• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akulturasi Kebudayaan Nusantara dengan Kebudayaan Islam dalam

Bab 3 Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha dan Islam di

D. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dengan Kebudayaan Islam dalam

Pengaruh Islam dalam sastra tidak langsung berasal dari Arab, melainkan melalui Persia dan India, dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Oleh karena itu, kesusastraan Islam Nusantara terpengaruh budaya Persia dan India. Kesusastraan pada zaman perkembangan Islam tumbuh di daerah Selat Malaka (Aceh, Melayu) dan Jawa.

Sumber: Indonesia Indah, Aksara

Gambar 3.8 Naskah I La Galigo, karya sastra monumental masyarakat

Bugis dalam bentuk hikayat. Ditulis dalam aksara dan berbahasa asli Bugis

Inskripsi

Dalam bidang kebudayaan, Makassar sebagai kerajaan yang bersifat maritim sedikit mening-galkan hasil-hasil budaya. Peninggalan budaya Makassar yang menonjol adalah perahu pinisi, lambo, dan bercadik. Dalam bidang sastra, diperkirakan sudah lahir beberapa karya sastra. Hanya saja, karya-karya tersebut tidak sampai ke negara kita. Tetapi pada saat itu sudah ada sebuah buku tentang hukum laut dan perniagaan, yaitu

Ade' Allopilopinng Bicaranna Pabbalu'e dan naskah lontar karya Amanna Gappa.

Dalam perkembangan Islam, kesusastraan Jawa umumnya berbentuk tembang, sedangkan di Sumatra dan Semenanjung Malaya berbentuk tembang dan gancaran. Hikayat yang digubah dalam tembang disebut syair. Syair yang tertua tertulis tahun 1380 terpahat pada batu nisan makam seorang Raja Puteri Pasai (di Minye Tujoh), terdiri dari dua bait yang setiap bait terdiri dari empat baris.

Tulisan yang dipakai dalam kesusastraan Jawa adalah Jawa Kuno, sedangkan kesusastraan di Sumatra umumnya ditulis dengan huruf Arab. Hasil karya sastra yang bernapaskan Islam, antara lain, buku tasawuf yang ditulis oleh Hamzah Fansyuri, Nur Din Raniri (Nuruddin ar- Raniri), Abdul al-Rauf, dan Sunan Bonang; buku suluk primbon, pengantar fikih dan tafsir Alquran yang ditulis oleh Abdul al-Rauf.

Kesultanan Aceh memberi sumbangan besar bagi perkembangan kesusastraan Melayu. Sastrawan dari Aceh yang terkenal ialah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Samartani, Abdurrauf dari Singkel, Nuruddin ar-Raniri. Karya Hamzah Fansyuri adalah Shambal Asyyiqin dan Asrar al Arifin, sedangkan karya Syamsudin adalah Nur ad-Daga dan Iqdan. Pada zaman Sultan Iskandar Muda, sastrawan-sastrawan ini mendapat perlindungan raja.

Bersamaan dengan berkembangnya ajaran tasawuf, muncullah tarekat-tarekat, antara lain tarekat Qadariyah, Naqsyabandiah, Sammaniah, Syattariah, dan Rifa'i. Tarekat ialah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Karya sastra lain yang dihasilkan pada masa Islam, antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Sejarah Melayu, Bustanus Salatin, dan Gurindam Dua-belas. Dilihat dari corak dan isinya, kesusastraan yang berkembang sejak kedatangan Islam di Indonesia (zaman madya) dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Prasasti Islam

Bentuk peninggalan yang disebut prasasti Islam adalah batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran (1082), batu nisan Raja Samudra Pasai Malik al Saleh (1297), dan batu nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.

2. Hikayat

Hikayat adalah cerita atau dongeng yang berisi berbagai macam peristiwa sejarah. Keajaiban dan peristiwa yang tidak masuk akal bahkan menjadi bagian terpenting walaupun sering berpangkal pada seorang tokoh sejarah ataupun berkisar pada peristiwa sejarah. Misalnya, Panji Inu Kertapati, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bahtiar, dan Hikayat Hang Tuah.

3. Babad

Babad ialah cerita sejarah atau dongeng yang biasanya lebih berupa cerita daripada uraian sejarah walaupun yang menjadi pola memang peristiwa sejarah. Di daerah Melayu, babad dikenal dengan nama sejarah, silsilah (salasilah), dan tambo. Beberapa kitab babad diberi judul Hikayat, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Salasilah Perak, Sejarah Melayu, Babad Gianti, Babad Tanah Jawi, Hikayat Hasanuddin, Sejarah Negeri Kedah, Babad Demak, Babad Banyumas, dan Babad Pajang. Babad Giyanti ditulis oleh Yasadipura I, isinya mengenai perpecahan Mataram akibat Perjanjian Giyanti tahun 1755. Kebanyakan babad sudah menggunakan bahasa Jawa Baru. Dalam babad tersebut, dimasukkan pula cerita tentang pulung keraton, ndaru (rejeki, keberuntungan, atau kebahagiaan), cahya nurbuat, dan mimpi. Ada juga cerita tentang mitologi Ratu Kidul, Baron Sekender, Putri Buih, Putri Hijau serta cerita tentang makhluk-makhluk halus atau yang bersifat takhayul.

