• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3 : Seni Musik & Lagu

C. Dalil Yang Mengharamkan Musik dan Lagu

1. Al-Quran

C. Hukum Musik

1. Hukum dasar pada sesuatu (muamalah) adalah halal

D. Kriteria Keharaman

1. Lirik Lagu yang Dilantunkan. 2. Alat Musik yang Digunakan. 3. Cara Penampilan.

4. Akibat yang Ditimbulkan.

5. Aspek Tasyabuh atau Keserupaan Dengan Orang Kafir. 6. Orang yang menyanyikan.

A. Pengertian 1. Musik

Musik dalam bahasa Arab modern disebut dengan sebutan musiqa (ﻰﻘﯿﺳﻮﻤﻟا). Dimana sebenarnya istilah

al-musiqa dalam bahasa Arab adalah serapan dari bahasa Yunani, yang asalnya dari kata mousike.

anak perempuan Dewa Zeus dengan salah seorang istrinya, Mnemosyne. Dalam legenda mitologi Yunani, Zeus adalah rajanya para dewa.

Namun di dalam nash-nash syar’i, istilah yang sering digunakan untuk alat-alat musik antara lain adalah al-mi’zaf (فﺰﻌﻤﻟا) atau al-ma’azif (فزﺎﻌﻤﻟا) dalam bentuk jamak. Ma’azif kemudian didefinisikan sebagai :

ﺐِﻋﹶﻼﻤﹾﻟﺍ

ﻲِﺘﱠﻟﺍ

ﺏﺮﻀﻳ

ﺎﻬِﺑ

Alat yang dimainkan dengan cara memukul-mukulnya

Atau terkadang juga disebut dengan :

ﹸﺔﹶﻟﺁ

ِﺏﺮﱠﻄﻟﺍ

ِﺩﻮﻌﹾﻟﺎﹶﻛ

ﻮﺒﻨﱡﻄﻟﺍﻭ

ِﺭ

Alat musik pukul seperti tongkat dan tambur.

2. Lagu

Sedangkan lagu atau nyanyian dalam istilah bahasa Arab sering disebut dengan al-ghina (ءﺎﻨﻐﻟا). Secara bahasa bermakna

ash-shautu (تﻮﺼﻟا) yaitu suara.

Kata al-ghina’ sendiri seringkali didefinisikan para ahli bahasa dengan :

ﺐﻳِﺮﹾﻄﺘﻟﺍ

ﻢﻧﺮﺘﻟﺍﻭ

ِﻡﹶﻼﹶﻜﹾﻟﺎِﺑ

ِﻥﻭﺯﻮﻤﹾﻟﺍ

ِﻩِﺮﻴﹶﻏﻭ

ﹸﻥﻮﹸﻜﻳ

ﺎﺑﻮﺤﺼﻣ

ﻰﹶﻘﻴِﺳﻮﻤﹾﻟﺎِﺑ

Nyanyian dan lagu dengan menggunakan suara (vocal) yang teratur, dan sering diiringi dengan alat-alat musik

3. Musik dalam Pandangan Masyarakat

Meski berbeda-beda dalam mendefinisikannya, namun kenyataannya hampir semua peradaban manusia di muka bumi, dari peradaban purba hingga peradaban paling maju,

semua mengenal musik. Kepercayaan orang Eropa kuno menganggap musik sebagai ‘bahasa para dewa’.

David Ewen mencatat sebuah definisi tentang musik yang dibuat oleh penyusun kamus sebagai ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.

Schopenhauer, filusuf Jerman di abad ke-19 mengatakan dengan singkat bahwa musik adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta.

Dello Joio, komponis Amerika keluaran Julliard School di New York menyebutkan bahwa mengenal musik dapat memperluas pengetahuan dan pandangan selain juga mengenal banyak hal lain di luar musik. Pengenalan terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan akan nilai seni, selain menyadari akan dimensi lain dari satu kenyataan yang selam ini tersembunyi.

