• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.

Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :

• Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok; • Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;

• Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;

• Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;

• Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran Umum.

Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui

.3. Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten

B. Air Bersih

Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.

Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :

Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;

Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;

Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;

Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;

Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran Umum.

Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui

ten Dairi

B. Air Bersih

Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.

Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :

Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;

Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;

Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;

Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;

Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran Umum.

Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui

pembangunan penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur dangkal, sambungan perpipaan dan Hidran Umum.

Di beberapa daerah pelayanan sudah ada sarana air bersih yang dikelola oleh masyarakat setempat secara tradisional melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, namun realitasnya sebagian besar pengguna sarana air bersih belum mampu melaksanakan pengelolaan sehingga sarana yang dibangun tidak terpelihara.

Mencermati kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah membentuk institusi pengelola yang diutamakan bagi daerah-daerah yang tidak mampu melaksanakan pengelolaan secara swakelola oleh masyarakat setempat.

Cakupan pelayanan air minum Perkotaan di Kabupaten Dairi baru mencapai 34% yang meliputi sistem perpipaan sekitar 32% dan sistem non perpipaan yang terlindungi sekitar 2%. Diperkirakan masih terdapat masyarakat miskin di perkotaan yang belum terlayani air minum baik dengan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan yang terlindungi sebanyak 1.000 jiwa.

Cakupan pelayanan air minum perdesaan di Kabupaten Dairi terdapat 13 unit, derngan cakupan pelayanan sekitar 9% dari seluruh penduduk perdesaan yang meliputi sistem perpiaan sekitar 8% dan sistem non perpiaan yang terlindungi sekitar 1%. Masih terdapat IKK rawan air minum dan desa rawan air minum.

Wilayah pelayanan PDAM Tirta Nciho saat ini telah berkembang ke beberapa kecamatan, utamanya IKK dan Perdesaan di sekitar IKK. IKK yang pada saat ini telah mendapatkan akses jaringan air minum sejumlah 8 (delapan) IKK termasuk Kota Sidikalang, sedangkan untuk wilayah pelayanan pada tingkat perdesaan, akses jaringan hanya terdapat di sekitar wilayah pelayanan Kota Sidikalang dan IKK lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Berdasarkan Tabel 5.9. menggambarkan bahwa persentase pelayanan air minum di Kota-kota maupun IKK di Kabupaten Dairi masih sangat rendah. Khusus untuk Kota Sidikalang dan wilayah sekitarnya pada saat ini hanya mampu menjangkau setengah dari jumlah pelanggan.

Dengan demikian, Sistem Penyelenggaraan Air Minum (SPAM) di Kabupaten Dairi belum mampu memenuhi kriteria penyelenggaraan air minum sebagaimana ditargetkan Pemerintah maupun pencapaian yang diharapkan tercapai pada MDGs.

Rendahnya jumlah pelanggan PDAM Tirta Nciho dalam wilayah pelayanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :

• Terbatasnya akses ke jaringan air minum; • Produksi air minum tidak mencukupi;

• Unit produksi (IPA) tidak mampu meningkatkan kapasitas produksi dan tidak tersedia reservoir untuk cadangan air minum yang juga dapat berfungsi sebagai sarana pengatur kontinuitas distribusi;

• Kualitas produksi sangat rendah, sehingga mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk berlangganan; dan

• Jaringan perpipaan tidak memadai, tingkat kehilangan air sangat besar sehingga sulit melakukan ekspansi distribusi.

Untuk meningkatkan pelayanan air minum baik yang berada di kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Dairi, perlu dilakukan langkah langkah antara lain yaitu:

• Menambah jaringan perpipaan dalam layanan jaringan PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi ke permukiman;

• Mengurangi/menekan kehilangan air pada jaringan air minum;

• Meningkatkan kualitas/mutu air minum, kuantitas/jumlah pasokan air minum dan kontinuitas/ keberlangsungan aliran air minum;

• Memanfaatkan sumber mata air yang ada untuk peningkatan pelayanan air minum, khususnya masyarakat di kawasan rawan kekeringan dan air minum;

• Memakai mesin pompa air pada kawasan rawan air minum yang tidak memiliki sumber mata air atau jauh dari sumber mata air sehingga lebih efektif dan efisien.