Kitab babad yang paling terkenal adalah Babad Tanah Jawi, disusun di Surakarta pada tahun 1836, terdiri atas 18 jilid. Isinya adalah sejarah kerajaan, pahlawan, atau kejadian penting. Penulis-penulis terkenal di lingkungan Keraton Mataram, antara lain, Sultan Agung yang menulis Sastra Gending, Mangkunegara IV yang mengarang kitab Wedatama, dan R.Ng. Ronggowarsito yang mengarang Pustakaraja Purwa, Paramayoga, dan Kalatida.

4. Suluk

Suluk adalah kitab yang membentangkan soal tasawuf. Sifatnya panteis (manusia bersatu dengan Tuhan atau masyarakat Jawa mengenal sebagai manunggaling kawula Gusti). Suluk merupakan hasil kesusastraan tertua dari zaman madya yang berasal dari atau berhubungan erat dengan para wali.

Contoh suluk adalah Suluk Sukarsa (berisi tentang Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk mendapatkan kesempurnaan hidup), Suluk Wujil dan Suluk Malang Semirang (isinya mengangungkan orang yang telah mencapai kesempurnaan dan berhasil bersatu dengan Tuhan).

Suluk karya Hamzah Fansyuri yang terkenal sebagai berikut.

a. Syair Perahu, isinya tentang manusia yang diibaratkan sebagai pelaku yang mengarungi lautan segala bahaya dan mengatasinya dengan tauhid dan makrifat.

b. Syair Burung Pinggai, menyamakan jiwa manusia dengan seekor burung yang diibaratkan sebagai zat Tuhan.

c. Asmr al Arifin, sebuah kitab yang membentangkan zat dan makrifat.

Sumber: Indonesia Indah, Aksara

Gambar 3.9 Kitab Cening Rara abad XIX berisi jampi-jampi untuk berhias diri (pemanis)

Sumber: Indonesia Indah, Aksara

Gambar 3.10 Naskah Tuah Manuk ditulis dengan aksara

Sunan Bonang mengembangkan suluk yang ditulisnya dalam Kitab Bonang. Namanya Suluk Wujil, isinya adalah nasihat Sunan Bonang kepada Wujil, yaitu seorang kerdil bekas abdi raja Majapahit. Seorang pujangga dari Mataram juga menulis kitab suluk, yakni Serat Wirit yang di dalamnya terkandung ajaran agama.

5. Primbon

Primbon merupakan kitab bentuk suluk yang diuraikan panjang lebar, ditambah dengan ramalan jangka, petangan, dan segala hal yang ajaib. Misalnya, Suluk Sukarsa, primbon Betal Janur, primbon Adam Makna, primbon Jawa, dan Serat Kanda yang berisi campuran cerita Hindu dan Islam.

Selain bentuk-bentuk sastra tersebut, masih ada hasil-hasil sastra bercorak Islam lainnya, yaitu syair, tambo, dan kronik. Adapun kitab-kitab sastra Nusantara yang terpengaruh budaya Persia penuh dengan hal-hal yang berbau mistik. Karya-karya semacam ini banyak ditemukan di Sumatra Utara, misalnya Hikayat Amir Hamzah, Tajussalatina, dan Kisah Seribu Satu Malam.

Buku-buku yang penting untuk pengajaran agama Islam adalah Tajussalatina karya Bukhori al Jauhari dan Bustanus Salatina karya Nuruddin ar-Raniri. Kedua buku tersebut memberi petunjuk keagamaan bagi raja-raja dan para bangsawan pada zaman dahulu.

Tajussalatina artinya mahkota raja-raja, merupakan cermin bagi raja-raja. Buku ini ditulis Bukhori al Jauhari, penulis dari Johor. Buku ini terdiri dari 24 pasal disertai pendahuluan. Dalam pendahuluannya, termuat bermacam-macam kewajiban yang harus diperhatikan oleh raja-raja, opsir, pegawai, dan rakyat.

Berikut hal-hal yang dijelaskan dalam kitab Tajussalatina. 1. Kewajiban tiap-tiap muslim kepada Allah.

2. Perbuatan baik yang dilakukan raja-raja dan alim ulama pada masa lalu. 3. Hukuman dan kutukan yang menimpa siapa yang melanggar hukum agama.

