• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN

C. Akibat,wanprestasi dan berakhirnya perjanjian

Menurut Pasal 1338 KUHPerdata semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat dismpulkan adanya asas kebebasam berkontrak, akan tetapi kebebasan ini di batasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karema alasan- alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik oleh para pihak.37

Istilah “semua” maka pembentuk undang-undang menunjukkan bahwa

perjanjian yang dimaksud bukanlah semata-mata hanya perjanjian bernama, tetapi juga meliputi perjanjian tidak bernama. Istilah secara sah artinya adalah bahwa pembuatan perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sah suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian yang sah menimbulkan suatu akibat yakni perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali secara sepihak kecuali dengan sepakat antara kedua belah pihak.

2. Wanprestrasi

Terjadinya wanprestasi senantiasa diawali dengan hubungan kontraktual. Kontrak dibuat sebagai instrumen yang secara khusus mengatur hubungan hukum antara kepentingan yang bersifat privat dan perdata khususnya dalam pembuatan kontrak.38 Perikatan yang bersifat timbal balik senantiasa menimbulkan sisi aktif

37

Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perdata Tentang Perikatan (Penerbit Fakultas Hukum USU: Medan, 1974) hal 166.

38

Yahman.,Karakteristik Wanprestasi & Tindak Pidana Penipuan(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014),hal.51.

dan sisi pasif. Sisi aktif menimbulkan hak bagi kreditur untuk menuntut pemenuhan prestasi, sedangkan sisi pasif menimbulkan beban kewajiban bagi debitur untuk melaksanakan prestasinya. Pada situasi normal antara prestasi dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya hingga muncul prestiwa yang disebut sebagai wanprestasi.39 Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa :

a. sama sekali tidak memenuhi prestasi b. prestasi yang dilakukan tidak sempurna c. terlambat memenuhi prestasi

d. melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan. 40

Pada umumnya wanprestasi baru terjadi setelah adanya pernyataan lalai (inmorastelling;ingeberekestelling) dari pihak kreditur kepada debitur. Pernyataan lalai ini pada dasarnya bertujuan menetapkan tenggang waktu (yang wajar) kepada debitur untuk memenuhi prestasinya dengan sanksi tanggung gugat atas kerugian yang dialami kreditur. Menurut undang-undang, peringatan (somatie) kreditur mengenai lalainya debitur harus dituangkan dalam bentuk tertulis (vide Pasal 1238 KUHPerdata).41

Adakalanya dalam keadaan tertentu untuk membuktikan adanya wanprestasi debitur tidak diperlukan lagi pernyataan lalai, ialah :

39

Agus Yudha Hernoko.,Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hal.260.

40

Ahmadi Miru., Op.Cit. hal. 74. 41

1) untuk pemenuhan prestasi berlaku tenggang waktu yang fatal (fatale termijn);

2) debitur menolak pemenuhan; 3) debitur mengakui kelalaiannya;

4) pemenuhan prestasi tidak mungkin (di luar overmacht); 5) pemenuhan tidak lagi berarti (zinloos); dan

6) debitur melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya.

Dengan adanya wanprestasi, pihak kreditur yang dirugikan sebagai akibat kegagalan pelaksanaan kontrak oleh pihak debitur mempunyai hak gugat dalam upaya menegakkan hak-hak kontraktualnya. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untuk memenuhi kontrak, jika hal itu masih dapat dilaksanakan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”

3. Berakhirnya perjanjian

Berakhirnya kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur tentang sesuatu hal. Pihak kreditur adalah pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi, sedangkan debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Sesuatu hal di sini bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua belah pihak, bisa jual-beli, utang-piutang, sewa-menyewa dan lain-lain.42

R. setiawan berpendapat bahwa hapusnya perjanjian harus dibedakan dengan hapusnya perikatan, karena suatu perikatan dapat hapus sedangkan perjanjian yang merupakan sumbernya mungkin masih tetap ada. Contoh pada

42

perjanjian jual-beli, dengan dibayarnya harga maka perikatan tentang pembayaran menjadi hapus, sedangkan perjanjiannya belum karena perikatan tentang penyerahan barang belum dilaksanakan. Dapat juga terjadi bahwa perjanjiannya sendiri telah berakhir (hapus), tetapi perikatannya masih ada, misalnya dalam sewa-menyewa, dimana perjanjian sewa-menyewanya sudah berakhir tetapi perikatannya untuk membayar uang sewa belum berakhir karena belum dibayar. Walaupun pada umumnya jika perjanjian hapus maka perikatannya pun hapus, begitu juga sebaliknya.43 Hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 KUHPerdata ialah :

