• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasan Mustapa Sang Penyair dari Priangan

Dalam dokumen Martabat Tujuh Hasan Mustopa (Halaman 39-65)

BIOGRAFI HAJI HASAN MUSTAPA A. Perjalanan pendidikan Haji Hasan Mustapa

B. Hasan Mustapa Sang Penyair dari Priangan

Sosok Haji Hasan Mustopa dikenal sebagai Sastrawan sekaligus tokoh tasawuf, yang mencurahkan seluruh perasaan batinnya dalam bait-bait puisi/guritan49. Dikemukakan oleh peneliti karya Haji Hasan Mustopa, diantaranya Ajip Rosidi bahwa karya-karyanya mempunyai kekhasan tersendiri, yakni:

1. Mengandung simbol-simbol dan citra kesundaan, mengalir dengan mudah, kerntal mewarnai perenungan mistiknya, sehingga ide-ide mistisnya lebih mudah dicerna oleh berbagai

46 Jahroni, 1999: 24, 41. 47 Jahroni, p. 40 48 Jahroni, hal. 42 49

guritan (puisi yang berirama dalam bahasa Sunda), Ia dikenal sebgai seorang ulama dan pujangga Islam yang banyak menulis masalah agama dan tasawuf dalam bentuk puisi

kalangan masyarakat. Hasil perenungannya tersebut, terlihat dalam kary-karya puisinya yang bermel;odi dan sarat dengan pesan-pesan sufistik.50

2. Berkualitas tinggi, memunculkan banyak asosiasi, seolahj-aolah mengalir secara alami. Sehingga terasa wajar, dan tetap memeperhatihkan dan memepertahankan kaidah-kaidah puisi kesundaan yang cukup rumit. 51

3. Memiliki kekuatan konsep sufistik, yang dalam pengungkapannya dihadirkan tentang hubungan dirinya (kuring, kaula, aing)dengan Tuhan (Gusti, Pangeran)yang berakar pada alam kehidupan budaya lingkungannya, yaitu alam kesundaan.

4. Bernuansa alam kesundaan terutama flora dan fauna, misalnya menggunakan tema tumbuh-tumbuhan dan hewan tertentu sebagai metafor untuk menggambarkan konsep tasawufnya. mengandung eberapa karakter puisi guguritan HHM, nuansa alam kesundaan beberapa kali ditemukan dalam karyanya, terutama flora dan fauna. Naskah KTKB misalnya menggunakan tema tumbuh-tumbuhan dan hewan tertentu sebagai metafor untuk menggambarkan konsep tasawufnya. Simbol hewan memang tidak sesering tumbuhan.

5. Menggunakan citra dan simbol alam Sunda yang subur. Misalnya penggunaan simbol flora berupa bambu (bambusa Sp.div) dengan aneka jenisnya. Ia menyebut angklung52 yang

50

Ajip Rosidi.Guguritan.Bandung: Kiblat, 2011. p. 18-20; bisa dilihat juga dalam tulisan Hawe Setiawan. “Cangkang Suluk Dangding HHM sebagai Wadah Mistisisme Islam”, paper in Sawala Mesek Karya HHM, UIN Bandung, 2009. p. 2.

51

Karenanya membaca guguritan HHM sebagai sajak bermatra (metrical verse)harus diletakkan dalam konteks suasana saat itu yang membaca dengan bersuara dan menyanyikannya dalam lagu, bukan membaca dalam hati (silent reading) dan mendaraskannya. Meskipun konsekuensinya, kadang ketatnya aturan puisi berakibat pada sebaran makna sufistik yang tidak terkendali dalam banyak guguritan-nya yang umumnya tidak beranjak dari tema pencarian dan pencapaian spiritual. Satu konsep diulang-ulangnya di berbagai tempat. Meskipun konsekuensinya, kadang ketatnya aturan puisi berakibat pada sebaran makna sufistik yang tidak terkendali dalam banyak guguritan-nya yang umumguguritan-nya tidak beranjak dari tema pencarian dan pencapaian spiritual. Satu konsep diulang-ulangguguritan-nya di berbagai tempat. Lihat Jajang A Rohmana Kinanti [Tutur Teu Kacatur Batur]: Tasawuf Alam Kesundaan Haji Hasan Mustapa (1852-1930), h. 5

52Angklung adalah salah satu instrumen musik Sunda yang terbuat dari bambu. Ia dianggap sebagai instrumen musik asli dari Priangan. Terdiri dari dua atau tiga bambu pendek berukuran

sengaja dibedakan dengan bambu biasa (awi) ketika menggambarkan keserasian kondisi dirinya dengan Tuhan.