Menurut Tajussalatina, raja-raja pada zaman Islam membagi waktunya untuk melakukan ibadah, menjalankan pemerintahan, makan dan tidur, serta istirahat dan rekreasi. Buku tersebut juga memuat pendidikan putra-putri raja. Pendidikan paling dasar dimulai dengan seorang anak sesudah lahir harus dimandikan dengan air suci, diberi pakaian, lalu di telinga kanan dibisikkan doa azan dan di telinga kiri dibisikkan doa iqamat. Pada hari ketujuh, diadakan pencukuran rambut. Pada tahun keenam, ia harus diislamkan dan mulai diajarkan tata tertib kerajaan. Pada usia tujuh tahun, ia mulai tidur sendiri dan diajari salat. Pada usia 13 tahun, ia mulai mengambil bagian dalam upacara-upacara keagamaan. Pada usia 17 tahun, seorang istri diberikan kepadanya. Naskah Tajussalatina sekarang disimpan di perpustakaan Leiden dan perpustakaan London (Raffles Library).

Sumber: Indonesia Indah, Aksara

Gambar 3.11 Aksara Arab sebagai motif hias pada kain

Inskripsi

Budaya Islam berkembang pesat di Nusantara dalam berbagai segi kehidupan. Terbukti dari adanya masjid (bangunan untuk melakukan salat), keraton (tempat raja-raja Islam berkuasa dan menyebarkan agama di wilayah kekuasaannya), serta seni tulisan Arab yang disebut kaligrafi. Kaligrafi-kaligrafi adalah seni menulis indah yang berfungsi sebagai hiasan. Umumnya terdapat di masjid-masjid.

Buku Bustanus Salatina atau Taman Raja-Raja ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri, seorang penulis dari Gujarat, atas perintah Sultan Iskandar II dari Aceh pada tahun 1638. Buku ini terbagi dalam tujuh bab.

1. Perihal penciptaan bumi dan langit. 2. Perihal nabi-nabi dan raja-raja.

3. Perihal raja yang adil dan pejabat negeri yang bijaksana. 4. Perihal raja dan orang suci beriman.

5. Perihal raja zalim dan pegawai yang durhaka kepada raja. 6. Perihal orang dan pahlawan yang budiman serta murah hati. 7. Perihal akal dan pelbagai macam pengetahuan.

Seorang tokoh Islam bernama Abdul Rauf dari Singkel terkenal dengan nama Teuku di Kuala karena dimakamkan di Kuala. Makamnya

ini dianggap keramat. Ia pernah belajar selama empat tahun di Mekkah dan banyak hal yang diajarkannya untuk masyarakat sekembalinya ke Aceh. Abdul Rauf mengarang beberapa buku, antara lain,

1. Mirat al Tulat (Cermin dari Murid-Murid) berisi tentang agama, sosial, dan politik; 2. Umdat al Muhtajin (Tiang dari Orang Jahat)

berisi ajaran-ajaran mistik, terutama zikir untuk menyatukan diri dengan Tuhan; 3. Mukjizat al Badi tentang teologi;

4. Kifarat al Muhtajin berisi tentang hal-hal mistik seperti halnya Umdat al Muhtajin.

Raja Ali Haji, saudara sepupu Raja Riau,

mengarang Gurindam Duabelas. Saleha, saudara perempuan Raja Ali Haji, mengarang Syair Abdul Muluk dan Syair Siti Zubaidah. Tun Sri Lanang menyusun Sejarah Melayu.

Di Mataram, karya sastra Islam merupakan perkembangan dari masa sebelumnya. Naskah-naskahnya merupakan saduran dari karya bahasa Jawa Kuno, misalnya, Serat Ramayudha, Serat Bharatayudha, Serat Mintaraga (dari Arjunawiwaha), dan Serat Arjuna -sasrabahu (dari Arjunawiwaha). Di samping itu, berkembang juga cerita-cerita roman yang diilhami kisah Amir Hamzah, yakni Menak Amir Hamzah, Yusuf, dan Ahmad Hanafi. Ahli tasawuf dan ulama terkenal yang menyebarkan Islam di Sumatra, Hamzah Fansyuri, menulis buku sastra Syair Perahu dan Syair Sri Burung Pingai. Buku-buku tersebut banyak memuat ajaran tasawuf, yakni ajaran ketuhanan yang bercampur dengan hal-hal mistik.

Diskusi

Diskusikan apa sebab kesusastraan yang bercorak Islam pada mulanya berkembang di daerah Melayu!

Sumber: Indonesia Indah Aksara

Gambar 3.12 Ragam hias pada serat Ambiya

Sumber: Indonesia Indah, Aksara

Gambar 3.13 Pintu gerbang masjid Kasepuhan Cirebon, salah

satu contoh akulturasi Hindu-Buddha dan Islam

E. Perpaduan antara Tradisi Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di