a. Pembayaran (Pasal 1382-1403 KUHPerdata)

b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan/ penitipan (Pasal 1404-1412 KUHPerdata)

c. Novasi/pembaharuan hutang Pasal 1413-1424 KUHPerdata) d. Perjumpaan hutang/ kompensasi (Pasal 1425-1435 KUHPerdata) e. Konfisio/ percampuran hutang (Pasal 1436-1437 KUHPerdata) f. Pembebasan hutang (Pasal 1438-1443 KUHPerdata)

g. Musnahnya barang yang terutang (Pasal 1444-1445 KUHPerdata) h. Kebatalan dan pembatalan perjanjian (Pasal 1446-1456 KUHPerdata) i. Berlakunya syarat batal (Pasal 1265 KUHPerdata)

j. Lewatnya waktu/ kadaluwarsa (Pasal 1946-1993 Bab VII Buku IV KUHPerdata)

Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur berbagai cara hapusnya perikatan- perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang dan cara-

43

Handri Raharjo.,Hukum Perjanjian di Indonesia(Jakarta: Pustaka Yustisia,2009) hal. 95.

cara yang ditunjukkan oleh pembentuk undang-undang itu tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang lain untuk menghapuskan suatu perikatan. Cara-cara yang tersebut dalam Pasal 1381 KUHPerdata itu tidaklah lengkap, karena tidak mengatur misalnya hapusnya perikatan karena meninggalnya seorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya dapat dilaksanakan oleh salah satu pihak saja.44

Lima cara pertama yang tersebut di dalam Pasal 1381 KUHPerdata menunjukkan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur. Dalam cara keenam yaitu pembebasan utang, maka kreditur tidak menerima prestasi, bahkan sebaliknya, yaitu secara sukarela melepaskan haknya atas prestasi. Pada keempat cara terakhir dari Pasal 1381 KUHPerdata maka kreditur tidak menerima prestasi, karena perikatan tersebut gugur ataupun dianggap telah gugur. Untuk mengetahui di manakah pengaturan dari berlakunya suatu syarat batal. sebagai salah satu cara hapusnya perikatan maka kita harus melihat kepada Bab I KUHPerdata yaitu berturut-turut Pasal 1253 dan seterusnya Pasal 1266 KUHPerdata.45

44

Mariam Darus., Sutan Remy., Heru Soeprapto. dkk., Kompilasi Hukum Perikatan

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 115 45

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi yang terjadi hampir di seluruh dunia telah banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia baik pada aspek hukum, ekonomi, sosial maupun budaya masyarakat dunia. Dengan terjadinya globalisasi hampir di seluruh aspek kehidupan masyarakat dunia mengakibatkan tidak adanya penghalang di dalam penerimaan informasi dan teknologi yang berkembang di belahan dunia lainnya. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi maka setiap individu dituntut untuk dapat selalu berinovasi memanfaatkan sumber daya dan informasi yang diperoleh untuk dapat menciptakan suatu inovasi baru yang memiliki nilai lebih dibandingkan para pesaingnya di era globalisasi.

Semakin cepatnya masyarakat dunia mendapatkan informasi dan perkembangan teknologi yang berkembang pada belahan dunia lainnya, mengakibatkan tingginya permintaan terhadap suatu barang pada belahan dunia lainnya. Untuk dapat memenuhi permintaan terhadap suatu barang tersebut maka akan sangat dibutuhkan jasa pengangkutan di dalam proses pendistribusian barang agar sampai di tangan konsumen.

Perkembangan peradaban manusia, khususnya dalam bidang teknologi telah membawa peradaban manusia ke dalam suatu sistem transportasi yang lebih maju dibandingkan dengan era sebelumnya. Pengaruh dari globalisasi di sektor perdagangan akan terasa pada dunia pengangkutan, yang merupakan urat nadi

perdagangan internasional, saat ini terlebih Indonesia sebagai negara kepulauan pengangkutan memegang peranan penting untuk pendistribusian barang antar pulau.1 Untuk terjalinnya hubungan antar daerah yang luas tersebut, Indonesia membutuhkan sarana angkutan, baik di darat (jalan, kereta api dan sungai), di laut maupun di udara. Pengangkutan darat merupakan pilihan untuk dikembangkan dalam upaya membuka keterisolasian daerah. Kebijakan untuk menjadikan pengangkutan darat sebagai sarana perhubungan dengan antar daerah terpencil sampai saat ini masih tetap terus dipertahankan. Tanpa adanya sarana angkutan tersebut, pembangunan diindonesia pasti akan menghadapi kendala, oleh karena itu perlu adanya sistem angkutan yang lancar, efektif, efisien, aman dan nyaman.2

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan dan penghidupan, baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem pengangkutan harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat.3 Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnya didasarkan pada alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. HMN. Purwosutjipto membedakan jenis-jenis pengangkutan itu ke dalam empat kelompok yaitu : pengangkutan darat; pengangkutan laut; pengangkutan udara dan pengangkutan perairan darat.4 Selanjutnya Sution Usman Adji dkk secara

1

Sadikin , Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggungjawab Pengangkutan dalam Sistem Pengangkutan Multimoda (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM , 2006), hal. 1.