Puguh angklung ngadu angklung

Bisa uni teu jeung awi Balukarna lalamunan Mun hiji misah ti hiji Ngan kari pada capétang Ngawayangkeun abdi Gusti

Artinya:

Jelas angklung mengadu angklung Bisa bunyi (indah) dengan bambu Sebabnya dari lamunan

Kalau yang satu pisah dari yang satu Cuma sekedar pandai berbicara

Penggunaan metafor flora dan fauna, bagi Haji Hasan Mustopa merupakan upaya untuk memperkaya horizon penafsiran sufistik yang disenyawakan dengan suasana alam Sunda. Dengan keterampilan dan kemampuan yang sangat kuat dalam mengolah dan memilih bahasa yang baik, ia mampu mempertemukan nilai keislaman dengan kekhasan lokal Sunda. Bahasa Sunda diperlakukan Haji Hasan Mustopa sebagai media untuk mencari kemungkinan makna-makna baru yang tak terduga, dinamis, kaya dan terbuka. Ia bisa memainkan simbol alam sekelilingnya yang ditemuinya untuk kemudian dibawa ke dalam alam pemikiran mistisnya.

sedang yang diletakkan dalam bingkai persegi empat. Cara memainkannya adalah dengan menggoyak-goyangkannya. Bunyi dihasilkan dari getaran bambu-bambu yang saling beradu. Pada masyarakat Baduy, angklung dipertunjukkan pada acara hiburan atau ritual tertentu

BAB IV

AJARAN TASAWUF HAJI HASAN MUSTAPA A. Ma’rifat: Tonggak Ajaran Martabat Tujuh Haji Hasan Mustapa

Ajaran Ma’rifat bagi Haji Hasan Mustafa merupakan suatu hal yang wajib dipejalajari dan diketahui bagi semua umat manusia yang sudah mukallaf, dan baligh. Semua manusia mau tidak mau harus berma’rifat pada Allah Swt. Hal ini berlandaskan pada hadis Rasulullah yang berbunyi : “ awwalu dini Ma’rifatullahi ta’ala”. Artinya mula-mulanya agama itu adalah harus menegetahui terlebih dahulu pada Allah.

Lebih lanjut Hasan Mustafa mengingatkan tentang pengertian dan pentingnya ilmu, bahwa artinya ilmu itu adalah pengetahuan, tapi bukan hanya harus tahu pada syarat sahnya ibadah saja, tetapi harus mengetahui (ma’rifat) pada Allah dan Rasulullah. Hasan mustapa menganalogikan Ma’rifat seperti tempat atau gudang untuk tempatnya amal ibadah. Melakukan amal ibadah, artinya kita sedang mengumpulkan perabotan dan hiasan rumah, meja, kursi, lemari, dan lain sebagainya. Sementara ma’rifat diibaratkan kita mempunyai bangunan rumah yang kokoh. Dengan adanya ma’rifat, kita bisa menempatkan perkakas dan perabotan yang telah kita usahkan dengan susah payah ini, bisa ditempatkan pada tempat yang layak dan pantas. Hal ini dapat memberikan dampak pada orang yang menempati rumah tersebut menjadi merasa nyaman. Karena logikanya kalau kita punya perabotan yang bagus dan mahal, jika tidak ada tempatnya, maka barang-barang tersebut menjadi tidak berharga, dan tentunya bisa cepat rusak, dan lapuk, akhirnya tidak akan diambil manfaat dengan sebaik-baiknya, dan tidak akan memeberikan kenikmatan seperti yag diiharapkan. 53

Jalan-jalan Ma’rifat.

