• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Muncar 1 Letak PPP Muncar

4.2.5 Aktivitas di PPP Muncar

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di PPP Muncar antara lain kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, pengolahan ikan, unit penangkapan ikan, penyediaan kebutuhan melaut, dan pengelolaan pelabuhan perikanan.

1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan (1) Pendaratan hasil tangkapan

Proses pertama yang dilakukan dalam pendaratan hasil tangkapan adalah pembongkaran hasil tangkapan oleh anak buah kapal (ABK) masing-masing armada penangkapan. Di saat inilah dilakukan penyortiran hasil tangkapan berdasarkan jenis dan mutu ikan. Proses pembongkaran hasil tangkapan di PPP Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan. Namun ada juga yang melakukan proses tersebut di luar dermaga pelabuhan seperti di sisi luar dermaga pelabuhan, di tepi pantai sekitar pelabuhan, atau di perairan jauh dari dermaga pelabuhan, karena kolam pelabuhan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga diperlukan biaya tambahan menyewa ojek perahu untuk mengangkut hasil tangkapan ke dermaga pelabuhan.

Hasil tangkapan didaratkan antara malam sampai pagi hari dan dilakukan sesuai dengan keadaan terangnya bulan di perairan Muncar. Bila bulan purnama muncul pada malam hari, maka nelayan menghentikan operasi penangkapan dan mendaratkan hasil tangkapannya pada malam hari. Semakin pagi bulan muncul semakin pagi pula hasil tangkapan didaratkan.

Pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh buruh angkut atau yang lebih dikenal dengan sebutan manol serta para bakul atau yang lebih dikenal dengan sebutan belantik. Para belantik tersebut membeli ikan dengan cara langsung mendatangi palkah kapal atau menunggu di dermaga. Lamanya pendaratan tergantung dari banyaknya hasil tangkapan, jumlah ABK yang membongkar hasil tangkapan, dan jumlah buruh angkut, biasanya berkisar antara satu sampai dua

jam. Semakin banyak hasil tangkapan semakin lama pula proses pembongkaran yang dilakukan dan semakin banyak tenaga kerja semakin cepat proses pembongkaran dilakukan. Keranjang-keranjang bambu yang berisi hasil tangkapan tersebut diangkut oleh para buruh ke dermaga dan langsung dinaikkan ke truk untuk selanjutnya dibawa ke pabrik industri.

Alat bantu yang digunakan untuk membongkar dan mendaratkan hasil tangkapan antara lain sekop, keranjang bambu yang biasa disebut kudung, keranjang plastik, tali tambang kecil, bambu sepanjang 1,5-2 m, jembatan kayu yang berfungsi menghubungkan kapal dengan dermaga, serta ember. Kapasitas keranjang bambu adalah 125 kg dengan tingkat kebersihan rendah, sedangkan kapasitas keranjang plastik adalah 60 kg dengan kondisi kebersihan sedang, dan ember/timba berkapasitas 20 kg dengan tingkat kebersihan sedang. Kondisi kebersihan rendah adalah kondisi dimana peralatan bantu yang digunakan tersebut kotor, sedangkan kondisi kebersihan sedang adalah kondisi dimana peralatan bantu yang digunakan tidak kotor namun tidak higienis karena masih tersisa sedikit kotoran pada alat tersebut. Dalam proses pendaratan ini biasanya terdapat alang-alang atau pengujur yang sudah menunggu di darmaga untuk meminta hasil tangkapan atau memungut hasil tangkapan yang terjatuh.

(i) (ii)

Gambar 7 (i) Pendaratan hasil tangkapan (ii) Pengangkutan hasil tangkapan ... kapal purse seine tahun 2009. dari kapal tahun 2009.

(2) Pemasaran/pelelangan hasil tangkapan

Pelelangan di PPP Muncar tidak berjalan, sehingga pemasaran hasil tangkapan dilakukan sendiri oleh pihak yang menjual hasil tangkapan, yaitu

nelayan kepada pedagang pengumpul, supplier, atau pihak industri langsung. Biasanya nelayan juragan atau pemilik alat tangkap yang mendapat hasil tangkapan banyak seperti pada alat tangkap purse seine, menjual hasil tangkapannya dengan melalui pihak perantara atau pengambeg. Nelayan juragan tersebut hanya menerima hasil penjualan ikannya dan memberi upah kepada pihak perantara.

