 20.00

Sumber: Disperindag Kab. Kuningan (2009)

Pemerintah Daerah Kab. Kuningan menetapkan kebijakan agribisnis ubi jalar sebagai produk kompetensi inti daerah dengan berbagai pertimbangan. Permintaan ubi jalar dinilai akan terus meningkat karena merupakan bahan baku tepung bagi berbagai makanan olahan yang memiliki kelebihan dalam nilai nutrisinya. Produksi ubi jalar di Kabupaten Kuningan paling tinggi dibandingkan

dengan komoditas palawija lainnya, memberikan kontribusi 26 % produksi ubi jalar Jawa Barat. Ubi jalar dapat tumbuh di lahan yang tidak terlalu subur dan penanamannya sudah banyak dikenal masyarakat terutama varietas lokal AC merah dan AC putih.

Pembudidayaan ubi jalar di Kabupaten Kuningan dilakukan secara kontinyu dengan melibatkan 10 460 petani, 78 kelompok tani di 78 desa pada sebelas kecamatan penghasil ubi jalar utama yaitu Kecamatan Cilimus, Cigandamekar, Kramatmulya, Jalaksana, Pancalang, Cipicung, Japara, Sindang Agung, Paswahan, Mandiracan dan Kuningan dengan potensi areal ubi jalar seluas 6 130 ha dengan hasil produksi per tahun rata-rata 111 602 ton (Disperindag Kab Kuningan 2009). Peta wilayah Kabupaten Kuningan disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Peta lokasi Kabupaten Kuningan (Disperindag Kab Kuningan 2009)

Melalui PPK-IPM Pemprov Jawa Barat diharapkan pendapatan petani dapat meningkat, kelompok-kelompok usaha industri yang mengolah chip ubi jalar menjadi tepung ubi jalar dan produk-produk makanan olahan dari ubi

61

jalar/tepung ubi jalar dapat terwujud dalam suatu sistem mata rantai yang tak terpisahkan.

Program pengembangan agribisnis ubi jalar dilakukan melalui berbagai upaya; diantaranya peningkatan produktivitas hasil melalui sentuhan teknologi (kegiatan intensifikasi budi daya ubi jalar), pengolahan ubi jalar menjadi produk chip ubi jalar (kegiatan produktivitas industri agro ubi jalar), pelatihan keterampilan, pemberian bantuan stimulan dana bergilir dan peningkatan pemasaran produk tepung ubi jalar. Program kegiatan PPK-IPM telah melaksanakan intensifikasi budidaya ubi jalar di sebelas kecamatan, membangun enam pabrik chip ubi jalar yang telah dilengkapi dengan mesin dan peralatan yang cukup memadai untuk memproduksi chip dan tepung ubi jalar yang dikelola oleh enam kelompok usaha chip ubi jalar di enam lokasi yaitu Desa Kalapagunung Kec. Kramatmulya, Cimaranten Kec. Cipicung, Manislor Kec. Jalaksana, Bandorasawetan Kec. Cilimus, Panawuan Kec. Cigandamekar dan Desa Pancalang Kec. Pancalang (Disperindag Kab Kuningan 2009).

Masing-masing kelompok dilengkapi dengan sarana produksi yaitu satu unit mesin pencuci ubi jalar, satu unit mesin slicer/pengiris, satu unit mesin rotary drying (pengering chip ubi jalar). Pada tahun 2007, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat dibangun satu unit pabrik dan sarana produksi mesin tepung ubi jalar (non PPK-IPM) di Desa Panuwuan Kecamatan Cigandamekar. Pabrik dikelola oleh kelompok Panajaya Agro Lestari dengan kapasitas produksi tepung ubi jalar 5-7 ton per hari dengan tujuan menampung bahan baku chip ubi jalar untuk diproses menjadi tepung ubi jalar dari enam kelompok usaha chip ubi jalar yang dibentuk melalui PPK-IPM (Gambar 17 dan Gambar 18).

Bangunan Pabrik Chip Ubi Jalar Mesin PencuciUbi Jalar Mesin Slicer Ubi Jalar

Mesin Pengering Awal Mesin Rotary Drying (Pengering Akhir)

Chip Ubi Jalar

Pedal Sealer Timbangan Duduk

63

Pabrik Tepung Ubi Jalar

Mesin Penepung

Produk Tepung Ubi Jalar

Pada tahun 2008, diberikan fasilitas penyempurnaan mesin dan pabrik chip yang lebih higenis. Pemberian bantuan mesin di masing-masing kelompok usaha chip ubi jalar berupa satu buah timbangan, satu buah pedal sealer, satu buat alat tes kadar air, satu unit pengering awal yang berfungsi agar pada saat musim hujan proses produksi tetap berjalan. Bantuan peralatan juga diberikan pada dua puluh kelompok makanan yang diarahkan mengolah berbagai diversifikasi produk makanan olahan berbasis ubi jalar/tepung ubi jalar. Bantuan bagi masing-masing kelompok berupa satu buah oven, satu buah kompor gas, satu buah tabung gas, satu buah timbangan kue, satu buah mixer dan satu set loyang, sedangkan bagi dua kelompok usaha es krim yang diarahkan menggunakan bahan baku tepung ubi jalar, masing-masing kelompok mendapatkan satu buah mesin es krim, satu buah timbangan dan satu buah mixer (Gambar 19).