53

Hasan Mustapa, Copi naskah, Tanpa Judul, ditulis dui Bandung, Mei 1931, disalin ulang di Bayah (Banten Girang) pada bulan Desember tahun 1990 M. h. 2-3

Menurut Hasan Mustafa, Ma’rifat pada Allah SWT ada dua jalan:

Pertama, dari bawah ke atas, yaitu dengan menjalani mesantren (belajar/ mendalami ilmu keagamaan) terlebih dahulu, yaitu dengan membaca kitab Qur’an, kemudian melaksanakan ibadah dengan melaksanakan rukun Islam yang lima perkara. Hal seperti itu adalah jalan untuk mencapai ma’rifat pada Allah. Menurut Hasan Mustafa, sayangnya banyak orang tidak menyampaikannnya pada tingkatan ma’rifat karena sudah merasa nimat dalam “Pal Nunjuk” nya. Padahal kalau dilanjutkan ma’rifat pada sifat Allah ta’ala, pasti akan menemukan kenikmatan, karena baru sampai pada Asma nya saja sudah begitu nikmatnya.

Kedua, jalan dari atas ke bawah, yakni memenuhi dalil yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu, “Awwalu Dinni Ma’rifatullahi Ta’ala, selain “mesantren”, juga harus bisa menghisab(menghitung atau introspeksi) diri dengan cara mencari guru yang mursyid, kalau kita tidak akan tahu tanpa melalui guru. Oleh karena itu harus segera menyusul tarekatnya para wali, itulah yang akan sampai pada ma’rifat pada sifatnya Allah ta’la yang disebut “Johar Awal”, yakni hakekatnya Muhammad, dengan tujuan agar semua kembali pada Allah Ta’la. Karena pada hakekatnya kita akan kembali kepada Allah “Inna Lillahi wa inna ilahi Roji’un.” Kita berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah.54

Dalam naskah yang sama Hasan Mustapa mengemukakan beberapa dalil-dalil Qur’an maupun Hadis Nabi, yang menjelaskan tentang hal- hal yang harus dilakukan untuk memulai mengenal Tuhan.55 Diantaranya :

man tolabal...(2) 54 Hasan Mustapa, h. 4 55 Hasan Mustopa, h. 6-8

artinya : Siapa saja orang yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka teman-teman termasuk orang yang tersesat, karena dalam tekadnya merasa lebih jauh dengan Allah Ta’ala, karena ada dalil yang menjelskan :

wa nahnu aqrobu ...(3)

artinya : Aku tidak ada perantara lagi dengan kamu sekalian, walaupun dibandingkan dengan urat leher nadi kamu sendiri, masih lebih dekat dengan-Ku, oleh karenanya manusia lebih dimuliakan oleh Allah Ta’la. Hal ini sejalan dengan ayat al Qur’an yang berbunyi :

walaqod karomna bani adama....(4) cari ayat berp ya ?

artinya: kami sudah menuliakan anak cucu Adam. Diperkuat dengan ayat lain yang berbunyi :

Laqod holakna fi ahsani taqwiim...Q/S Attin (5)

Artinya : Manusia itu paling baik dan paling sempurna dibanding dengan makhluk Allah Ta’ala yang lain .

Dalam hal ini Haji Hasan Mustopa ingin menegaskan bahwa Apabila manusia mengetahui dirinya sendiri, maka akan mengetahui kemuliaan yang ada dalam badannya.sendiri.

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW;

man arofa nafsahu faqod arofa robbahu...(6)

artinya : siapa yang mengetahui dirimu sendiri, sudah apasti akan mengetahui Tuhannya

waman arofa robbahu, faqod jahilan nafsahu...(7)

artinya : dan siapa yang mengetahui Tuhannya, maka dah pasti dirinya merasa bodoh, karena mengetahui jasadnya tidak akan bisa bulak balik jika tanpa ada daya dan kekutan dari Tuhannya.

