• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Menurut Maslow (Anisa dkk, 2012) aktualisasi diri adalah keinginan individu untuk dapat menjadi dirinya dengan sepenuhnya dan mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya. Maslow (Olson & Hargenhahn, 2013) mendefinisikan aktualiasi diri sebagai pemanfaatan yang terus berlangsung akan potensi, kapasitas dan talenta sebagai pemenuhan misi atau panggilan, takdir atau dorongan hati sebagai pengetahuan yang lebih penuh akan hakikat intrinsik pribadinya sendiri.

Maslow (Poduska, 1997) mengemukakan bahwa aliran aktualisasi diri lebih mempersoalkan pada pertumbuhan pribadi individu. Aliran aktualisasi diri menekankan proses pertumbuhan dan perkembangan pribadi kepada tingkat yang sebaik mungkin, realisasi keunikan individu, keadaan pentingnya individu, dan potensi-potensi individu.Maslow (Rahmawati dkk, 2012) juga menjelaskan bahwa aktualisasi diri sebagai kebutuhan-kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang yang didasarkan pada kebutuhan untuk berprestasi, berkompetensi dan independensi.

Maslow (Schultz, 1991) memiliki pandangan bahwa semua manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri yang dibawa sejak lahir. Maslow (Schultz, 1991) juga mengatakan bahwa manusia dilahirkan

dengan kebutuhan-kebutuhan universal yang tersusun dalam satu tingkat, dari yang paling kuat sampai pada yang paling lemah. Maslow (Schultz, 1991) menggambarkan kebutuhan manusia dalam sebuah segitiga yang disebut dengan hirarki kebutuhan, seperti berikut:

Gambar 1.1 Hirarki kebutuhan Abraham Maslow

Menurut pandangan Maslow (Schultz, 1991), kebutuhan yang paling dasar harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan yang lebih kuat sampai muncul kebutuhan paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Jadi, prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah dari aktualisasi diri, yaitu:

a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur dan seks.

b. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan yang meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan, dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan memiliki dan cinta. Kebutuhan akan kasih sayang, diterima dan menerima diri apa adanya serta dicintai dan mampu mencintai atau memiliki.

d. Kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan penghargaan dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk dapat menjadi dirinya sendiri, mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki serta memanfaatkan potensi, kapasitas atau talenta yang ada pada dirinya. Untuk dapat mengaktualisasikan diri, individu terlebih dahulu harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat instinktif, seperti makan, rasa aman,cinta dan kasih sayang, dan memperoleh penghargaan.

2. Ciri-ciri Orang yang Mengaktualisasikan Diri

Maslow (Goble, 1987) memaparkan ciri-ciri universal dari orang yang mengaktualisasikan diri, yaitu sebagai berikut:

a. Melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurut keinginan diri mereka sendiri. Mereka bersikap obyektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka.

b. Rendah hati, mampu mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, dan mau mengakui bahwa mereka tidak tahu segalanya dan orang lain akan mampu mengajari sesuatu kepada mereka. c. Membaktikan hidupnya pada pekerjaan, tugas, kewajiban atau

d. Melaksanakan pekerjaan dengan baik, bekerja keras, disiplin, latihan dan tak jarang menunda kenikmatan.

e. Tegas dan memiliki pengertian yang lebih jelas tentang yang benar dan yang salah.

f. Memiliki keberanian, tidak takut melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut.

g. Lebih ekspresif, wajar dan polos, dan tidak menyembunyikan perasaan dan pikiran mereka atau berperilaku dibuat-buat.

h. Mampu bertahan dan megabaikan cemoohan.

i. Berkonsentrasi pada tugas yang harus dikerjakan daripada mempertahankan egonya sendiri.

j. Memiliki kepercayaan diri yang penuh dan memiliki harga diri. k. Mampu menyesuaikan diri pada situasi yang berubah, mampu

menghentikan kebiasaan-kebiasaannya, mampu menghadapi kebimbangan serta perubahan kondisi tanpa mengalami ketegangan yang tidak perlu.

l. Tidak merasa terancam oleh peristiwa-peristiwa yang tidak terduga. m. Kadar konflik dirinya rendah.

n. Tidak berperang melawan dirinya sendiri, pribadinya menyatu dan lebih banyak energi untuk tujuan yang produktif.

o. Menemukan kebahagiaan dalam membantu orang lain.

p. Memiliki kontrol diri dan menerima penghargaan dari orang lain yang layak diterimanya tanpa menjadi tergantung.

