• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Pembuatan Peta Sebaran Biomassa dan Analisis Akurasi

5.4.2 Uji Akurasi Peta Sebaran Biomassa

Tabel 15 Rekapitulasi hasil perhitungan overall accuracy dan kappa accuracy pada peta sebaran dengan citra ALOS PALSAR resolusi 50 m

Akurasi (%)

Model Bentuk Persamaan Piksel Petak

OA KA OA KA

1 Y = 318,289 + 1/0.030×BS_HH 50.79 20.93 55.56 28.64

2 Y = Exp (9,291 + 0.38×BS_HV) 53.97 27.3 55.56 30.06

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan akurasi pada Tabel 15, model 1 menghasilkan overall accuracy sebesar 50,79% dan kappa accuracy sebesar 20,93% pada analisis akurasi klasifikasi dengan menggunakan rata-rata nilai biomassa dalam 5×5 piksel (analisis akurasi peta per piksel) pada Gambar 13a. Peta sebaran biomassa dibuat berdasarkan nilai setiap piksel pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m polarisasi HH ditunjukkan dengan Gambar 13a, sebaran kelas biomassa dominan berada pada kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2. Titik pengamatan menyebar pada kelas biomassa 2, terdapat kesalahan interpretasi pada pengkelasan dengan model 1 sebanyak 29 titik. Kesalahan interpretasi terbanyak ditemukan pada interpretasi kelas biomassa 3, dimana kelas biomassa 3 pada titik diklasifikasikan sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 17 titik dan kelas biomassa 1 diklasifikasikan sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 7 titik. Banyakya kesalahan interpretasi menyebabkan kecilnya nilai kappa accuracy. Nilai overall accuracy 50,79% menjelaskan kesalahan interpretasi 29 titik dari 63 titik sebaran biomassa.

Pada Gambar 13b ditunjukkan sebaran biomassa pada areal kerja KPH Kebonharjo berada pada kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2. Dengan menggunakan peta areal kerja KPH Kebonharjo, penghitungan akurasi peta sebaran menghasilkan overall accuracy sebesar 55,56% dan kappa accuracy sebesar 28,64% (Tabel 15). Titik pengamatan menyebar pada kelas biomassa 2, dengan kesalahan interpretasi sebanyak 29 titik dari 63 titik sebaran biomassa. Hasil interpretasi pada peta sebaran biomassa areal kerja KPH Kebonharjo (Gambar 13b) menunjukkan kesalahan interpretasi kelas biomassa 3 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 16 titik dan kelas biomassa 1 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 7 titik. Berdasarkan Gambar 13b terlihat bahwa kelas biomassa 3 tidak terlalu banyak menyebar pada peta sebaran menggunakan peta areal kerja KPH Kebonharjo.

48

a)

b)

Gambar 14 menunjukan peta sebaran yang dibuat berdasarkan model 2, yaitu hubungan backscatter HV dengan biomassa alometrik Hendri. Pada peta sebaran biomassa Gambar 14a, kelas biomassa menyebar pada kelas biomassa 1 serta kelas biomassa 2, dimana terdapat sekumpulan kecil kelas biomassa 3 yang jika dibandingkan dengan peta sebaran model 1 (Gambar 13) sebaran kelas biomassa 3 terlihat lebih banyak. Titik pengamatan menyebar pada kelas biomassa 2, terdapat kesalahan interpretasi pada pengkelasan dengan model 2 sebanyak 29 titik.

b )

Gambar 13 Peta sebaran biomassa model 1, a) peta sebaran biomassa per piksel, b) peta sebaran biomassa berdasarkan peta areal kerja KPH

49

Kesalahan interpretasi terbanyak ditemukan pada interpretasi kelas biomassa 3, dimana kelas biomassa 3 diklasifikasikan sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 14 titik dan kelas biomassa diklasifikasikan sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 6 titik. Kappa accuracy yang dihasilkan sebesar 27,30% dengan nilai overall accuracy 53,97%. Terjadi kenaikan kappa accuracy pada klasifikasi yang dilakukan dengan model 2 jika dibandingkan dengan model 1, hal ini karena jumlah titik kesalahan interpretasi pada pengklasifikasian kelas biomassa 3 pada model 2 lebih sedikit jika dibandingkan dengan model 1.

b) a)

Gambar 14 Peta sebaran biomassa model 2, a) peta sebaran biomassa per piksel, b) peta sebaran biomassa berdasarkan peta areal kerja KPH

50

Dengan menggunakan model 2, peta sebaran biomassa pada areal kerja KPH Kebonharjo pada Gambar 14b menunjukkan bahwa kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2 mendominasi sebaran biomassa pada daerah penelitian. Titik pengamatan menyebar pada kelas biomassa 2, dimana terdapat kesalahan interpretasi sebanyak 28 titik. Kesalahan interpretasi dalam pengklasifikasian kelas biomassa 3 sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 14 titik dan kesalahan interpretasi dalam pengklasifikasian kelas biomassa 1 sebagai kelas biomassa 2 sebanyak 5 titik, kappa accuracy yang dihasilkan sebesar 30,06% dan overall accuracy yang dihasilkan sebesar 55,56%. Pada pembuatan peta sebaran dengan menggunakan model 2, pembuatan peta sebaran dengan peta areal kerja KPH Kebonharjo menunjukan akurasi yang lebih besar dari peta sebaran biomassa per piksel.

