• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Frost (1975: 14) pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani atau aktivitas fisik. Pendidikan tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak, karena gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Pendidikan jasmani juga mencakup cognitive domain dan affective domain. Pendidikan jasmani berorientasi pada pencapian tujuan pendidikan termasuk kesehatan dan kebugaran serta nilai - nilai pribadi peserta didik (Mutohir, C. T: 2002: 63). Esensi pendidikan jasmani adalah suatu proses belajar untuk bergerak (learning to move) dan belajar melalui gerak (learning through movement). Pendidikan jasmani berusaha membantu peserta didik untuk menggunakan tubuhnya lebih efisien

dalam berbagai keterampilan dasar dan keterampilan kompleks yang diperlukan dalam kehidupan (Mutohir, C. T. 2002: 67).

Menurut Frost (1975: 12) tujuan pendidikan jasmani antara lain :

- Membantu perkembangan gerak, mengetahui tentang bagaimana dan mengapa suatu gerakan dapat terjadi.

- Belajar gerak yang terampil dan efektif melalui latihan, permainan senam dan akuatik.

- Menambah konsep pengetahuan tentang ruang, waktu dan kekuatan yang berhubungan dengan gerak.

- Meningkatkan kapasitas fungsional jantung, paru, otot dan organ atau sistem yang lain dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang normal atau dalam keadaan mendadak.

- Mendapatkan tingkat kebugaran yang baik, perasaan serta postur tubuh yang indah.

- Mendapatkan kesenangan pada olahraga prestasi.

Secara lebih rinci tujuan pendidikan jasmani sebagai berikut : - Membantu pertumbuhan dan maturasi individu secara benar

- Menyediakan lingkungan yang nyaman untuk berbagai aktivitas jasmani untuk menunjang perkembangan motorik.

- Meningkatkan derajat sehat yang optimal fisik, mental dan sosial.

- Memberikan kontribusi belajar keterampilan gerak dalam menghadapi kehidupan se hari-hari yang normal seperti berjalan, lari, melompat dsb.nya.

- Meningkatkan perkembangan kekuatan, daya tahan, kelenturan dan koordinasi Preventive terhadap cedera.

- Meningkatkan keterampilan neuro muskuler dalam berbagai aktivitas fisik. - Mendapatkan rasa enjoy dalam menghadapi berbagai bentuk gerakan - Membantu siswa merasa aman dan saling menghargai

- Membantu interaksi antara siswa dengan masyarakat - Membantu siswa merasakan senang dan relaksasi. - Mengurangi kejenuhan dan ketegangan.

- Menanamkan rasa disiplin, kerjasama, sportivitas dan mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Dalam pendidikan jasmani akan terjadi suatu perubahan dan penyesuaian diri dari individu yang diakibatkan oleh belajar gerak. Pate (1990:89) membagi keterampilan gerak menjadi : masa pra keterampilan dan masa keterampilan. Keterampilan adalah merupakan penampilan motorik dalam taraf tinggi. Keterampilan ditandai dengan gerakan yang mudah, halus dan enak serta mampu untuk mengatasi perubahan-perubahan lingkungan.

- Masa pra keterampilan

Penghalusan dari kemampuan bergerak pada waktu bayi dan anak menjadi dasar dari semua macam keterampilan. Tahap ini disebut tahap pra keterampilan. Dalam tahap ini gerakan dihaluskan. Gerakan refleks menjadi gerakan yang terkoordinir. Pada masa dini pengalaman sangat penting bagi perkembangan selanjutnya. Tahap pra keterampilan dibagi menjadi gerak reflektif, integrasi sensorik dan pola gerakan dasar. Aktivitas reflektif