q. Toleransi terhadap orang lain serta kekurangan-kekurangannya. 3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri

Maslow (Olson & Hargenhahn, 2013) memaparkan aspek-aspek pengaktualisasian diri sebagai berikut:

a. Menyerap dan memahami realitas dengan akurat dan sepenuhnya. Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki persepsi yang tidak diwarnai dengan kebutuhan tertentu atau pembelaan diri, melainkan mengamati obyek-obyek di sekitarnya dengan obyektif dan melihatnya sebagaimana adanya. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah. Maslow Maslow (Olson & Hargenhahn, 2013) mengemukakan bahwa semakin obyektif orang akan mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan orang untuk berpikir secara logis, untuk mencapai kesimpulan yang tepat, dan menjadi efisien secara intelektual.

b. Memperlihatkan penerimaan lebih besar atas dirinya sendiri, orang lain, dan alam pada umumnya.

Individu yang mengaktualisasikan diri menerima dirinya dengan apa adanya, menerima kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan tanpa keluhan atau kesusahan. Individu tidak membentengi diri, merajuk, berbeban rasa bersalah, cemas, dan malu. Individu juga menerima orang lain apa adanya dan tidak merasa perlu untuk menginstruksi, menceramahi atau mengubah orang lain tersebut.

Selain itu, mereka mampu mentolerir kelemahan orang lain dan tidak merasa terancam oleh kekuatan orang lain juga.

c. Menampilkan spontanitas, simplisitas dan kealamiahan.

Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung berkata benar tentang perasaannya dan apa yang dirasakan cenderung mereka ceritakan dengan terbuka dan tidak berpura-pura. Mereka tidak menyembunyikan emosinya dan tidak bertindak menurut aturan sosial semata.

d. Cenderung menyoroti masalah lebih daripada dirinya sendiri.

Para pengaktualisasi diri biasanya penuh komitmen terhadap tugas atau pekerjaan, mereka fokus dalam menghadapi suatu permasalahan dan pekerjaan, karenanya mereka mengabdikan kebanyakan energi mereka pada masalah dan pekerjaan tersebut. Melalui dedikasinya, pengaktualisasi diri dapat mencapai atau memenuhi metakebutuhan-metakebutuhan, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan, kesempurnaa, keadilan, keteraturan dan lain-lain.

e. Memiliki waktu yang berkualitas untuk menyendiri dan kebutuhan akan privasi lebih besar.

Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki kebutuhan untuk pemisahan dan kesunyian. Kebutuhan untuk menyendiri dan kebutuhan akan privasi merupakan kebutuhan yang kuat dari para pengaktualisasi diri tersebut. Mereka mampu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri dan melakukan hal-hal yang mereka sukai atau

disebut “me time”. Meskipun mereka tidak menjauhkan diri dari kontak dengan orang lain, mereka menggantungkan kepuasan-kepuasan mereka pada dirinya sendiri.

f. Otonom

Orang yang mengaktualisasikan diri lebih bergantung dengan dunia batinnya dibandingkan dengan dunia di luar dirinya. Mereka menjadikan dirinya sendiri sebagai penentu kepuasan dan kehidupan yang baik. Mereka juga berfokus pada pertumbuhan diri dan pertumbuhan batinnya dibandingkan dengan kehormatan, status, penghargaan, popularitas, prestise dan cinta yang diperoleh dari orang lain. Mereka dapat berdiri sendiri dan dapat mempertahankan sesuatu yang dianggap kurang sehat oleh orang lain.

g. Menampilkan kesegaran mengapresiasi berkelanjutan

Pada umumnya, orang yang mengaktualisasikan diri mendapatkan inspirasi besar dan kepuasan yang berulang dari pengalaman-pengalaman mendasar dalam hidup sehari-hari. Mereka senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu sebagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang.

h. Memiliki pengalaman-pengalaman puncak atau mistik secara periodik.

Maslow Maslow (Olson & Hargenhahn, 2013) meyakini bahwa semua manusia memiliki potensi bagi pengalaman puncak, namun hanya para pengaktualisasi diri yang bisa memanfaatkan sepenuhnya

karena mereka tidak merasa terancam olehnya dan karenanya tidak menghambat atau mempertahankan diri darinya apapun cara dan alasannya. Orang yang mengaktualisasikan diri mengalami kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, misalnya seperti pengalaman keagamaan yang mendalam.

i. Cenderung mengidentifikasi diri dengan semua umat manusia. Individu yang mengaktualisasikan diri dapat memotivasi dirinya memalui keberhasilan yang telah diraih oleh orang lain di sekitarnya. Ia melihat dirinya seperti orang lain yang juga dapat mencapai keberhasilan tersebut.

j. Mengembangkan persahabatan mendalam hanya dengan beberapaindividu.