Suhastjarja, dosen senior Fakultas Kesenian Institut Seni Indonesia Yogyakarta mengatakan bahwa musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulan, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya.

B. Jenis Alat Musik Dalam Teks Syar’i

Ada beberapa jenis alat musik yang seringkali disebut-sebut di dalam nash syar’i, baik di dalam hadits atau pun di dalam kitab-kitab fiqih yang disusun oleh para ulama.

Di antara alat-alat musik itu adalah :

2. Kubah

3. Kabar

4. Al-Yara’

5. Adh-Dharbu bil Qadhib

6. Al-‘Uud

7. Ash-Shaffaqatan

C. Dalil Yang Mengharamkan Musik dan Lagu

Di dalam syariat Islam, kita menemukan cukup banyak dalil baik di dalam Al-Quran maupun di dalam As-Sunnah, yang terkait dengan masalah musik dan lagu. Baik dalil itu bersifat sharih (tegas) atau pun bersifat merupakan penafsiran para ulama.

1. Al-Quran

Tidak ada satu pun ayat Al-Quran yang secara tegas menyebut kata musik, alat musik atau lagu dan nyanyian. Sehingga dalil-dalil terkait dengan musik dan lagu di dalam Al-Quran umumnya bersifat penafsiran atas istilah-istilah yang punya makna banyak.

Di antara istilah-istilah yang sering ditafsirkan para ulama sebagai musik dan lagu adalah :

a. Surat Al-Anfal : Siulan dan Tepukan

ﻢﻬﺗﹶﻼﺻ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺎﻣﻭ

ﺏﺍﹶﺬﻌﹾﻟﺍ ﹾﺍﻮﹸﻗﻭﹸﺬﹶﻓ ﹰﺔﻳِﺪﺼﺗﻭ ﺀﺎﹶﻜﻣ ﱠﻻِﺇ ِﺖﻴﺒﹾﻟﺍ ﺪﻨِﻋ

ﹶﻥﻭﺮﹸﻔﹾﻜﺗ ﻢﺘﻨﹸﻛ ﺎﻤِﺑ

Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (QS. Al-Anfal : 35)

Menurut pendukung haramnya nyanyian dan musik, Allah SWT telah mengharamkan nyanyian dan musik lewat ayat ini. Logika yang digunakan adalah bahwa kalau sekedar bersiul dan bertepuk tangan saja sudah haram, apalagi bernyanyi dan bermusik. Tentu hukumnya jauh lebih haram lagi.

b. Surat Al-Isra’ : Suara

ﺖﻌﹶﻄﺘﺳﺍ ِﻦﻣ ﺯِﺰﹾﻔﺘﺳﺍﻭ

ﻚِﺗﻮﺼِﺑ ﻢﻬﻨِﻣ

Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu (QS. Al-Isra’ : 64)

Yang menjadi titik perhatian dalam ayat ini adalah kata

bi shautika (ﻚﺗﻮﺼﺑ). Dalam pendapat mereka, ayat ini termasuk ayat yang mengharamkan nyanyian dan musik; lewat tafsir dan pendapat dari Mujahid. Beliau memaknainya dengan :

bi-llahwi wal ghina (ءﺎﻨﻐﻟاو ﻮﮭﻠﻟﺎﺑ). Al-Lahwi sering diartikan dengan hal-hal yang sia-sia, sedangkan al-ghina’ adalah nyanyian dan lagu.

c. Surat Al-Furqan : Az-Zuur

ﹶﻻ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍﻭ

ِﻮﻐﱠﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻭﺮﻣ ﺍﹶﺫِﺇﻭ ﺭﻭﺰﻟﺍ ﹶﻥﻭﺪﻬﺸﻳ

ﹰﺎﻣﺍﺮِﻛ ﺍﻭﺮﻣ

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,

mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al-Furqan : 72)

Menurut mereka, kata yasyhaduna az-zuur (روﺰﻟا نوﺪﮭﺸﯾ),

sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid, bahwa kata la

yasyhaduna az-zuur itu maknanya adalah : tidak mendengarkan nyanyian atau lagu. Muhammad bin Al-Hanafiyah mengatakan hal yang sama.