Dalam penejelasan di sini, Haji Hasan Mustopa ingin menunjukkan bahwa jasad manusia hanya sekedar rangkanya saja. Oleh karenanya jika manusia ngajipun jangan mengaji kitab yang terkena rusak, tapi ngaji kitab yang langgeng/abadi, sebagaimana dalam hadits :

iqro kitabaka kafa binafsika alyauma alaika hasiba. ...(8)

artinya : Kalian harus ngaji kitab yang abadi, yakni harus ngaji kitab abadi yang terdapat dalam dirimu sendiri.

Haji Hasan Mustopa menganjurkan untuk segera mencari qudrat irodat Tuuhan, dalam diri kita sendiri,dengan alasan : pertama, lebih nyata kekuasaan Tuhan itu dalam diri kita sendiri, dan lebih nyata keinginan Tuhan dalam dirinya sendiri. Kedua, lebih nyata ilmun Tuhan dalam dirinya sendiri, dan lebih nyata hidupnya Tuhan dalam dirinya sendiri, ketiga, dan lebih nyata melihat Tuhan dalam dirinya sendiri, keempat lebih nyata pendengaran Tuhan dalam diri nya sendiri, kelima, lebih nyata perkataan Tuhan dalam diri kita sendiri. seperti dalam dalilnya :

wahuwa ma’akum ainama kuntum :...(9)

artinya : Allah Ta’ala selalu menyertai ummatnya dimanapun meereka berada., aku disana berada. Tapi sesungguhnya yang dimaksud dibarengi oleh Allah ta’ala yaitu dengan qudrat dan irodatnya serta dengan ilmunya.

Hal ini sejalan dengan sifat 20 yang merangkap-rangkap. Seperti : Hayat dan hayan

Hayat artinya hidup Hayan Artinya yang hidup

Sama dan sami;an Sama artinya mendengar

Basar dan basiron Basar artinya melihat

Basiron artinya yang melihat Kalam dan mutakaliman Kalam artinya bicara

Mutakaliman artinya yang bicara Qudrat dan irodat

Qudrat artinya Kuasa

Irodat artinya yang maha kuasa

Dalam menjelaskan tentang Ma’rifat ini, Haji Hasan Mustopa mempertanyakan tentang “Apa yang kuasa dalam diri kita ?” kemudian ia mencoba menjawab, bahwa Yang kuasa dalam diri kita kecuali hidup, juga dibuktikan dengan kemampuan kita untuk bergerak. Irodat artinya kuasa, buktinya : Mata bisa melihat, Telinga bisa mendengar, Hidung bisa mencium, Mulut bisa bicara, Ini untuk membuktikan bahwa tidak terpisahkan antara qudrat dan irodat.

Demikian penjaelasan Haji Hasan Mustopa tentang Ma’rifat yang dijadikan sebagai tonggak awal untuk mengetahui dan mengenal Tuhan

B. Doktrin Martabat Tujuh dalam Ajaran Haji Hasan Mustapa

Hasan Mustapa menjelaskan ajaran Martabat Tujuh secara rinci, mulai dari menjelaskan cara pengucapan Allah dan Muhammad dihubungkan dengan ketujuh tingkatan dalam Martabat Tujuh, seperti tercantum dalam naskahnya yang ditulis di

Bandung pada bulan Mei tahun 1931. Dalam Naskah itu disebutkan bahwa tulisan ini sudah disalin lagi di Bayah (banten Girang) pada bulan Desember 1990 M.

