• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2. Mekanisme Pengawasan BPD Desa Bangunjiwo Berdasarkan Nilai Kearifan Lokal

3.2.2. Akal Budi Luhur

Akal budi luhur adalah nilai kearifan lokal yang selanjutnya, dalam melaksanakan fungsi pengawannya BPD harus selalu menerapkan nilai-nilai kearifan lokal seperti Akal budi luhur yang dijabarkan menjadi sadar akan benar dan salah atau menjunjung tinggi kejujuran hingga taat kepada norma agama dan norma hukum.

a. Sadar akan benar dan salah (Jujur)

Tentunya dalam berorganisasi anggota organisasi dituntut untuk selalu paham bagaimana melihat hal yang sesuai dan tidak sesuai dengan yang semestinya. Begitu juga dengan anggota BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, terlebih lagi pengawasan BPD di Desa Bangunjiwo sebbagai desa dengan Dana Desa terbesar se-Kabupaten Bantul, harus benar-benar baik dalam proses penggawasannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Darmawan Raharja selaku sekretaris BPD Desa Bangunjiwo, menyebutkan bahwa :

“Dalam melaksnakan fungsi pengawasan kami dituntut untuk selalu memahami dan peka akan sesuatu yang benar dan yang salah. Hal itu penting karena mengingat pengawasan yang kami lakukan terhadap penggunaan keuangan desa yang salah satunya adalah Dana Desa menyangkut kegidupan masyarakat banyak.

Seperti misalkan dalam melakukan hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, kami harus mengawasi skala prioritas serta dokumen lain seperti APBDes serta RPJMDes apakah sudah

92

benar atau tidak untuk diterapkan disuatu daerah.” (04 November 2017 di Kantor BPD Bangunjiwo)

Sesuai temuan diatas didapatkan bahwa dalam melihat hal yang benar dan salah BPD Desa Bangunjiwo selalu berpedoman pada dokumen-dokumen yang seharunya dijadikan landasan dalam pembangunan dan pelaksanaan program. Pengawasan terjadi disaat BPD Bangunjiwo dapat melihat adanya hal yang benar terjadi dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tidak hanya itu sadar akan hal yang salah juga menjadi penting untuk melakukan tindakan koreksi serta perubahan standard jika diperlukan. Sadar akan hal benar dan salah mencernikan kejujuran yang dimiliki anggota BPD Bangunjiwo dalam melaksnakan fungsi pengawasan kinerja pemerintah desa dalam penggunaan dana desa bagi kepentingan masyarakat.

b. Taat Pada Norma Agama dan Hukum

Telah dijelaskan sebelumnya ketaan norma agama yang dimaksud adalah tidak berkata-kata kasar dan menjaga sopan santun. Sesuai temuan yang ada anggota BPD Desa Bangunjiwo mengapliasikan hal tersebut dengan menggunakan metode 3S (Senyum,Salam,Sapa), seperti dijelaskan pula sebelumnya 3S ini diterapkan untuk lebih mendekatkan diri dengan masyaraat Desa yang kebanyakan dari mereka masih memegang adat istiadat yang erat. Kemudian dalam ketaatan anggota BPD Desa Bangunjiwo pada norma hukum, sudah jelas hal itu harus diterapkan dengan baik dan benar.

Hal itu menjadi penting karena BPD dibentuk berdasarkan peraturan hukum

93

yang jelas dan negara Indonesia juga menganut kejelasan hukum di sistem pemerintahannya. Hasil wawancara dengan Darmawan Raharja menyebutkan:

“BPD dalam melaksankaan fungsi pengawasan tentu harus juga taat pada norma-norma hukum yang berlaku saat ini, BPD sebagai lembaga permusyawaratan yang menjadi wakil masyarakat di pemerintah desa memiliki tempat yang cukup strategis. Maka dari itu ketaatan hukum perlu ditegakan agar tidak sembarangan orang yang dapat mewakili. BPD berpegang teguh pada aturan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, serta oeraturan pemerintah yang menjadi turunan dari UU Desa tersebut yaitu PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51. “ (4 November 2017 di Kantor BPD Bangunjiwo)

Hasil temuan yang ada di Desa Bangunjiwo, BPD di Desa Bangunjiwo dalam menerapkan peraturan hukum yang berlaku sudah baik, terlihat dari pengawasan yang selama ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangaan pada saat pelaksanaan program yang telah direncanakan. Namun memang tetap terjadi kendala dalam pengoptimalan penerapan hukum yang berkaitan dengan tugas dan fungssi BPD ini.