Pelelangan tidak berjalan karena pihak nelayan dan pihak industri yang menolak diadakannya pelelangan disebabkan hasil tangkapan yang diperoleh sangat banyak, terutama untuk jenis lemuru. Dengan adanya lelang menyebabkan hasil tangkapan yang diterima pembeli mengalami penurunan mutu karena harus antre sekian banyak untuk dilelang.

(i) (ii)

Gambar 8 (i) Penjualan ikan di TPI (ii) Penimbangan lemuru berkualitas rendah tahun 2009. dalam keranjang di TPI tahun 2009.

Hasil tangkapan yang berjumlah banyak dapat dijual kepada pihak industri di sekitar Muncar secara langsung ataupun melalui pihak perantara, sedangkan hasil tangkapan yang berjumlah sedikit biasanya dijual kepada para bakul/belantik yang sudah menunggu di dermaga dan TPI saat hasil tangkapan didaratkan. Pedagang kecil/belantik yang menunggu di dermaga menjual hasil tangkapan langsung ke pabrik tanpa perantara atau menjual hasil tangkapan ke pedagang besar/pengumpul. Pada umumnya nelayan memiliki hubungan khusus dengan belantik atau pengusaha industri, yaitu belantik/pedagang ikan atau pengusaha industri olahan ikan memberi uang yang dikenal dengan cegatan atau ambaan kepada nelayan sebelum melaut. Besarnya cegatan yang dibayarkan berbeda-

beda, tergantung kemampuan belantik dan pemilik industri serta ukuran kapal atau keahlian nelayan dalam mendapatkan ikan. Cegatan atau ambaan ini dilakukan agar hasil tangkapan nelayan dijual kepada pihak yang membayar cegatan dan tidak dijual kepada pedagang lain. Hasil wawancara dengan pedagang besar adalah cegatan sebesar Rp50-75 juta untuk perahu besar dengan peralatan baik dan Rp5 juta untuk perahu kecil. Sedangkan pedagang kecil memperoleh hasil tangkapan dari kapal-kapal besar dengan membayar cegatan atau ambaan kepada nelayan sebesar Rp500.000,00.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang ikan atau belantik di PPP Muncar, cukup banyak kendala yang ada dalam pemasaran, antara lain pembayaran dari pihak pabrik yang seringkali terlambat, ikan tidak habis terjual pada saat musim ikan karena kebutuhan pabrik sudah dipenuhi oleh pedagang ikan lainnya, ikan yang tidak habis terjual pada hari ikan didaratkan dibiarkan begitu saja sehingga mengalami penurunan mutu dan harga bila dijual keesokan harinya. Namun sebagian pedagang lebih memilih menjual ikan di hari yang sama pada saat ikan didaratkan dan ikan yang mutunya turun dijual ke industri penepungan dengan harga rendah, yaitu dari Rp3.000,00 per kilogram menjadi Rp1.500,00 per kilogram atau berkurang hingga 50%. Selain itu ikan yang dijual ke pabrik ditimbang kembali dan dipotong 5-7% sebagai pengganti berat air. Ada pula harga ikan yang dipotong oleh pihak industri Rp100,00 per kilogram untuk berat es. Bagi pedagang yang memperoleh ikan dari nelayan dan langsung menjual ikan dagangannya kepada konsumen, kendala dalam pemasaran adalah letak pasar yang cukup jauh sehingga memerlukan biaya transportasi, yaitu bahan bakar untuk sepeda motor pribadi, serta diperlukan es lebih banyak.

(3) Pendistribusian hasil tangkapan

Proses distribusi dimulai dari hasil tangkapan yang telah disortir didaratkan ke dermaga dan dibawa ke tempat pembeli yang telah menunggu di sekitar dermaga atau di TPI. Hasil tangkapan yang diperjualbelikan di dermaga tidak ditimbang terlebih dahulu, tetapi beratnya diketahui dari ukuran wadah yang sudah biasa dipakai, yaitu timba/ember cat yang berkapasitas 20 kg dan keranjang bambu/kudung yang berkapasitas 100-125 kg. Sebaliknya pedagang yang berada di TPI melakukan penimbangan hasil tangkapan yang telah dibeli dari beberapa

nelayan dan pedagang kecil dengan timbangan milik mereka sendiri. Kemudian dilakukan transaksi penjualan dengan harga yang sesuai dengan mutu ikan. Ikan yang telah selesai diperdagangkan dibawa ke tempat industri.

