• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

C. Pengaruh Bahan Ajar Nadlomul Akhlak terhadap Efektivitas dan Daya Tarik Siswa Tarik Siswa

4. Macam-macam Akhlak Peserta Didik

Secara garis besar, akhlak dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu akhlak terpuji yang disebut dengan al-akhlaq al-mahmudah dan akhlak tercela yang disebut dengan al-akhlaq al-madmumah. Akhlak terpuji adalah sifat dan perilaku yang baik, yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri, dan kebaikan bagi orang lain, bahkan bagi alam secara keseluruhan. Sebaliknya, akhlak yang tercela adalah sifat dan perilaku yang tidak saja mendatangkan kerugian buat orang lain, tetapi juga kerugian buat diri sendiri.51 Hal ini berarti baik dan buruknya perilaku seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri. Pembahasan akhlak yang dimaksud pada tesis ini adalah pembinaan untuk akhlak terpuji.

50

Muhammad Said Mursi dan Mahmud Al-Khal‟awi, Mendidik Anak dengan Cerdas:

Panduan bagi Orang Tua dan Para Pendidik dalam Membentuk Pribadi dan Akhlak Anak, h.

139-141

51 Din Wahid, Buku Pengayaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA

52

Contoh akhlak menurut Ary Ginanjar Agustian yang diambil dari Asmaul Husna yang harus dijunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian manusia kepada sifat Allah swt. yaitu sebagai berikut:

a. Jujur, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifatAllah, al-Mukmin b. Tanggung jawab, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah,

al-Wakiil.

c. Disiplin, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, al- Matin. d. Kerjasama, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah,

al-Jaami.‟

e. Adil, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, al-„Adl. f. Visioner, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, al-Akhir. g. Peduli, adalah wujud pengabdian manusia kepada sifat Allah, al-Sami‟ dan

al-Basir. 52

Peserta didik yang mempunyai akhlak mulia merupakan dambaan bagi setiap guru. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus mendidiknya dengan sepenuh hati. Mendidik anak adalah dunia yang penuh dengan keunikan. Itulah sebabnya, ada pepatah yang mengatakan “Mendidik Anak Bagaikan Mengukir di Atas Batu.” Dengan kata lain, pendidikan anak adalah dunia yang dipenuhi oleh tantangan. Akan tetapi, sekali satu ajaran terserap oleh si anak, selamanya ia akan berpikir dan berperilaku sesuai ajaran tersebut.53 Sebaiknya anak diberi

52

Lihat Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

spiritual ESQ: Emotional spiritual Quotient The ESQ Way 165, 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Cet. XXXX; Jakarta: Arga Publishing, 2007), h. 90.

53 Muhammad Said Mursi dan Mahmud Al-Khal‟awi, Mendidik Anak dengan Cerdas:

53

pendidikan sejak kecil, bahkan pendidikan dalam Islam menyatakan anak dididik dari buaian atau sebelum ia lahir

Sebagian besar manusia tidak menyadari bahwa kunci pendidikan terletak pada pendidikan agama. Kunci pendidikan agama adalah mendidik anak, menghormati Allah, orang tua, dan guru. Menurut Ibnu Sina dalam Abd. Rahman Assegaf menyatakan bahwa tugas bapak ibu atau guru adalah memberi penekanan kepada pendidikan agama kepada anak-anak, karena hal itu bertujuan untuk membentuk adab dan akhlak yang baik. Ibnu Sina juga mempertegas dengan menyatakan bahwa kehidupan itu adalah akhlak, tiada kehidupan tanpa akhlak.54

PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan ayat 5 menjelaskan bahwa Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan tanggung jawab.55

Wacana tersebut memberikan gambaran dengan tegas tentang pentingnya mendidik akhlak peserta didik. Pendidikan akhlak sebaiknya ditanamkan sejak dini. Tugas guru agama di lingkungan sekolah, seharusnya berusaha melakukan hal-hal yang mengarahkan pada pembinaan akhlak. Sorotan utama adalah guru itu sendiri, sebagai tauladan bagi peserta didiknya. Misalnya dalam pembelajaran agama sepatutnya diterapkan sikap disiplin. Fokus penelitian ini diantaranya membahas tentang disiplin. Disiplin adalah

54 Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuan Tokoh

Klasik Sampai Modern, Edisi 1 (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 96-97.

55 Peraturan Pemerintah No. 55 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 5 ayat 5 Tahun 2007, h. 5.

54

tata tertib (di sekolah, kemiliteran; ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib).56 Jika ada peserta didik melakukan kesalahan, guru boleh memberikan hukuman. Akan tetapi dengan tujuan sebatas memberikan kesadaran atas kesalahannya, bukan untuk menyakiti mereka. Sikap disiplin dalam pembahasan ini dimaksudkan disiplin dalam masuk ruangan belajar maupun dalam mengikuti pembelajaran.

Akhlak peserta didik lain yang perlu dibina yakni tentang tanggungjawab. Tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.57 Seorang pelajar mempunyai tugas utamanya adalah belajar. Sebagian peserta didik ada yang suka membolos di waktu jam pelajaran. Tanggungjawab merupakan akhlak yang perlu ditanamkan kepada peserta didik sebagai modal kemandirian seorang hamba melakukan ibadah kewajiban menuntut ilmu yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas.

Akhlak yang sering menjadi sorotan selanjutnya adalah tentang rasa hormat. Hal ini dapat dilakukan dengan senyum, sapa dan salam ketika bertemu dengan guru atau sesama teman. Banyak peserta didik ketika bertemu dengan guru tidak mau menegur bahkan seperti pura-pura tidak melihat. Menurut Ahmad Tafsir dalam Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani bahwa kegagalan pendidikan sebenarnya terletak pada kurang hormatnya anak kepada pendidik, baik orangtua maupun pendidik lain, karena kurang berwibawa. Kurang berwibawanya guru dapat disebabkan berbagai hal, dan yang paling utama adalah kepribadian guru.58 Oleh sebab itu, guru harus

56

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 237.

57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1006.

58 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), Hlm : 191-192

Dokumen terkait