Perkiraan kebutuhan air bersih di Kabupaten Dairi diuraikan pada Tabel 5.10. Tabel. 5.10. Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Dairi Tahun 2010 - 2030

Rencana pengembangan jaringan air bersih adalah tersedianya air bersih yang memenuhi standar kesehatan untuk dikonsumsi rumah tangga, instansi pemerintah/swasta, industri dan lain-lain.

• Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga, Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat permintaan yang ada.

• Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi standar kesehatan.

Gambar. 5.4. Ilustrasi Pengembangan SPAM

Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga, Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat permintaan yang ada.

Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi standar kesehatan.

Gambar. 5.4. Ilustrasi Pengembangan SPAM

Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga, Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat permintaan yang ada.

Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi standar kesehatan.

C. Drainase

Sistem Drainase adalah sistem buangan air hujan dalam suatu wilayah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan banjir. Sistem drainase dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip gravitasi untuk mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Persoalan lancar atau tidaknya sistem drainase menjadi sangat berarti dalam lingkungan perkotaan, khususnya di lingkungan padat penduduk terutama di areal- areal pusat aktifitas manusia. Titik kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini adalah lancar tidaknya aliran air hujan yang mengalir di permukaan tanah.

Sistem drainase diatur dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai Drainase Kota dan Fungsi Utama sebagai Pengendalian Banjir. Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan keterpaduan dengan prasarana dan sarana kota lainnya, seperti persampahan, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional maupun pemeliharaannya.

Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air limbah cair dari rumah tangga (domestic) dan sistem pengendalian banjir. Pengembangan jaringan drainase diarahkan di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.

Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan karakter topografi dan pola jaringan jalan Kabupaten Dairi sehingga pembuangan air dapat dialirkan secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir dengan membagi beberapa jenis saluran penampung, saluran pengumpul serta saluran pembuang sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan :

• Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;

Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal, seperti tingginya curah hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar kecilnya daya serap air oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien serap permukaan yang sangat tergantung dari jenis material penutup permukaan; luasnya bidang penyerapan air hujan.

Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak volume air yang harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainse), demikian pula sebaliknya. Dan hal ini sangat menentukan dimensi saluranyang digunakan sebagai sarana pembuangan.

Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang menyebabkan terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi terbangun, perlu diimbangi dengan perencanaan sistem drainase yang baik.

Sistem jaringan drainase terdiri dari :

• Jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier;

• Sistem jaringan drainase disesuaikan dengan sistem drainase tanah yang ada dan tingkat peresapan air kedalam penampang/profil tanah, serta arah aliran memanfaatkan topografi wilayah;

• Pemeliharaan kelestarian sungai-sungai sebagai sistem drainase primer, melalui kegiatan normalisasi sungai-sungai dan konservasi sempadan sungai.

Arahan rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :

• Sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani kawasan perkotaan (dengan batas administratif kota) dan terintegrasi dengan sistem badan air regional seperti sungai dan danau, sedangkan sistem jaringan drainase mikro diarahkan dalam rangka melayani kawasan permukiman.

• Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan dan sebanyak mungkin meresapkan air hujan ke dalam tanah/onsite storm water detention (OSD) melalui bangunan alam dan/atau buatan seperti sumur-sumur resapan, kolam tendon/retensi, polder, penataan lansekap dan lain-lain.

• Pengembangan sistem drainase diprioritaskan di pusat perkotaan dan pusat-pusat permukiman.

Paradigma Pengelolaan Dairnase

Gambar. 5.5. Sistem Drainase

Dokumen terkait