2

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api) (Jakarta: Universitas Trisakti, 2009), hal. 1.

3

Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Bandung : TB, 2002), hal. 13.

4

HMN. Purwosutjipto., Pengertian Pokok Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan, Jilid 3 (Jakarta:Djambatan,1992) hal.2

umum membagi jenis-jenis pengangkutan itu atas : pengangkutan udara; pengangkutan perairan darat; pengangkutan dengan kendaraan bermotor dan kereta api; dan pengangkutan di laut.5

Pengangkutan darat mempunyai peran yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena harus mampu menjadi jembatan penghubung dan membuka daerah-daerah terpencil di Indonesia, sehingga harus menjadi sarana untuk pemerataan di segala bidang. Pengangkutan darat juga memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan, karena dapat menghubungkan pusat-pusat bahan baku dengan pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan baku tersebut menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi untuk kemudian diangkut ke pasar, yang akhirnya sampai di tangan konsumen. Tanpa pengangkutan, perusahaan tidak mungkin dapat berjalan.6

Agar pengangkutan itu dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan, maka harus ada perpaduan dari komponen-komponen fisiknya yang terdiri dari 4 unsur, yaitu jalan, terminal atau stasiun, kendaraan (kendaraan bermotor dan kereta api) unsur tenaga penggerak serta satu unsur sebagai unsur yang kelima, yaitu unsur non fisik, yaitu pengemudi (awak kendaraan dan awak kereta).7Mengangkut sesuatu dari tempat yang satu ke tempat yang lain dapat dikatakan berhasil baik, apabila yang diangkut itu dapat disampaikan kepada alamat dengan utuh, lengkap dan tepat pada waktunya, itulah kewajiban utama dari pengangkutan. Bagi penerima barang, selain barangnya itu tiba tepat pada waktunya dalam keadaan utuh dan lengkap, ia pun menghendaki agar biaya pengangkutannya itu wajar dan pelayanan yang memuaskan.

5

Sution Usman Adji dkk. Dalam Buku Hukum Pengangkutan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990) hal. 13

6

Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal. 2 7

Samiaji Soerjotjaroko, Ruang Lingkup Hukum Angkutan Darat dan Laut (Jakarta: 1981), hal. 27.

Untuk melakukan pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat tujuan dilakukan dengan suatu perjanjian. Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang Perikatan, selama tidak ada pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.8

Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang atau pemilik barang. Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis), tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkutan. Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh pihak-pihak. Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat muatan, sedangkan dokumen pengangkutan pengangkutan penumpang lazim disebut karcis penumpang. Perjanjian penumpang dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian charter (charter party), seperti charter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun carter kapal untuk mengangkut barang dagangan. Jadi, perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan, didukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat untuk dilaksanakan. Namun, apabila pihak-pihak menghendaki, boleh juga dibuat secara tertulis yang disebut charter party.9 Purwosutjipto berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antar pengangkutan dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, dan atau

8

Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal. 13 9

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 3.

orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar biaya angkutan.10

Adapun penulisan skripsi ini lebih menitik beratkan kepada pengangkutan barang melalui darat, yaitu berupa pengiriman barang- barang produksi yang dihasilkan oleh PT. Indofood dan penyedia jasa pengangkutan PT. Rahmat Jaya Transport. Hal ini dikarenakan adanya ketertarikan akan bagaimana proses penyelenggaraan perjanjian pengangkutan tersebut.

Mengingat dalam melakukan proses pengangkutan sering ditemukan beberapa risiko, maka ada beberapa hal yang menjadi pokok masalah yaitu, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan perjanjian pengangkutan, bagaiamana pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang dan bagaimana bentuk pertanggungjawaban PT. Rahmat Jaya Transport sebagai pihak penyedia jasa pengangkutan barang terhadap kerusakan atau kehilang barang PT. Indofood sebagai pengguna jasa pengangkutan di dalam penyelenggaraan perjanjian pengangkutan barang, karena jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang pengguna jasa dalam proses pengangkutan yang dilakukan penyedia jasa pengangkutan, maka pihak pengguna jasa pengangkutan akan mendapat kerugian. Berdasarkan hal itulah penulis memiliki ketertarikan untuk mengangkat judul skripsi tentang “ Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya

Transpot dengan PT. Indofood” .