dianggap sebagai fungsi otot- saraf yang paling sederhana. Gerak refleks dikendalikan oleh sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Gerak refleks ini sangat mempengaruhi perkembangan gerakan terampil selanjutnya. Pada bayi gerak refleks ini merupakan gerakan pertama dan tidak terkendali (involuntary). Gerak refleks sangat penting dalam olahraga untuk menjaga jangan sampai cedera karena jatuh. Dengan cara menyangga dengan lengan cedera dapat dicegah. Gerak menurut kemauan (voluntary) pada permulaannya sangat kasar dan tidak terkendali. Dengan perkembangan sarafnya yang makin masak, pengaruh dari pusat di otak menjadi lebih baik maka anak mulai dapat mengintegrasikan system sensorik dengan system motorik. Apabila anak ingin memegang benda, anak akan selalu mencoba ber ulang-ulang sampai benda terpegang. Integrasi system saraf sensorik dengan system motorik ini penting untuk perkembangan keterampilan motorik selanjutnya. Pada anak usia 2 sampai datang 8 th terjadi perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang kompleks. Gerakan-gerakan yang terisolasi menjadi lebih teratur dan mempunyai makna. Perkembangan motorik pada permulaannya sangat dipengaruhi oleh maturasi sel yang selanjutnya perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh pengalaman danlatihan gerak. Pengalaman bergerak pada masa anak sangat menentukan kualitas gerakan, sehingga anak-anak sebaiknya didorong untuk selalu bergerak. Anak harus dilatih bagaimana cara berdiri yang benar, berjalan yang benar, berlari atau melompat yang benar. Pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga disekolah dasar kelas 1sampai datang 3 selain untuk perkembangan watak dan mental

perlu ditunjukkan gerakan-gerakan dasar yang benar. Latihan gerakan - gerakan dasar tidak boleh dipaksakan untuk menghindari kerusakan otot atau cedera. Penguasaan gerak dasar ini kemudian diarahkan ke gerakan yang lebih kompleks. Penekanan latihan pada tahap ini pada kualitas gerakan. (Pate: 1990: 112)

- Masa keterampilan

Kalau gerakan motorik seseorang bertambah baik, maka orang itu sudah masuk kedalam penghalusan gerak secara otonom. Penghalusan gerak ditujukan terhadap aktivitas yang sering dilakukan. Kalau dalam tahap ini seseorang sudah nyaman dengan pola geraknya, maka meskipun pola itu salah sudah sangat sulit untuk mengubahnya. Sesudah umur 25 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan motorik, dimulai dari penurunan kecepatan. Penguasaan teknik teknik gerakan akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Apabila dalam pembelajaran gerak atau aktivitas fisik tidak sesuai dengan kemampuan otot atau tidak benar, dapat menimbulkan kerusakan alat gerak aktif (otot) sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada pendidikan jasmani kurang optimal. Alat gerak aktif tubuh manusia adalah otot, sedangkan alat gerak pasif adalah tulang (Ganong, W.F: 1998: 145 ). Alat gerak aktif atau otot mudah terjadi kerusakan akibat trauma mekanik yang terjadi sewaktu kontraksi otot yang diikuti kerusakan oksidatif. Yang harus mendapat perhatian para guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga ialah sewaktu melatih gerak keterampilan yang menggunakan kontraksi otot eksentrik atau saat

peregangan otot. Pada keadaan ini kerusakan otot akan terjadi lebih besar dibandingkan kontraksi otot yang konsentrik (Brown, S.J. et al 1996: 515). Selain tipe kontraksi otot, yang perlu diperhatikan seorang guru pendidikan jasmani atau seorang pelatih olahraga adalah kemampuan motorik atau motor ability peserta didik atau atlet. Didalam setiap individu terdapat general motor ability dan specific motor ability yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain (Magill, R. A. 1984: 254). Perbedaan inilah yang harus diangkat dalam pembelajaran gerak, sehingga dosis latihan dan tipe latihan untuk semua peserta didik tidak harus sama, hal ini untuk menghindari kerusakan otot. Seorang guru pendidikan jasmani selain mengharapkan peningkatan keterampilan peserta didik, harus mengetahui juga pengaruh negatif dari latihan fisik yang tidak sesuai dengan motor ability setiap individu yang berupa perubahan kondisi otot atau kerusakan otot. Perubahan kondisi otot atau kerusakan otot terjadi antara lain apabila latihan fisik dilakukan dengan intensitas yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Perubahan kondisi otot atau kerusakan otot ini terjadi secara mekanik yang diikuti stress oksidatif (Amstrong, R. B. 1990: 429-35).

Dokumen terkait