• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kerangka Teoritik

3. Akad Produk Tabungan

Pelayanan jasa simpanan atau tabungan yang diselenggarakan oleh pihak perbankan syariah adalah bentuk simpanan atau tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat tertentu dalam pernyataan dan penarikannya. Berkait dengan itu, jenis simapanan atau tabungan yang dapat dikumpulkan oleh bank syariah adalah sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut.

Adapun akad yang digunakan dalam produk simpanan (tabungan) di bank syariah adalah akad wadi’ah dan mudharabah, yaitu:

a. Simpanan atau tabungan wadi’ah

Simpanan atau tabungan adalah titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemilik atau anggota dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindah bukuan atau transfer dan perintah membayar lainnya. Simpanan atau tabungan dikenakan biaya administrasi namun oleh karena dana dititipkan diperkenankan untuk diputar maka oleh bank syariah kepada penyimpan dana dapat diberikan bonus sesuai dengan jumlah dana yang ikut berperan

didalam pembentukan laba bagi bank syariah. Simpanan atau tabungan yang berakad wadiah ada dua, yaitu:

1) Wadiah yad al-amanah

Wadiah amanah adalah pihak yang menerima titipan tidak

boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tersebut sampai diambil kembali oleh nasabah penitip. Sedangkan bank dapat meminta imbalan atau ujrah atas penitipan uang tersebut dan memberkan bonus kepada nasabah dari hasil pemanfaatan uang titipan namun tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung kepada kebijakan penerima titipan (bank).

Wadiah yad amanah memiliki karakteristik sebagai berikut

a) Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan.

b) Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.

c) Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan.

d) Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbenkan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau save deposit box.

2) Wadiah Yad adh-Dhamanah

Wadiah yad adh dhamanah adalah pihak yang menerima

titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari penguna dana dan bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan (bank).

Wadiah yad adh dhamanah memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a) Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan.

b) Barang yang dititipkan dapat menghasilkan manfaat karena dimanfaatkan. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada penitip.

c) Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu tabungan dan giro.

d) Bank syariah tidak boleh memberikan bonus dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar memberikan sepihak sebagai tanda terimakasih dari pihak bank.

e) Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

f) Produk tabungan juga dapat menggunakaan akad wadiah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Bedanya dengan tabungan tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lain yang dipersamakan.

Dana wadiah diketahui sebesar dengan jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya transaksi. Penerimaan yang diperoleh atas pengelolaan dana titipan diartikan sebagai pendapatan bank dan bukan merupakan unsur keuntungan yang harus dibagikan. Pengakuan bonus dalam transaksi wadiah adalah sebagai berikut:

1. Pemberian bonus kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

1.1 Penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima.

1.2 Penerimaan bonus dari penempatan dana syariah pada bank sentral diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima. 1.3 Penerimaan bonus dari penempatan dana pada non bank

syariah diakui sebagai pendapatan dana qardhul hasan pada saat kas diterima (Faqih Nabhan, 2003:31).

b. Simpanan atau tabungan mudharabah

Simpanan atau tabungan mudharabah adalah simpanan atau tabungan pemilik dana yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank. Jadi bank memiliki kebebasan untuk menyalurkan dana kebisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Mudharabah yang memberikan kewenangan penuh kepada pihak lainnya (mudharib) dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dibagi menurut kesepakatan bersama.

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Muhamad Syafi’i Antonio, 2001:95).

a. Mudharabah Muthlaqah

Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Penerapan mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Ketentuan dalam produk ini adalah:

1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana.

2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM kepada nasabah. Untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.

5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b. Mudharabah Muqayyadah

Dalam transaksi mudharabah muqayaddah mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Mudharabah muqayyadah dibagi menjadi dua yaitu:

1) Mudharabah muqayyadah on balance sheet

Yaitu simapanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

2) Mudharabah muqayyadah off balance sheet

Merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksanaan usahanya, dimana bank sebagai pihak perantara. Pembayaran imbalan bank syariah kepada pemilik dana dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atau pengelolaan dana mudharabah tersebut. Apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang sangat kecil. Hal ini berbeda dengan bank konvensional dimana pembayaran dalam bentuk bunga dibayarkan dalam jumlah tetap. Bank syariah menjalankan fungsi sebagai manager investasi dari pemilik dana karena besar kecilnya pendapatan atau imbalan

yang diterima oleh pemilik dana sangat tergantung pada keahlian atau keprofesionalan para pengelola bank syariah.

Dari hasil pengeloaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaiannya, namun apabila yang terjadi adalah murni kesalah dari pihak bank, bank akan bertanggung jawab pebuh terhadap kerugian tersebut.

Adapun manfaat dari akad mudharabah adalah sebagi berikut:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehinggga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimana bank akan menagih penerima pembiayaan atau nasabah

satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:97).

Dokumen terkait