Dalam bab ini akan dimuat naskah utuh yang menjelaskan konsep Martabat Tujuhnya Haji Hasasn Mustopa, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Martabat Alam Tujuh

Nerangkeun Martabat Alam Tujuh (nganggo rucatan engangna kecap) 1. Alam Ahadiat hurup Al 2. Alam Wachdat hurup lah 3. Alam Wahidiat hurup Mu 4. Alam Arwah hurup ham 5. Alam Ajsam hurup mad 6. Alam misal hurup A 7. Alam Insan Kamil hurup dam

Buktina Alam Dunya oge eusina ngan tujuh powe, hakekatna nyaeta tina Alam anu kasebut di luhur, tegesna Alam nu tujuh teh lalakon Allah, Muhammad, Adam, kusabab eta wajib dikanyahokeunana ku sarerea. Upama urang arek nyusul kana asal, sabab lamun teu dikanyahokeun ti ayeuna jalan-jalanna jeung barang-barangna, atuh tangtu bakal sasab, momoal bisa balik deui kana Asal, sabab teu kapanggih deui jeung jalanna waktu tadi urang turun-turunna ti Aherat ka Alam Dunya. Ayeuna eta martabat Alam tujuh teh ku jisim kuring rek diterangkeun sarta make ibarat kalawan dibuktikeun ku Gambar supaya gampang dihartoskeunana.

Artinya :”Buktinya Alam dunia juga isinya hanya tujuh hari, hakekatnya adalah dari alam yang disebut di atas, tegasnya alam yang tujuh itu perjalanan (perbuatan )Allah, Muhammad, Adam, oleh karenanya wajib diketahui oleh semuanya. Jika kita mau menyusul pada asal, tetapi tidak diketahui jalan-jalan dan barang-barangnya, tentu akan nyasar, tadk akan bias balik lagi ke asal, kareana tidak ketemu lagi dengan jalannya waktu tadi kita turunnya dari akhirat kea lam dunia. Sekarang Alam Martabat Tujuh akan saya terangkan serata menggunakan ibarat dan dibuktikan dengan gambar supaya mudah tuk difahaminya.

Jadi Allah

Jadi Muhammad

Selaian itu Hasan Mustafa menjelaskan Martabat Tujuh disempurnakan dengan mencantumkan gamabar sbb:

GAMBAR

Tafsir gambar Katerangan A (Alam Ahadiyat)

Nyaeta Alam Ahadiat, martabat nu Maha Suci, dalilna Dat laesa kamislihi, hartina Dat anu teu aya upamana

Artinya : (Yaitu alam ahadiyat, Martabat Yang Maha Suci, dalilnya Dat Laisa Kamislihi artinya Dat yang tidak ada persamaannya )

Bakat ku kumaha atuh anu matak teu beunang di umpamakeun teh? Naha bakating ku kawasana? Atawa bakating ku Agungna? Atawa bakating ku hiji-hijina?

Artinya: kenapa samapai tidak bias diumpamakan ? Apakah karena kekuasaan-Nya? Atau karena keagungan-Nya?)

Upama bakating ku Kawasana, kapan dina jaman eta mah teu acan aya dadamelanana, karana ngaran kawasa teh kudu bukti heula nu didamelna, kapan dina Alam Ahadiat mah sumawona manusa; Aherat jeuang Alam Dunya oge teu acan aya.

Artinya: Apabila karean kekuasaannya, kan waktu itu belum ada perbuatannya?, karena naamanya buasa harus terbukti dulu perbuatannya, sementara di Alam Hadiyat itu jangankan manusia akherat dan alam dunia saja belum ada).

Upama bakating ku Agungna, da tacan aya anu hina dina Alam Ahadiat mah karana aya basa Agung teh sanggeusna aya anu hina.(Apabila karena keagungan-Nya< belum ada yang hina di dalam alam ahadiyat, karena ada bahasa Agung itu setelah ada yang hina)

Upama bakating ku Hiji-hijina, da kapan tacan aya dua jaman eta mah, sabab aya hiji teh

sanggeus aya nu loba. (Apabila karebna satu-satunya, kan waktu itu belum ada dua, sebab ada satu itu setelah ada yang banyak )