Sebelum keluar dari pelabuhan, ikan yang diangkut tersebut dicatat oleh petugas TPI di dua pos yang tersebar di pintu keluar bagi kendaraan pengangkut tersebut bila akan keluar pelabuhan. Jumlah retribusi untuk ikan yang berjumlah minimal sekitar 10 kwintal dan diangkut dengan menggunakan truk atau beberapa becak motor, ditentukan dengan cara melihat jenis ikan dan menghitung jumlah keranjang atau kudung yang diangkut tersebut. Selanjutnya dilakukan pencatatan data pemilik alat tangkap, jenis ikan, dan jumlah ikan. Pemilik dari alat tangkap atau nelayan juragan tersebut dapat diketahui dengan cara melihat tanda atau ciri- ciri yang terdapat di bagian luar keranjang, biasanya berupa gambar, tulisan, atau warna cat. Maka petugas TPI harus hapal dengan tanda kepemilikan tersebut agar penagihan uang retribusi tidak tertukar dengan nelayan juragan lainnya. Kesepakatan yang terjalin diantara nelayan dan petugas TPI dalam penarikan retribusi bahwa satu keranjang yang kapasitasnya penuh atau 100-125 kg dianggap berisi 80 kg. Dengan demikian didapat jumlah hasil tangkapan yang dikenakan retribusi sebesar jumlah keranjang penuh dikalikan dengan 80 kg. Keranjang yang berisi ¾ ikan dihitung 60 kg, ½ keranjang dihitung sebanyak 40 kg, dan ¼ keranjang dihitung sebanyak 20 kg. Selanjutnya petugas TPI menagih uang retribusi sebesar 2% dengan cara mendatangi kediaman para nelayan juragan satu per satu. Hasil tangkapan yang berjumlah sedikit dan diangkut dengan menggunakan becak, becak motor, atau sepeda motor, besarnya retribusi ditentukan dengan cara mengambil hasil tangkapan sebanyak satu sampai dua buah piring per keranjang. Ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan dan dijual dengan harga yang layak. Hasil penjualan tersebutlah yang akan menjadi nilai retribusi.

Cara pengambilan retribusi dengan menggunakan piring tersebut dapat merusak hasil tangkapan karena benturan yang terjadi antara piring dengan ikan. Untuk mengurangi kerusakan fisik pada ikan seharusnya ikan yang diambil untuk retribusi sudah dipisahkan oleh nelayan, atau petugas TPI hanya mengambil ikan retribusi dari satu wadah saja dan tidak mengambil ikan pada setiap wadah.

(i) (ii)

Gambar 9 (i) Alat timbangan milik pedagang (ii) Becak angkut di TPI tahun 2009. tahun 2009.

(4) Penanganan ikan

Penanganan ikan dilakukan sejak ikan ditangkap dengan cara disimpan di dalam palkah kapal dan diberi es. Sebelum terisi oleh hasil tangkapan, palkah dijadikan tempat untuk menyimpan es sejak dilakukan persiapan perbekalan. Pada kapal purse seine terdapat 6 palkah untuk menyimpan es atau hasil tangkapan. Palkah-palkah tersebut diberi nomor secara berurut. Pengisian palkah dilakukan secara berurut dari nomor satu dan seterusnya. Fungsi dari tindakan ini adalah agar mutu hasil tangkapan tidak tercampur pada setiap tahap penangkapan. Semakin akhir hasil tangkapan yang diperoleh dari penangkapan, tentu mutunya lebih bagus dibandingkan mutu hasil tangkapan pada operasi penangkapan pertama kali apabila tidak diberi penanganan yang baik.

