Akibat Hukum Bagi Nasabah yang Wanprestasi

BAB I. PENDAHULUAN

BAB 3. PEMBAHASAN

3.2 Akibat Hukum Bagi Nasabah yang Wanprestasi

Setiap perjanjian kredit maupun perjanjian pada umumnya, selalu akan

menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang malaksanakan perjanjian

tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Semua perjanjian yang dibuat

menurut hukum atau dibuat secara sah sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata

mengikat sebagai undang-undang terhadap para pihak yang terkait dalam perjajian

tersebut. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menunjukkan kekuatan kedudukan

kreditur dan sebagai konsekuensinya maka perjanjian kredit itu tidak dapat ditarik

kembali secara sepihak. Namun kedudukan ini diimbangi dengan Pasal 1338 ayat

(3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikad baik. Hal ini memberikan pengertian bahwa setiap perjanjian harus

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

34 dilaksanakan dengan itikad baik. Pihak kreditur maupun debitur harus

melaksanakn kewajiban yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Apabila

salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya maka dapat menimbulkan

akibat-akibat tertentu bagi kedua belah pihak.

Suatu kewajiban yang tidak dapat dipenuhi dalam perjanjian oleh salah

satu pihak disebut wanprestasi. Wanprestasi mengakibatkan kerugian bagi pihak

lain sehingga pihak yang melakukan wanprestasi tersebut harus memberikan ganti

rugi yang timbul sebagai akibat dari adanya wanprestasi yang dilakukan oleh

salah satu pihak. Debitur/nasabah yang wanprestasi diancam dengan sanksi atau

hukuman. Hukuman atau akibat yang tidak menguntungkan bagi debitur yang

wanprestasi adalah:

1. Membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur.

2. Pembatalan perjanjian.

3. Peralihan resiko.

4. Membayar biaya perkara jika sampai diperkarakan di pengadilan.

Pasal 1238 KUH Perdata menyatakan bahwa si berhutang adalah lalai jika

ia dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau

dari perikatannya sendiri jika ini menetapkan bahwa yang si berhutang akan harus

dianggap lalai dengan lewat waktu yang ditentukan. Pada saat dinyatakan

wanprestasi debitur harus diperingatkan terlebih dahulu bahwa kreditur

menghendaki pelaksanaan perjanjian oleh nasabah atau debitur. Pada kredit

Krasida batas akhir tanggal pembayaran ditentukan berdasarkan tanggal terjadinya

kesepakatan perjanjian, misalnya tanggal terjadinya kesepakatan perjanjian antara

tanggal 1 (satu) sampai dengan tanggal 10 (sepuluh), maka pembayaran angsuran

kredit dilakukan pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Apabila kesepakatan

perjanjian dilakukan pada tanggal 11 (sebelas) sampai dengan tanggal 20

(duapuluh), maka pembayaran angsuran kredit dilakukan pada tanggal 20

(duapuluh) bulan berikutnya. Sedangkan bila kesepakatan perjanjian terjadi pada

antara tanggal 21 (duapuluh satu) sampai dengan tanggal 31 (tigapuluh satu),

maka pembayaran angsuran kredit dilakukan pada tanggal 30 (tigapuluh) atau 31

(tigapuluh satu) pada bulan berikutnya, namun khusus untuk bulan Februari

pembayaran angsuran kredit dilakukan pada akhir bulan.

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

35 Keterlambatan pembayaran angsuran kredit dari tanggal angsuran setiap

bulannya dikenakan sanksi berupa denda yang besarnya ditentukan. Pengenaan

denda ini dilakukan agar nasabah tidak melakukan wanprestasi dalam artian

terlambat atau menunggak dalam pembayaran angsuran kredit, karena denda

dihitung dari jumalah agsuran yang harus dibayar pada bulan yaitu cicilan uang

pinjaman ditambah sewa modal (UP + SM). Bagi nasabah yang terlambat atau

menunggak membayar angsuran kredit dikenakan denda keterlambatan sebesar

2% (dua persen) per 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo. Hal ini sesuai

dengan isi Pasal 1243 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

”Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak terpenuhinya suatu

perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang setelah

dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikan atau jika

sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau

dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.

Dari pasal diatas jelas bahwa pengenaan sanksi yang berupa denda dapat

diberlakukan oleh pihak Perum Pegadaian apabila nasabah yang bersangkutan

telah lalai dalam membayar angsuran kredit. Perhitungan pengenaan denda yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Apabila nasabah terlambat membayar angsuran kredit sampai 7 (tujuh) hari

dari tanggal jatuh tempo angsuran, maka nasabah dikenakan denda sebesar 2%

(dua persen) dari besarnya angsuran.

b. Sedangkan bila keterlambatan pembayaran angsuran kredit terjadi selama 8

(delapan) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari dari tanggal jatuh tempo

dikenakan denda 2 (dua) kali lipat dari denda sebelumnya yaitu sebesar 4%

(empat persen). Demikian seterusnya setiap kelipatan 7 (tujuh) hari

keterlambatan pembayaran angsuran kredit, maka dikenakan denda sebesar

2% (dua persen) dan maksimum besarnya denda ditetapkan sebesar 10%

(sepuluh persen).

Apabila nasabah meninggal dunia maka dalam memenuhi kewajiban dia

tidak dapat dipersalahkan, sehingga kewajibannya akan beralih ke ahli warisnya

sesuai dengan Pasal 830 KUH Perdata. Pasal 830 KUH Perdata menyebutkan

bahwa pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Sedangkan dalam Pasal

1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

Dalam dokumen ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KREDIT ANGSURAN SISTEM GADAI (KRASIDA) DAN AKIBAT HUKUM JIKA TERJADI WANPRESTASI DI PERUM PEGADAIAN CABANG TEGALBOTO KABUPATEM JEMBER (Halaman 53-56)