Kumaha atuh pihartieunana? Supaya eta dalil Dat Laesa kamislihi teh jadi uni, kieu upamana mupakat mah, numatak Alam Ahadiat ku dalil Dat Laesa Kamislihi, hartina Dat anu teu aya upamana, sategesna nyaeta ku bakating Suci, hartina beresih teu aya sifat-sifatna acan sumawona jenenganana, naha rek diupamakeun jeung naon upama teu aya Sifatna, sabab di Saksian deui ku Dalil nu Maha Suci teh Billa haeffin hartina teu wana teu rupa, teu bereum, teu hideung, teu powek, teu caang, Billa Maqanin hartina teu arah, teu anggon, teu di kulon, teu di wetan, teu di kaler, teu di kidul, teu di luhur, teu di handap, tah kitu kateranganana, anu matak nu Maha Suci teh teu beunang diupama-upama, sumawon di enggon-enggon atawa dituduh-tuduh di ditu di dieu, lantaran kaburu lain. Sabab kalangan ku bukti. (Bagaimana pengertiannya ? agar dalail ttg laisa Kamislihi menjadi bunyi, begini jika mupakat, Penyebab Alam AHdiyat dengan dalil LAisa Kamisluhi, artinya dat yang tidak ada semisalnya, sesungguhnya adalah karena begitu sucinya, artinya bersih, tidak ada sifat-sifatnya, apalagi namanya,

apakah mau diumpamakan dengan apa yang tidak ada sidfatnya, sebab disaksikan lagi dengan dalil yang MAha Suci itu Billa Haefin artinya tidak ada warna tidak ada rupa, tidak merah, tidak hitam, tidak gelap, tidak terang, BILLa Maqonin, artinya Tidak ada arah, tidak tempat, tidak barat, tidak timur, tidak utara, tidak selatan, tidak di atas tidak di bawah, ityulah penjelasannya, oleh karenanya Yang Maha Suci itu tidah bias diumpamakan, begitu juga ditempatkan, atau dituduh-tuduh di sana sini sebab kaburu lain, sebab terhalang oleh bukti

Katerangan B

Alam Wachdat, martabat Sifatna nu Maha Suci, jadi dina Alam Wachdat mah nu Dat Laesa Kamislihi teh jadi Dat Sifat, rupana Caang Padang nyaeta nu kasebut Johar Awal, Johar hartina Caang, Awal hartina mimiti, jadi nyaeta nu pangheula-heulana aya samemeh Bumi jeung Langit; sumawona manusa, tah eta Johar Awal teh nu kasebut Hakekat Muhammad tea Kapan ceuk hadis oge Muhammad teh awal-awalna pisan, sabab Johar Awal teh Nur, tegesna Cahayana nu Maha Suci, malah ceuk para Wali mah Sagara Hirup, atawa Sajatining Sahadat, karana gulungna Dat jeung Sifat atawa Allah Muhammad dina Hakekatna.( Alam Wahdat, martabat sifatnya Yang MAha Suci, Jadi dalam alam wahdat yang Dat laisa kamislihi menjadi dat sifat, rupanya terang yaitu tesebut degan Johar Awal, johar artinmya terang, awal artinya pertama, jadi yaitu paling dahulu ada yang mula Bumi dan langit; begitu juga manusia, nah itu johar awal itu Nur, tegasnya cahaya yang maha suci, malah kata para wali adalah samudra hidup, atau sejatinya sahadat, karena gulungnya dat dan sifat atau Allah Muhammmada dalam hakikatnya.

Katerangan C (Alam Wahdat)

Alam Wahidiat, martabatna Asmana nu Maha Suci. Kejadian tina Johar Awal Alam Wachdat tadi bijil Sorotna jadi Cahaya opat rupa, nyaeta: { Alam Wahidiat, martabatnya asmanya Yang Maha Suci. Kejadian dari Johar Awal alam wahdat tadi keluar dari cahaya empat rupa, yaitu : )

1. Narun cahaya Beureum

2. Hawaun cahaya Koneng

3. Maun cahaya Bodas

4. Turobun cahaya Hideung

(1. Nurun cahaya merah, hawaun, cahaya kuning, Maun cahaya putih, turobuh cahaya hitam ) Jadi eta cahaya nu opat perkara teh nu disebut Nur Muhammad tea, ari Muhammadna mah Johar Awal, barang eta. Nur Muhammad cahaya nu opat perkara teh disebutna Hakekat Adam, nyaeta Asmana nu Maha Suci. (itu Jadi cahaya yang empat perkara yang disebut Nur Muhammad, kalau Muhammadnya jauhar awal, barang itu, Nur Muhammad cahaya yang empat perkara disebutnya Hakekat Adam, yaitu asmanya Yang Maha Suci)

