• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

6. Aktifitas Belajar

“Aktifitas di dalam belajar sangat diperlukan, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar” (Sardiman, 1986: 95).

Konsep cara belajar siswa aktif bukan suatu hal yang baru dalam teori pembelajaran (teknologi intruksional). Dalam teori-teori instruksional yang mengkaji bagaimana mengarahkan dan membantu siswa mencapai tujuan- tujuan instruksional yang harus dicapainya, kegiatan belajar siswa harus dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Teori

instruksional tersebut didasarkan atas teori belajar yang mengkaji hakikat perubahan tingkah laku dalam pengertian mengapa tingkah laku manusia itu berubah. Baik teori belajar aliran behavioristik maupun aliran kognitif sama-sama berpendapat bahwa proses belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

Cara belajar siswa aktif pada dasarnya adalah strategi atau siasat dalam membelajarkan siswa. Artinya, bagaimana mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktifitas belajarnya agar mereka menguasai belajar atau tujuan instruksional yang harus dicapai. Dengan demikian cara belajar siswa aktif bukan tujuan, melainkan alat, sarana, cara untuk mencapai tujuan. Konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran, bukan hanya apa yang harus dipelajari siswa, melainkan bagaimana siswa harus mempelajarinya. Dengan kata lain, siswa belajar tentang bagaimana belajar (learing how to learn). Keterampilan proses merupakan ciri utama dari belajar aktif. Berpikir, merasa, dan bekerja atau berbuat adalah aktifitas belajar yang menunjang keterampilan proses (Nana Sudjana, 1991: 3-4).

Menurut Sardiman (1986: 99), menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir, oleh karena itu agar anak berfikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berfikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berfikir pada taraf perbuatan.

Aktifitas belajar mencakup aktifitas mental, intlektual, emosional, sosial, dan motorik. Aktifitas itu bergerak dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tinggi rendahnya aktifitas belajar bergantung pada tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa, stimulus guru dalam memberikan tugas-tugas belajar, karakteristik bahan pengajaran (materi), serta minat, perhatian, motivasi, dan kemampuan belajar siswa yang bersangkutan.

Menurut Sardiman (1986: 100), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

d. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

e. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

f. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

g. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Kesimpulan dari teori tersebut bahwa aktifitas siswa dalam belajar mengajar tidak cukup hanya mendengar dan mencatat saja, adapun aktifitas dalam pembelajaran yang diamati dalam penelitian ini yaitu aspek perhatian.

Ciri-ciri yang menggambarkan aspek perhatian dalam konteks aktifitas belajar, meliputi:

a. Menunjukkan sikap ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan.

b. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru, teman atau kelompok lain.

c. Mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh guru. d. Mendengarkan petunjuk guru.

e. Tidak berbicara diluar materi pelajaran.

f. Memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan oleh guru, dengan tidak melakukan kegiatan lain, seperti memainkan alat-alat tulis dan bercanda.

Aktifitas belajar siswa bisa dioptimalkan dari penggunaan informasi yang tersedia seperti media yang digunakan, disamping itu guru sebagai fasilitator hendaknya memfasilitasi dan mengembangkan kondisi belajar

yang relevan dengan tujuan belajar. Kegiatan dan aktifitas siswa dapat ditingkatkan dengan dipengaruhi oleh empat komponen penting. Komponen tersebut adalah siswa, materi pelajaran, model pembelajaran serta guru.

Gambar 1. Diagram Faktor yang Menentukan Kadar Aktifitas Belajar Siswa (Nana Sudjana, 1991: 5)

Diagram di atas tampak bahwa kadar aktifitas belajar siswa ditentukan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berkenaan dengan karakteristik tujuan instruksional dan karakteristik Ekster nal Karakteristik Tujuan instruksional Karakteristik Bahan pengajaran Stimulus guru In ternal Minat & perhatian belajar siswa Kemampuan Motivasi belajar siswa Kesediaan respons siswa Kesediaan respons siswa Kesediaan respons siswa

bahan pengajaran yang keduanya mendasari stimulus guru dalam membelajarkan siswa. Faktor eksternal dalam konteks ini adalah kualitas program pengajaran. Bahan pengajaran berpengaruh terhadap respon siswa, contoh bahan pengajaran yang lebih jelas, detail, terarah membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, sehingga stimulus yang diberikan oleh guru dapat diterima.

Faktor kemampuan individu siswa berbeda-beda, kegiatan belajar bersama secara berkelompok membuat belajar siswa lebih optimal. Siswa yang mempunyai kemampuan intlektual, emosional, sosial, dan motorik di bawah rata-rata akan dibantu oleh temannya yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan intlektual tampak dalam daya nalar siswa pada saat memecahkan masalah. Kemampuan emosional terlihat dalam sikap, toleransi, dan tenggang rasa sesama siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya. Kemampuan sosial tampak dalam interaksi sosial, tanggung jawab bersama, dan partisipasi dalam berbagai kegiatan belajar. Kemampuan motorik tampak dalam keterampilan-keterampilan siswa dalam melaksanakan proses belajar dan pemanfaatan atau penggunaan hasil-hasil belajarnya (Nana Sudjana,1991: 6- 7).

Menurut Martinis Yamin (2007: 89- 90) menyatakan bahwa terdapat dua aspek yang sangat penting untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas, yaitu: dilihat dari segi proses dan hasil. Pembelajaran dari segi proses dikatakan berhasil dan berkualitas apabila peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan yang tinggi, semangat yang besar dan rasa percaya diri, untuk mengetahui kadar aktifitas belajar siswa berkualitas atau tidak, bisa dilakukan dengan cara menilai prilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang bisa diambil melalui data observasi.

Kriteria keberhasilan suatu tindakan proses bisa dilihat dengan rincian persentasenya, untuk kriteria aktifitas belajar rendah 0% - 25%; kriteria sedang 25,01% - 50%; kriteria tinggi 50,01% - 75%, sedangkan untuk kriteria sangat tinggi 75,01% - 100%, dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau (75%), lebih lanjut pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika masukan merata, menghasilkan output-output yang banyak dan bermutu tinggi, sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan.

Perolehan hasil yang maksimal baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran, guru hendaknya memahami individu setiap siswa, karena setiap siswa mempunyai minat dan kebutuhannya sendiri-sendiri, sehingga untuk memperoleh hasil belajar yang optimal maka proses interaksi belajar mengajar harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.

Penilaian aktivitas didasarkan pada jenis aktivitasnya, ada beberapa jenis aktivitas yang dapat diamati. Cara mengklasifikasikan aktivitas siswa terletak pada indikator lembar observasi dengan keadaan kelas saat pembelajaran. Pengidentifikasian dilaksanakan pada saat pembelajaran

berlangsung. Penilaian aktivitas belajar siswa menggunakan lembar observasi yang berisikan aktivitas positif maupun negatif. Lembar aktivitas di isi sesuai dengan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tersebut, walau siswa melakukannya berulang kali pada indikator aktivitas yang berbeda.

Dokumen terkait