Saat hasil tangkapan didaratkan, penanganan ikan dilakukan hanya dengan menambah es bila dianggap perlu atau bila es sudah mencair. Hal tersebut hanya dilakukan oleh pedagang. Supplier atau perantara tidak melakukan penanganan khusus pada hasil tangkapan tersebut, tetapi hanya dengan segera mengantarkan hasil tangkapan ke industri begitu pendaratan selesai dilakukan.

Hasil tangkapan cenderung diperlakukan dengan tidak hati-hati sehingga menyebabkan ikan rusak. Selain itu terdapat kesalahan dalam hal penanganan ikan yang dilakukan oleh pedagang, seperti menambahkan air kolam pelabuhan ke dalam wadah hasil tangkapan, membolak-balik atau mengaduk-aduk hasil tangkapan di dalam wadah, memindahkan hasil tangkapan dari wadah yang satu

ke wadah yang lainnya dengan tidak hati-hati atau sedikit dibanting, menyeret hasil tangkapan yang berukuran besar, dan lain sebagainya.

Pada beberapa nelayan bagan, penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan cara membiarkan hasil tangkapan untuk tetap hidup di dalam jaring yang masih mengapung di perairan pada saat hauling terakhir. Hasil tangkapan tersebut baru diangkat saat akan kembali menuju fishing base, sedangkan yang dilakukan nelayan gillnet dalam mempertahankan mutu hasil tangkapannya adalah dengan cara menambahkan air laut ke dalam box hasil tangkapan.

2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan

Aktivitas yang termasuk kelompok ini adalah pembekuan ikan dan pengolahan ikan. Kedua aktivitas tersebut tidak dilakukan oleh pihak pelabuhan, tetapi dilakukan oleh pihak industri. Aktivitas pembekuan ikan dilakukan oleh industri yang berlokasi di luar pelabuhan, sedangkan aktivitas pengolahan ikan dilakukan oleh industri baik yang berlokasi di dalam pelabuhan, yaitu industri ubur-ubur dan pengasinan, maupun industri yang berlokasi di luar pelabuhan, seperti industri pengalengan, pemindangan, pengasinan, penepungan, dan terasi, yang berjarak paling dekat 20 meter dari gerbang pelabuhan.

3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan (1) Tambat

Tambat di PPP Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan, di dermaga sisi luar pelabuhan, di tepi pantai sekitar pelabuhan, dan di luar kolam pelabuhan. Kapal yang ditambatkan di luar dermaga pelabuhan dikarenakan kolam pelabuhan yang dangkal sehingga untuk kapal motor tempel yang berukuran besar tidak dapat bertambat labuh di dalam kolam pelabuhan. Nelayan menambatkan kapalnya antara lain pada bollard, tiang listrik di dermaga, batu besar pada breakwater, dan pasak di tepi pantai.

(2) Perbaikan kapal dan mesin

Perbaikan kapal biasanya dilakukan di area kolam pelabuhan. Namun ada juga perahu-perahu kecil yang diperbaiki di tepi pantai. Perbaikan mesin dapat dilakukan di bengkel pelabuhan.

(3) Pembuatan kapal

Proses pembuatan kapal dilakukan di lahan dock yang terletak di sebelah pom bensin pelabuhan. Dock tersebut hanya berfungsi sebagai tempat pembuatan kapal, bukan tempat untuk memperbaiki kapal. Lahan dock tersebut dapat menampung tiga buah kapal berukuran 30 GT. Lahan sekitar dock yang tidak terpakai digunakan sebagai tempat parkir truk.

(4) Perbaikan alat tangkap

Perbaikan alat tangkap dapat dilakukan di sebelah kantor UPT pelabuhan dan di TPI. Biasanya alat tangkap yang diperbaiki di TPI ini adalah jenis alat tangkap purse seine. Sebelum diperbaiki, nelayan memeriksa keadaan alat tangkap apakah ada kerusakan atau tidak pada saat pendaratan hasil tangkapan. Alat tangkap tersebut dipindahkan dari perahu sedikit demi sedikit ke atas truk dan dari atas truk sudah menunggu beberapa orang nelayan yang memeriksa keadaan jaring sambil menyusun jaring tersebut. Perahu disandarkan dengan sisi lambung perahu menyentuh dermaga dan truk diparkir sejajar dengan perahu di tepi dermaga untuk mempermudah proses perpindahan alat tangkap.

