• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akta Notaris Yang Pembuatannya Diharuskan Oleh Peraturan Perundang-undangan

nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan peraturan Bapepam-LK IX.D.5 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan

2.3 Peran Notaris Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal Dalam Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan

2.3.2 Akta Notaris Yang Pembuatannya Diharuskan Oleh Peraturan Perundang-undangan

Pasal 15 ayat (1) UUJN menyatakan : "Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang". Dari ketentuan pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat akta otentik yang dibuat oleh Notaris karena diharuskan oleh adanya peraturan

157

Ibid., hlm. 53.

158

perundang-undangan. Dalam konteks hukum Perseroan, terdapat 5 ketentuan pasal di UUPT yang menyatakan bahwa perbuatan hukum harus dalam bentuk akta Notaris.

1. Pasal 7 ayat (1) menyatakan : "Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia."

2. Pasal 21 ayat (4) menyatakan : "Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia."

3. Pasal 21 ayat (5) menyatakan : "Perubahan Anggaran Dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS."

4. Pasal 128 ayat (1) menyatakan : "Rancangan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam akta Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan yang dibuat di hadapan Notaris dalam bahasa Indonesia."

5. Pasal 128 ayat (2) menyatakan : "Akta pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham wajib dinyatakan dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia."

Dalam konteks hukum Pasar Modal, perbuatan hukum yang mengharuskan untuk dituangkan dalam bentuk akta Notaris diatur di Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan Transaski Tertentu dan Peraturan Bursa No. I-E Tentang Kewajiban Penyampaian Informasi.

a. Peraturan Bapepam No. IX.E.1 angka 3. a. menyatakan : "Transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan wajib terlebih dahulu disetujui oleh para Pemegang Saham Independen atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam RUPS sebagaimana diatur dalam Peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam bentuk akta notariil."

b. Peraturan Bursa Efek Nomor I-E angka IV.6 menyatakan : "Selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Bursa berikutnya setelah penyelenggaraan RUPS atau RUPO, Perusahaan Tercatat wajib menyampaikan laporan hasil

RUPS atau RUPO ke Bursa yang dilengkapi resume keputusan rapat yang dibuat Notaris." Ketentuan Bursa Efek ini mengatur perbuatan hukum atau corporate action tertentu yang dilakukan oleh perusahaan tercatat atau Emiten yang telah mencatatkan Efek-nya untuk diperdagangkan di Bursa Efek yang memerlukan persetujuan pemegang saham, dalam rangka pelaksanaan prinsip keterbukaan wajib. Persetujuan pemegang saham tersebut diberikan melalui mekanisme forum Rapat Umum Pemegang Saham. Adapun perbuatan hukum yang dimaksud meliputi antara lain :

1. Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang memerlukan persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.1

2. Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama yang memerlukan persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.2

3. Penambahan modal saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau melalui Penawaran Umum Waran atau Efek konversi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam IX.D.1, wajib mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mempertimbang-kan dan menyetujui rencana penawaran dimaksud. 4. Penambahan modal saham tanpa Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam IX.D.4 5. Pembagian Saham Bonus sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Bapepam IX.D.5

6. Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam IX.G.1

7. Pembelian kembali saham (share buy back) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan XI.B.2

Menyimak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akta Notaris yang dibuat atas perintah peraturan perundang-undangan ditinjau dari sisi bentuk akta adalah sebagai berikut :

(i). Perbuatan hukum pendirian Perseroan terbatas dituangkan dalam suatu akta perjanjian diantara para pendiri Perseroan yang dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta partij.

(ii). Perubahan Anggaran Dasar dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris. Perbuatan hukum untuk mengadakan perubahan Anggaran Dasar Perseroan dapat dilakukan dalam suatu forum rapat para pemegang saham (RUPS) yang pengambilan keputusan rapat-nya dimuat dalam berita acara rapat yang dibuat oleh Notaris dalam bentuk akta relaas atau dalam berita acara rapat yang dibuat di bawah tangan yang harus dinyatakan dalam akta yang dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta partij. Alternatif lain adalah pengambilan keputusan persetujuan perubahan Anggaran Dasar dilakukan melalui forum diluar RUPS. Yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan di luar RUPS” dalam praktik dikenal dengan usul keputusan yang diedarkan (circular resolution). Pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa diadakan RUPS secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham. Alternatif ini hanya mungkin dilakukan oleh Perseroan tertutup. Dengan Perseroan terbuka hal itu tidak mungkin dilaksanakan.

(iii). Dalam hal perbuatan hukum Perseroan melakukan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan, secara tegas dinyatakan bahwa perbuatan hukum itu harus dinyatakan dalam akta yang dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta partij.

(iv). Pengambilan keputusan untuk menyetujui benturan kepentingan transaksi tertentu yang dilakukan Perseroan terbuka oleh Pemegang Saham Independen dilakukan melaui RUPS Independen dimuat dalam akta notariil dalam bentuk akta relaas. Ketentuan ini merupakan satu-satunya ketentuan tentang akta Notaris dalam bentuk akta relaas yang pembuatannya diharuskan oleh peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

(v). Perbuatan hukum yang pengambilan keputusannya dilakukan dengan forum Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) wajib dinyatakan dalam Pernyataan Keputusan Rapat yang dibuat Notaris. Ketentuan Bursa Efek ini tidak menyatakan secara tegas, bahwa berita acara RUPS/RUPO itu harus dibuat oleh Notaris dalam bentuk akta relaas, tetapi yang wajib disampaikan adalah resume keputusan rapat yang dibuat oleh Notaris atau lazim dikenal dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat dalam bentuk akta partij.