Kendala tersebut bisa berupa kurangnya pemahaman yang menyeluruh terkait peraturan BPD serta kendala-kendala yang ada dimasyarakat seperti tidak sesuainya norma hukum yang berlaku dengan norma-norma/adat istiadat yang berlaku dimasyarakat.

94 3.2.3. Teladan

Badan Permusyawartan Desa atau selanjutnya disingkat BPD, harus memiliki suatu prilaku yang dapat diteladani bagi orang lain, mengingat BPD sebagai wakil masyarakat di Desa harus dapat mencerminkan masyarakat yang diwakilinya dalam pemerintahan desa.

Tidak hanya itu sifat teladan yang harus dimiliki anggota BPD menjadi cerminan watak dan prilaku yang selalu mengedepankan etika dan norma-norma daalam bersosialisasi di Masyarakat. Dalam mewujudkan hal itu terdapat dua hal yang harus dilakukan anggota BPD dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan pemerintahan, yaitu :

a. Teladan dalam prilaku b. Perannya secara adil a. Teladan dalam prilaku

Anggota BPD sedikit banyaknya harus memiliki prilaku-prilaku yang dapat diteladani bagi orang lain atau masyarakat yang diwakilinya. Hal itu sudah harus menjadi keharusan karena BPD sebagai perwakilan masyarakat di Pemerintahan desa, harus selalu bisa diteladani dari prilaku yang dilakukannya. Dalam hasil wawancara dengan sekretaris BPD Desa Bangunjiwo, Darmawan Raharja, meyebutkan beberapa cara yang dilakukan anggota BPD untuk menjadi teladan dalam prilaku dimasyarakat, yaitu

“Tentunya dalam menjadi teladan kita harus memperhatikan prilaku kita, karena prilaku kit adalah sesuatu yang kita lakukan dimasyarakat. Misalkan kita harus mengerti dan paham norma-norma bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbicara sopan dan santu kepada yang lebih tua dan orang lain.

95

Tidak hanya itu cara lainnya ya itu tadi selalu menerapkan 3S (Senyum, salam dan sapa) hal ini menjadi menular jika kita lakukan terus menerus, terkadang sebelum kita menegur atau mengucapkan salam kepada oarang lain (masyarakat), mereka sudah menyapa kita terlebih dahulu. Karena itu tadi prilaku kita menjadi teladan atau menjadi contoh yang baik” (4 November 2017 di Kantor BPD Bangunjiwo)

Dapat diketahu bahwa dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal yaitu teladan dalam prilaku anggota BPD sudah melakukannya dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya anjuran dari struktural BPD untuk selalu menerpakan 3S (Senyum, Salam, Sapa) tidak hanya dimasyarakat namun juga dilingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari.

Menularkan hal positif dan patuh pada norma-norma yang berlaku dimasyarakat menjadi cara lain untuk menjadi teladan dalam prilaku.

b. Perannya secara adil

Adil dalam memutuskan sesuatu menjadi bagian dalam keteladan bagi Anggota BPD dalam melaksanakan fungsi Pengawasan yang ada.

Adil disini bukan berati membagi sesuatu yang sama kepada seluruh masyarakat. Hal ini tidak bisa begitu saja dilakukan, karena dalam melaksanaka fungsi pengawasan BPD harus selalu mengamati kebutuhan mana yang paling mendesak untuk dilakukan dan dapat memiliki manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi seluruh masyarakat.

Seperti halnya yang ditemukan di Desa Bangunjiwo, dalam menerapkan prilaku bijak anggota BPD harus selalu berpegang teguh pada skalla prioritas yang sudah ditentukan. namun tidak hanya itu, BPD juga perlu secara langsung mengamati ke masyarakat dimana suatu hal yang

96

menjadi prioritas untuk dilakukan. Dalam APBDes T.A 2016 misalnya pembangunan dan bidang pembinaan masyarakat pada T.A 2016 difokuskan untuk pembangunan penataan pelayanan di Kantor desa Bangunjiwo demi kelancaran dan kesuksesan dalam segi pelayanan. Tidak hanya itu pembangunan berupa renovasi rumah tidak layak huni dan pembangunan MCK bagi warga GAKIN juga menjadii skala prioritas atau hal yang mendesak untuk dilakukan. Kemudian dalam bidang pemberdayaan masyarakat APBDes T.A 2016 memfokuskan pembinaan pada sektor-sektor pendidikan seperti Peningkatan Fasilitas Pendidikan TK dan Peningkatan Fasilitasi anak gakin dalam pendidikan yang dimana keselurahan dananya diserap dari Dana Desa yang diterima pada Tahun Anggaran 2016 tersebut.

Dokumen terkait