Cahaya anu Beureum jadi hakekatna lapad Alip ( ا )

Cahaya yang merah hakikatnya lafad Alif ( ا )

Cahaya anu Koneng jadi hakekatna lapad Lam-awal ( ل )

Cahaya yang kuning jadi hakikatnya lafad lam awal ( ل )

Cahaya anu Bodas jadi hakekatna lapad Lam-ahir ( ل )

Cahjaya yang putih jadi hakikatnya lafad lam akhir ( ل )

Cahaya anu Hideung jadi hakekatna lapad He ( ه )

Cahaya yang hitam jadi hakikatnya lafad ha ( ه )

Johar Awal jadi hakekatna lapad Tasjid ( ّ◌ ) Johar awal jadi hakikatnya lafad tasdid ( ّ◌ )

Sareatna nya jadi lapad Allah, jadi eta Cahaya nu kasebut di luhur teh, nu ngajadikeun bibit Tujuh Bumi, Tujuh Langit sarawuh eusina kabeh Sanajan Agama oge asalna tidinya bae.

Jadi sariatnya lapad allah, jadi cahaya yang disebut di atas, yang menjadikan bibit tujuh bumi, tujuh langih dan seluruh isinya, walaupun agama asalnya dari situ juga.

1. Ayana Sahadat nyaeta ku ayana Johar Awal 2. Ayana Solat nyaeta ku ayana Cahaya Beureum 3. Ayana Jakat nyaeta ku ayana Cahaya Koneng 4. Ayana Puasa nyaeta ku ayana Cahaya Bodas 5. Ayana M. Haji nyaeta ku ayana Cahaya Hideung -adanya sahadat yaitu karena adanya johar awal -adanya solat yaitu karena adanya cahaya merah -adanya zakat yaitu karena adanya cahaya kuning -adanya puasa yaitu karena adanya cahaya putih - adanya M; haji yaitu karena adanya cahaya hitam

Sanajan waktu oge aya lima waktu: Walaupun waktu juga ada lima waktu

1. Subuh bagian Nabi Adam 2. Lohor bagian Nabi Ibrohim 3. Asar bagian Nabi Enoh 4. Magrib bagian Nabi Isa 5. Isa bagian Nabi Musa

- Subuh bagian nabi adam, - Dhuhur bagian anbi Ibrahim - Asar bagian nabi Nuh - Maghrib bagian nabi Isa - Isa bagian nabi Musa

Pertingkahna Solat (Sembahyang) oge 5 perkara:

Prilaku shalat juga 5 perkara

1. Nangtung 2. Takbiratul Ihrom 3. Ruku 4. Sujud 5. Lungguh - Berdiri - Takbiratul ihrom - Ruku - Sujud - Duduk

Sahabat oge aya 4 ka 5 Kanjeng Nabi

Sahabat juga ada 4 dan ke 5 Nabi Muhammad

1. Sahabat Abubakar

2. Sahabat Umar

3. Sahabat Usman

4. Sahabat Ali

5. Kanjeng Rasulullah

- Sahabat Abu Bakar

- Sahabat Umar

- Sahabat Usman

- Sahabat Ali

- Rasulullah

-Di Mekah aya Imam Opat ka Lima Baetullah

Di Makkah ada empat imam dan yang kellima baetullah

1. Imam Maliki 2. Imam Hanapi 3. Imam Sapi’i 4. Imam Hambali 5. Baetullah Imam Maliki Imama hanfi Imam Syafi’i Imam Hambali Baeullah

Tah geuning sidik kabeh oge tina Asmana Allah, hakekatna nyaeta Nur Muhammad cahaya opat perkara

Dalam dokumen Martabat Tujuh Hasan Mustopa (Halaman 39-65)

Dokumen terkait