Hasil perhitungan akurasi pada peta sebaran biomassa dengan menggukana citra ALOS PALSAR 12,5 m ditunjukkan pada Tabel 16. Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa akurasi terbesar pada pembuatan peta sebaran biomassa dengan menggunakan citra ALOS PALSAR 12,5 m, yaitu pada pembuatan peta sebaran biomassa dengan menggunakan model 8. Peta sebaran biomassa yang dibuat berdasarkan Model 3 disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan Gambar 15a hasil perhitungan akurasi pada peta sebaran menghasilkan overall accuracy 53,98% dan kappa accuracy 26,77%. Kesalahan klasifikasi pada kelas biomassa 3 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 13 titik, kelas biomassa 1 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 7 titik. Kesalahan interpretasi dari klasifikasi yang dilakukan pada peta sebaran biomassa model 5 sebanyak 29 titik dari 63 titik. Pada peta sebaran ini biomassa menyebar di kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2.

Tabel 16 Rekapitulasi hasil perhitungan overall accuracy dan kappa accuracy pada citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m

Akurasi (%)

Model Bentuk Persamaan Piksel Petak

OA KA OA KA

3 Y = Exp(6.676 + 0.274*BS_HH125) 53.97 26.77 57.14 31.49

51

Pada perhitungan akurasi untuk Gambar 15b menghasilkan overall accuracy sebesar 57,14% dan kappa accuracy sebesar 31,49%. Kesalahan klasifikasi pada kelas biomassa 3 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 14 titik. Sedangkan kesalahan interpretasi klasifikasi kelas biomassa 1 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 7 titik. Kesalahan interpretasi total pada peta sebaran biomassa model 3 dengan menggunakan peta areal kerja KPH Kebonharjo sebanyak 27 titik dari 63 titik. Pada peta sebaran Gambar 15 terlihat bahwa kelas biomassa 3 terkonsentrasi pada Bagian Hutan Tuder.

a)

b)

Gambar 15 Peta sebaran biomassa model 3, a) peta sebaran biomassa per piksel, b) peta sebaran biomassa berdasarkan peta areal kerja KPH Kebonharjo.

52

Peta sebaran dengan menggunakan Model 4 disajikan pada Gambar 16, Perhitungan akurasi pada peta sebaran biomassa Gambar 16a menghasilkan overall accuracy 55,56% dan kappa accuracy 29,75%. Kesalahan klasifikasi kelas biomassa 3 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 13 titik, kesalahan klasifikasi kelas biomassa 1 menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 6 titik. Kesalahan interpretasi pada klasifikasi dalam peta sebaran biomassa model 4 Gambar 16a sebanyak 28 titik dari 63 titik. Pada peta sebaran ini biomassa menyebar pada kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2.

Hasil perhitungan akurasi pada peta sebaran biomassa Gambar 16b, yaitu overall accuracy 60,32% dan kappa accuracy 37,15%. Sebaran biomassa berada pada kelas biomassa 1 dan kelas biomassa 2, kelas biomassa 3 ditemukan lebih banyak terkonsentrasi di Bagian Hutan Tuder. Kesalahan klasifikasi Kelas biomassa 3 yang diinterpretasikan menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 14 titik. Kesalahan klasifikasi kelas biomassa 1 yang diinterpretasikan menjadi kelas biomassa 2 sebanyak 5 titik. Dari 4 model yang digunakan dalam pembuatan peta sebaran biomassa, model 4 memiliki nilai akurasi paling besar dengan bentuk persamaan Y = Exp(8.811 + 0.302×BS_HV125). Gambar 16b memiliki nilai

akurasi paling besar. Pada peta sebaran biomassa Gambar 16b dengan menggunakan peta areal kerja KPH Kebonharjo dapat dilihat bahwa kelas biomassa 1, kelas biomassa 2, dan kelas biomassa 3 memiliki sebaran yang merata, sehingga kesalahan interpretasi pada kelas biomassa 3 dan kelas biomassa 1 menjadi lebih sedikit.

Beberapa daerah yang memiliki nilai biomassa yang tinggi (kelas biomassa 3) terklasifikasi menjadi daerah dengan biomassa yang rendah (kelas biomassa 1 atau kelas biomassa 2). Hal ini dikarenakan penggunaan peta petak sebagai area of interest menghasilkan informasi nilai tengah yang tidak hanya mewakili nilai piksel tertentu. Pada pendugaan biomassa per piksel pada setiap titik pengamatan tidak selalu mewakili keadaan dilapangan. Karena nilai backscatter pada setiap piksel dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain topografi, arah sensor, konstanta dielektrik, dan kerapatan vegetasi. nilai kappa akurasi yang lebih besar ini terjadi karena pada pengkelasan dengan model 4 selain jumlah kelas yang benar diinterpretasikan di temukan lebih banyak, penyebaran kelas biomassa

53

cenderung lebih menyebar jika dibandingkan peta sebaran biomassa dengan model lain.

a

b

Gambar 16 Peta sebaran biomassa model 4, a) peta sebaran biomassa per piksel, b) peta sebaran biomassa berdasarkan peta areal kerja KPH

Dokumen terkait