Gambar 10 Pemindahan alat tangkap purse seine tahun 2009.

4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut (1) Penyediaan air

Air bersih di PPP Muncar diperoleh dengan menggunakan enam unit alat pompa yang pengadaannya dilakukan secara berangsur sejak tahun 1997. Sebelumnya, yaitu pada tahun 1994 sudah ada pengadaan alat pompa air laut yang

berjumlah dua unit dan menara air, namun alat tersebut sudah rusak. air bersih yang digunakan di TPI bersumber dari PDAM, sedangkan air bersih yang digunakan nelayan untuk perbekalan melaut dibeli di mushola pelabuhan atau di pabrik sekitar pelabuhan dengan menggunakan dirigen seharga Rp1.000,00 per becak. Biaya tersebut masuk ke kas mushola atau pabrik untuk membayar listrik. (2) Penyediaan es

Penyediaan es untuk kebutuhan melaut dilakukan oleh pihak KUD, swasta, dan pemerintah. KUD memiliki pabrik es yang terletak di luar pelabuhan yang berjarak sekitar 300 meter dari pelabuhan, sedangkan lima pabrik es milik swasta terletak di Kecamatan Muncar, serta pabrik es milik pemerintah yang terletak di luar Kecamatan Muncar. Terdapat sebuah bangunan kecil di dalam area pelabuhan yang merupakan milik pengecer dan digunakan sebagai tempat penjualan dan penyimpanan atau persediaan es untuk sementara waktu sebelum es dijual kepada nelayan. Ada pula es yang diangkut dengan menggunakan truk dan selanjutnya langsung dibawa ke perahu.

Harga es per balok adalah Rp5.500,00 untuk pelanggan tetap, sedangkan harga bagi pembeli yang tidak berlangganan adalah Rp6.000,00 per balok. Besarnya kebutuhan es pada saat musim ikan dapat mencapai 7.000 balok per hari, namun bila sedang tidak musim ikan bisa saja tidak ada satu pun balok yang diperlukan karena tidak ada nelayan yang melaut.

Gambar 11 Pengangkutan es dengan truk tahun 2009.

(3) Penyediaan BBM

Di dalam PPP Muncar terdapat pom bensin milik Pertamina yang terletak di bagian utara pelabuhan. Harga solar adalah Rp4.500,00 per liter untuk pembelian

secara tunai, sedangkan harga untuk pembelian dengan hutang adalah Rp5.000,00 per liter. Satu unit tangki BBM berkapasitas 50.000 liter dapat digunakan oleh pengguna pelabuhan, sedangkan persedian solar yang diberikan kepada nelayan berkisar antara 600-700 ton per hari. Jumlah ini tentu saja tidak mencukupi kebutuhan seluruh nelayan Muncar untuk melaut, oleh karena itu nelayan membeli solar ke dua pom bensin yang terletak di Kecamatan Muncar.

(4) Penyediaan kebutuhan konsumsi

Jenis trip yang biasa dilakukan oleh nelayan di PPP Muncar adalah one day fishing, sehingga tidak memerlukan konsumsi khusus untuk perbekalan melaut dan nelayan menyiapkan persediaan makanan masing-masing. Namun di area pelabuhan juga banyak terdapat warung makanan dan perbekalan yang dapat digunakan nelayan dan pengunjung.

5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan

(1) Pengelola fasilitas non komersial (UPT)

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 yang menetapkan Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan Daerah, maka dibentuk suatu organisasi pengelola yang diberi nama Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MK/2004, Muncar ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (UPT PPP Muncar, 2009). Tugas pokok UPT Pelabuhan Perikanan Pantai adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan teknis pengelolaan PPP, memberikan bimbingan dan pembinaan kepada nelayan atau bakul, pengolah hasil perikanan, serta menyusun statistik dengan petunjuk dan kebijaksanaan yang diberikan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Melaksanakan kegiatan PPP sesuai dengan uraian tugas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Melaksanakan pengamanan, pengawasan, dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.