65

Menurut Disperindag Kab Kuningan (2009), terdapat banyak hal yang masih harus ditindaklanjuti setelah program PPK-IPM berakhir di Kab Kuningan, diantaranya yang paling penting adalah kepastian pasar produk olahan berbasis ubi jalar khususnya tepung ubi jalar. Terdapat dua kendala yang menghambat keberlanjutan usaha produksi tepung ubi jalar di Kabupaten Kuningan. Pertama; naiknya harga chip/tepung ubi jalar setelah pabrik chip/tepung ubi jalar terbangun tahun 2007. Sebelum pabrik dibangun, harga ubi jalar berkisar antara Rp 400.00 sd. Rp 600.00 /kg, setelah pabrik dibangun harga ubi jalar rata-rata di atas Rp 1000.00 /kg. Peningkatan harga ubi jalar di satu sisi berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani, akan tetapi di sisi lain meningkatkan biaya produksi chip/tepung ubi jalar. Namun demikian, diharapkan harga ubi jalar menjadi harga yang wajar (berkisar Rp 800.00 /kg) maka harga tepung ubi jalar dapat bersaing dengan harga tepung terigu di pasaran. Kendala kedua adalah belum adanya kepastian pemasaran tepung ubi jalar. Diharapkan terdapat distributor, agen, industri pengguna tepung ubi jalar yang secara riil dapat membeli tepung ubi jalar.

Berdasarkan laporan dari Disperindag Kabupaten Kuningan (2009), pada tahun 2009 indikator keberhasilan sistem pengembangan agribisnis ubi jalar di Kabupaten Kuningan baru mencapai peningkatan pendapatan petani jika harga ubi jalar meningkat, serta terbangunnya enam pabrik chip ubi jalar, satu pabrik tepung ubi jalar, dua puluh kelompok makanan olahan dan dua kelompok es krim berbasis ubi jalar/tepung ubi jalar. Pabrik tepung ubi jalar belum berproduksi karena menghadapi kendala belum adanya pemasaran yang jelas. Kunci utama dari optimalisasi berjalannya sistem pengembangan agribisnis ubi jalar di Kabupaten Kuningan adalah terjualnya tepung ubi jalar baik kepada industri pengguna tepung ubi jalar, distributor, atau pihak-pihak yang berminat lokal maupun ekspor. Beberapa kegiatan pemasaran yang dipertimbangkan dapat dilakukan di antaranya adalah melalui upaya promosi, sosialisasi atau berhubungan langsung dengan industri pengguna tepung ubi jalar potensial, seperti pabrik biskuit, mie, kue kering/basah. Beberapa contoh makanan hasil olahan tepung ubi jalar disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20 Aneka makanan olahan berbasis tepung ubi jalar

Secara umum rantai pasokan ubi jalar di daerah Kuningan dapat dilihat pada Gambar 21. Ubi jalar yang dihasilkan oleh petani disalurkan ke industri pengolah ubi jalar, pedagang pengumpul dan industri chips untuk kemudian diolah menjadi tepung ubi jalar. Pasokan bahan baku yang diterima oleh industri chip juga diperoleh melalui pedagang pengumpul. Tepung ubi jalar yang dihasilkan kemudian disalurkan ke industri makanan pengguna tepung ubi jalar.

Rantai pasokan tepung ubi jalar di Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Gambar 22, yang merupakan contoh kasus industri manufaktur Agro Chips Ubi Jalar Desa Kapalagunung Kec. Kramat Mulya. Pabrik tepung ubi jalar (PT Panajaya Agrolestari) memiliki kapasitas: 1,5 kwintal tepung/hari. Pasokan bahan baku berupa chip ubi jalar dari produsen chip ubi jalar di Kabupaten Kuningan,

67

dengan sistem kontrak. Pada tahun 2009 harga tepung ditawar hanya Rp 3000.00 sehingga menyebabkan kerugian pada pabrik ini.

Gambar 21 Rantai pasokan ubi jalar dan tepung ubi jalar di daerah Kuningan

Gambar 22 Rantai pasokan tepung ubi jalar di Kabupaten Kuningan