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang diangkat berhubungan dengan judul skripsi ini adalah :

10

HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, 3, Hukum Pengangkutan (Jakarta: Penertbit Djambatan, 1991), hal. 2.

1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood ? 2. Bagaimanakah pelaksanaa perjanjian pengangkutan barang antara PT.

Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood ?

3. Bagaimanakah pertanggungjawaban PT. Rahmat Jaya Transport terhadap kehilangan atau kerusakan barang PT. Indofood pada penyelenggaraan pengangkutan barang ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisaan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian pengangkutan di dalam penyelengaraan pengangkutan barang antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan PT. Indofood.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban PT. Rahmat Jaya Transport terhadap kerusakan atau kehilangan barang PT. Indofood dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :.

1. Secara teoritis yaitu untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana hak dan kewajiaban para pihak di dalam penyelengaraan pengangkutan barang, pelaksanaan dan penyelengaraan perjanjian

pengangkutan barang melalui darat dan juga terhadap pertanggungjawaban pengangkutan di dalam penyelengaraan pengangkutan barang.

2. Secara praktis yaitu, untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang perjanjian, khususnya perjanjian pengangkutan

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.11 Yuridis normative merupakan studi dokumen, yakni menggunakan sumber-sumber data sekunder saja yang berupa peraturan perundang-undangan, dan pendapat para sarjana, serta metode yuridis empiris yaitu penelitian lapangan pada PT. Rahmat Jaya Transport.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam skripsi ini ialah data primer dan di dukung data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis terhadap perjanjian pengangkutan barang dalam penyelengaraan pengangkutan darat. Disamping itu tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku. Antara lain dokumen resmi, buku-buku, hasil- hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.12 Bahan-bahan hukum tersebut adalah :

11

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 24. 12

Amiruddin dan Zainal Asikin., Pengantar Metode Penelitian Hukum (Bandung: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.30.

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dibuat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang antara lain:

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata 4) Kitab Undang-undang Hukum Dagang 5) Peraturan Undang-undang yang terkait

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa informasi yang diperoleh dari majalah, karya ilmiah, pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Ada pun tujuan dari bahan hukum sekunder ini ialah untuk memberikan penjelasan dari bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya seperti kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum.

3. Metode pengumpulan data

a. Studi kepustakaan (library research)

Yaitu dengan mencari, mengumpulkan data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku, majalah, surat kabar, internet dan pendapat-pendapat sarjana yang berhubungan dengan tulisan ini untuk dijadikan landasan berfikir demi keilmiahan dari skripsi ini.

b. Studi lapangan (field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke PT. Rahmat Jaya Transport yang bergerak dalam bidang pengangkutan barang melalui angkutan darat untuk mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan materi skripsi dan dengan cara wawancara langsung dengan pimpinan PT. Rahmat Jaya Transport sebagai perusahaan pengangkutan demi keilmiahan skripsi ini.

4. Analisis data

Analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier maupun hasil wawancara dengan narasumber akan dipilih, diatur dan disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh gambaran mengenai permasalahan yang diteliti. Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yaitu penulis akan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus

F. Keaslian Penulisan

Penulisan pada skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Barang Melalui Darat Antara PT. Rahmat Jaya Transport dengan

PT. Indofood” ini pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat

dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan dengan judul skripsi ini. Disamping itu juga diadakan penelitian langsung ke lapangan dengan beberapa pihak yang terkait, kemudian dirangkai menjadi satu karya tulis ilmiah. Oleh sebab itu penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli. Walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata

dijadikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini.

Selain itu penulisan skripsi ini disusun dengan bersandar pada Hukum Perdata, Hukum Dagang dan juga Hukum Pengangkutan, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan angkutan darat yaitu Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Judul skripsi ini juga telah melewati pemeriksaan dari Perpustakaan Universitas Cabang FH USU/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU dan berdasarkan hasilnya, judul yang penulis buat tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis membahas mengenai pendahuluan yang isinya meliputi : latar Belakang, permasalahan, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, metode penelitian. Pada bagian akhir dari bab ini berisi tentang keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan tinjauan umum mengenai perjanjian, yang terdiri dari : pengertian dan sejarah perkembangan perjanjian, asas-asas dan ketentuan umum perjanjian, subjek dan objek perjanjian, syarat sah perjanjian, akibat perjanjian, wanprestasi di dalam perjanjian dan berakhirnya perjanjian.

BAB III : ASPEK HUKUM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI

Dokumen terkait