Jumlah pegawai yang bekerja di UPT pada tahun 2008 adalah sebanyak 15 orang. Sebagian besar pegawai yang bekerja tersebut menempuh pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sederajat, yaitu berjumlah 9 orang. Dari keseluruhan karyawan, 3 orang memiliki latar belakang pendidikan Strata 1 (S1), 2 orang diantaranya berasal dari jurusan perikanan, sedangkan 1 orang lainnya berasal dari jurusan pertanian. Selanjutnya 1 orang berlatar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 2 orang berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Struktur organisasi PPP terdiri dari tiga unsur, antara lain unsur pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai; unsur pembantu pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggungjawab kepada Kepala PPP; dan unsur pelaksana, yaitu beberapa orang yang diserahi tugas sebagai Kepala Seksi, diantaranya Kepala Seksi Kenelayanan, Seksi Pengusahaan Jasa, dan Kepala Seksi Sarana, bertanggung jawab kepada Kepala PPP.

Struktur organisasi UPT PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009

Gambar 12 Struktur organisasi UPT PPP Muncar tahun 2008. Kepala Dinas Perikanan

dan Kelautan

Kepala Pelabuhan

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pengusahaan Jasa

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh UPT, yaitu: 1) Kegiatan penarikan pas masuk dan parkir

Kegiatan penarikan pas masuk dilakukan di pos jaga gerbang pelabuhan. Penarikan pas masuk tersebut meliputi pas masuk untuk orang, sepeda, becak, kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat atau lebih. Sesuai dengan kondisi PPP Muncar yang terletak di antara dua dusun, yaitu Dusun Sampangan dan Dusun Kalimati, maka penarikan pas masuk dapat dilakukan apabila yang bersangkutan membawa ikan baik terhadap masyarakat luar atau pun masyarakat yang bersangkutan. Kendaraan roda empat dengan tujuan rekreasi, sales dan study tour dapat dipungut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan penarikan parkir meliputi parkir untuk kendaraan roda empat atau lebih (truk ikan) dan sepeda nelayan yang dititipkan ketika sedang melaut. Biaya untuk truk satu kali masuk adalah Rp1.500,00, untuk bus dan kendaraan roda 4 adalah Rp1.000, sedangkan untuk sepeda, becak, dan motor dikenakan biaya Rp500,00.

2) Kegiatan penarikan tambat labuh

Kegiatan penarikan tambat labuh diberlakukan dua kelas tertentu, yaitu kapal berukuran 10-20 GT dan >20 GT. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan dengan melakukan penarikan biaya secara door to door saat nelayan sedang tidak melaut, biasanya pada saat terang bulan. Besarnya biaya adalah sebesar Rp20.000,00 untuk kapal 10-20 GT dan Rp50.000 untuk kapal >20 GT.

3) Kegiatan penarikan sewa lahan dan gedung

Kegiatan penarikan sewa lahan dilakukan terhadap lahan industri di dalam pelabuhan dan lahan docking. Kegiatan sewa gedung dilakukan terhadap pemakai gedung pemerintah di PPP kecuali yang dipergunakan oleh instansi terkait, Sat POL AIR, KUD Mino Blambangan, Petugas Syahbandar, Balai Pengobatan, dan Mushola. Biaya sewa lahan yang diberlakukan adalah sebesar Rp3.000 per m2 per bulan, sedangkan untuk sewa gedung adalah Rp10.000 per m2 dan Rp2.500 per m2 untuk penyewaan gedung tanpa pemakaian listrik dan air. Bila gedung digunakan untuk acara sosial maka biaya sewa ditiadakan dan hanya perlu membayar biaya kebersihan sebesar Rp50.000.

4) Kegiatan penarikan jasa terhadap penggunaan alat

Kegiatan penarikan jasa ini dilakukan bila terdapat peralatan PPP yang disewakan, misalnya box untuk menyimpan hasil tangkapan dan alat-alat perbaikan mesin, serta mesin pompa. Harga sewa box adalah Rp750 per buah per hari, sedangkan alat perbaikan mesin kapal dan mesin pompa adalah Rp5.000 per bulan.

5) Kegiatan penarikan lain-lain

Kegiatan lain-lain yang dikenakan fee adalah penjualan es batu yang masuk