Para pengaktualisasi mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Mereka berbudi baik dan sabar terhadap orang-orang lain.

k. Cenderung menerima nilai-nilai demokratis.

Orang yang mengaktualisasikan diri tidak merespon individu berbasis ras, status atau agama. Mereka dapat bersahabat kepada setiap orang yang cocok karakternya, tidak peduli kelas, pendidikan, keyakinan politis, ras atau warna kulit. Mereka terkesan seperti tidak begitu menyadari perbedaan-berbedaan tersebut yang bagi rata-rata orang begitu gamblang dan penting.

l. Memiliki rasa etik yang kuat.

Para pengaktualisasi diri hampir selalu mengetahui implikasi-implikasi etik dari tindakannya. Mereka miliki norma etis dan moral yang dirumuskan dengan baik yang mereka pegang teguh dalam semua situasi.

m. Memiliki rasa humor yang berkembang baik dan tidak menyakiti. Para pengaktualisasi diri tidak dapat menemukan humor di dalam penderitaan atau musibah yang dialami orang lain. Sebaliknya, mereka lebih banyak mengetawai diri sendiri dan umat manusia secara umum.

n. Kreatif

Maslow (Olson & Hargenhahn, 2013) menemukan sifat kreatif pada semua pribadi yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini muncul di beberapa subjek bukan dalam bentuk lazim menulis buku, mengubah musik atau membuat obyek-obyek seni, melainkan dalam bentuk yang lebih bersahaja. Kreativitas pada orang yang mengaktualisasikan diri lebih pada suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan mengenai bagaimana individu mengamati dan bereakti terhadap dunia. Individu memiliki daya cipta, khayalan dan suatu cara yang tidak berprasangka terhadap orang lain.

o. Memiliki prinsip hidup

Orang yang mengaktualisasikan diri tidak tunduk begitu saja kepada aturan yang ada di budaya karena mereka pribadi yang lebih

diarahkan batinnya. Jika sebuah norma bertentangan dengan prinsip hidupnya, mereka akan mengabaikannya.

Aspek-aspek diatas merupakan sifat yang diinginkan atau diharapkan ada pada diri orang yang sehat. Para pengaktualisasi diri adalah orang yang memandang segala hal secara obyektif, rendah hati, memiliki kontrol diri, kreatif, tegas dan penuh toleransi. Sifat-sifat tersebut yang menjadikan individu dapat menjalankan kehidupan yang baik dalam bermasyarakat. Selain itu, individu juga akan lebih bahagia apabila orang-orang yang berada di sekitarnya adalah orang yang mengaktualisasikan diri juga.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri

Anari (Hanifah, 2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri indivd adalah sebagai berikut:

a. Kreativitas

Kreativitas merupakan sikap yang diharapkan ada pada diri para pengaktualisasi diri. Kreativitas bagi pengaktualisasi diri merupakan suatu sikap yang dikeluarkan oleh individu yaitu asli, berdaya cipta dan inovatif meskipun tidak menghasilkan suatu karya seni.

b. Kepribadian

Kepribadian yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psikologis dan fisik yang menentukan cara penyesuan diri individu dengan baik terhadap lingkungannya.

c. Transendensi

Transendensi yaitu lebih tinggi, superlatif, unggul atau arti lainnya tidak bergantung pada orang lain dan berdiri sendiri. Individu pengaktualisasi diri selalu berusaha melakukan yang terbaik dan menjadi yang terbaik pada setiap hal yang mereka lakukan.

d. Demokratis

Para pengaktualisasi diri bertingkah laku lebih dari toleransi terhadap orang lain. Mereka sangat menyadari perbedaan-perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain. Namun individu yang mengaktualisasikan diri dapat menerima dan merespon baik semua orang tanpa memandang latar belakang atau perbedaan yang ada. Individu yang mengaktualisasikan diri siap mendengarkan dan belajar apapun dari orang lain yang mengajarkannya.

e. Hubungan Sosial

Hubungan sosial dalam hal ini yaitu individu yang mengaktualisasikan diri akan lebih menghargai keberadaan serta peran orang lain dalam lingkungannya.

Dokumen terkait