Maka mendengarkan nyanyian dan lagu hukumnya haram menurut penafsiran ayat ini.

d. Surat Al-Qashash : Laghwi

Sebagian ulama mengharamkan musik karena dianggap sebagai bentuk laghwi atau kesia-siaan, dan menurut mereka hal itu dilarang di dalam Al-Quran Al-Kariem.

ﻭ

ﺍﹶﺫِﺇ

ﹸﺍﻮﻌِﻤﺳ

ﻮﻐﹶﻠﻟﺍ

ﹸﺍﻮﺿﺮﻋﹶﺃ

ﻪﻨﻋ

ﹸﺍﻮﻟﺎﹶﻗﻭ

ﺎﻨﹶﻟ

ﺎﻨﻟﺎﻤﻋﹶﺃ

ﻢﻜﹶﻟﻭ

ﻢﻜﹶﻟﺎﻤﻋﹶﺃ

ﻢﹶﻠﺳ

ﻢﻜﻴﹶﻠﻋ

ﺎﹶﻟ

ﻲِﻐﺘﺒﻧ

ﻦﻴِﻠِﻫﺎﺠﹸﻟﺍ

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (QS. Al-Qashash : 55)

e. Surat Luqman : Lahwal Hadits

Di antara dalil haramnya nyanyian dan musik di dalam

Al-Quran adalah ayat yang menyebutkan tentang

menyesatkan manusia dengan cara membeli apa yang

disebut dengan lahwal-hadits (ﺚﯾﺪﺤﻟا ﻮﮭﻟ). Ayat ini terdapat di

dalam surat Luqman, yang oleh beberapa ulama disimpulkan sebagai ayat yang mengharamkan nyanyian dan lagu.

ِﺚﻳِﺪﺤﹾﻟﺍ ﻮﻬﹶﻟ ﻱِﺮﺘﺸﻳ ﻦﻣ ِﺱﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣﻭ

ِﺮﻴﻐِﺑ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒﺳ ﻦﻋ ﱠﻞِﻀﻴِﻟ

ﹰﺍﻭﺰﻫ ﺎﻫﹶﺬِﺨﺘﻳﻭ ٍﻢﹾﻠِﻋ

ﻢﻬﹶﻟ ﻚِﺌﹶﻟﻭﹸﺃ

ﲔِﻬﻣ ﺏﺍﹶﺬﻋ

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman : 6)

Para ulama yang menyebutkan bahwa makna nya

lahwal-hadits (ﺚﯾﺪﺤﻟا ﻮﮭﻟ) diantaranya adalah Abudllah bin Mas’ud, Abdullah bin Al-Abbas, Jabir bin Abdillah, ridwanullahi

‘alaihim ajma’in. 1

Demikian juga dengan pendapat Mujahid dan Ikrimah, mereka menafsirkan lahwal-hadits sebagai lagu atau nyanyian. Al-Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa ayat ini turun terkait dengan lagu dan nyanyian.

f. Surat An-Najm : Samidun

ﹶﻥﻮﺒﺠﻌﺗ ِﺚﻳِﺪﺤﹾﻟﺍ ﺍﹶﺬﻫ ﻦِﻤﹶﻓﹶﺃ

ﹶﻥﻮﹸﻜﺤﻀﺗﻭ

ﹶﻻﻭ

ﺒﺗ

ﹶﻥﻮﹸﻜ

ﻢﺘﻧﹶﺃﻭ

ﹶﻥﻭﺪِﻣﺎﺳ

Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)? (QS. An-Najm : 59-61)

Yang menjadi titik utama dari ayat ini adalah kata

samidun (نوﺪﻣﺎﺳ), dimana Abdullah bin Al-Abbas radhiyallahu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan samidun di ayat

ini adalah al-mughannun (نﻮﻨﻐﻤﻟا), yaitu orang-orang yang

bernyanyi atau mendendangkan lagu. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah.