• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Alanine Transminase (ALT)

Pemeriksaan kadar ALT dilakukan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit Pelamonia Kota Makassar. Hasil dari pemeriksaan kadar ALT pada pemeriksaan awal

0) dan pemeriksaan akhir (hari ke-8) dapat dilihat pada gambar T Sebelum Perlakuan (Hari ke-0) Pada Tikus Putih

39 dengan kelompok P2 (dengan pemberian jus buah alpukat 10gr/kgBB) menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Sedangkan jika dibandingkan kelompok K1 (kontrol negatif dengan pemberian Na CMC) dengan kelompok P2 (dengan n jus buah alpukat 10gr/kgBB) tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa jus buah alpukat dapat menurunkan kadar AST hingga jus buah alpukat menurunkan kadar AST bila dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan meloxicam, bahkan pada kelompok yang diberikan jus buah alpukat dengan dosis 10 gr/kgBB/hari menunjukkan situasi yang tak jauh berbeda bila dibandingkan atif dengan pemberian Na CMC 1%. Hal ini membuktikan bahwa jus buah alpukat mampu bertindak sebagai antioksidan yang dapat memecahkan proses autokatalitik dari proses lipid peroksidasi membran sel oleh penelitian yang Sagala (2010) yang menyatakan bahwa jus buah alpukat dapat bertindak sebagai antioksidan dalam menghambat kerusakan dari mukosa lambung akibat pemberian aspirin dan penelitian oleh Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa itamin E yang terkandung juga dalam buah alpukat dapat menurunkan kadar AST oral. Vitamin E tersebut mampu berperan sebagai antioksidan pemutus rantai reaksi dalam melindungi hepatosit dari tralisir efek yang ditimbulkan dari paparan yang bersifat

T dilakukan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit pada pemeriksaan awal

berikut ini: 0) Pada Tikus Putih

Keterangan :

n = 5-6 sampel

K1 = Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1% K2 = Kelompok kontrol positif

mg/kg BB

P1 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB P2 = Kelompok dengan pemberian melo

= Berbeda Sifgnifikan (P<0,05) SEM = Standard Error o

x = Kelompok

y = Nilai rata-rata (Mean) Berdasarkan gambar 4.4,

untuk kelompok K1 adalah 25,17 IU/L (SEM= 1,5), kelompok K2 memiliki rata kadar ALT sebesar 104,67 IU/L (SEM= 7,38), kelompok P1 memiliki rata ALT sebesar 58,67 IU/L (SEM= 2,9) dan kelompok P2 memiliki rata sebesar 80,67 IU/L (SEM= 4,72).

Grafik 4.5 Kadar ALT Se

Keterangan :

n = 5-6 sampel

K1 = Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1% K2 = Kelompok kontrol positif

mg/kg BB

P1 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 5g/kg BB

P2 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 10 g/kg BB

= Berbeda Sifgnifikan (P<0,05) SEM = Standard Error o

y

x

= Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%

kontrol positif dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB

Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB = Berbeda Sifgnifikan (P<0,05)

ror of Mean rata (Mean)

4.4, rata-rata hasil kadar ALT pada pemeriksaan awal (hari ke untuk kelompok K1 adalah 25,17 IU/L (SEM= 1,5), kelompok K2 memiliki rata

T sebesar 104,67 IU/L (SEM= 7,38), kelompok P1 memiliki rata T sebesar 58,67 IU/L (SEM= 2,9) dan kelompok P2 memiliki rata-rata kadar sebesar 80,67 IU/L (SEM= 4,72).

T Sesudah Perlakuan (Hari ke-8) Pada Tikus Putih

= Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%

kontrol positif dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan

pemberian jus buah alpukat 5g/kg BB

Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 10 g/kg BB

= Berbeda Sifgnifikan (P<0,05) = Standard Error of Mean

40 dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB

xicam dosis toksik 30 mg/kg BB

T pada pemeriksaan awal (hari ke-0) untuk kelompok K1 adalah 25,17 IU/L (SEM= 1,5), kelompok K2 memiliki rata-rata T sebesar 104,67 IU/L (SEM= 7,38), kelompok P1 memiliki rata-rata kadar rata kadar ALT

dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan

x = Kelompok

y = Nilai rata-rata (Mean) Berdasarkan gambar 4.5, rata

(hari ke-8) untuk kelompok K1 adalah 22 IU/L (SEM= 1,05), kelompok K2 memiliki rata-rata kadar ALT sebesar 96,17 IU/L (SEM= 7,13), kelompok P1 memiliki rata rata kadar ALT sebesar 26,

kadar ALT sebesar 20,83 IU/L (SEM= 1,27).

Grafik 4.6 Kadar ALT Sebelum Perlakuan (Hari ke ke-8) Pada Tikus Putih

Keterangan :

n = 5-6 sampel

K1 = Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1% K2 = Kelompok kontrol positif

mg/kg BB

P1 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 5g/kg BB

P2 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 10 g/kg BB

= Berbeda Signifikan (P<0,05) x = Kelompok

y = Nilai rata-rata (Mean) Berdasarkan gambar analisis data kadar AL

kelompok K1 dan kelompok K2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K1 dan P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< Begitu pun antara kelompok K1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang

rata (Mean)

Berdasarkan gambar 4.5, rata-rata hasil kadar ALT pada pemeriksaan akhir 8) untuk kelompok K1 adalah 22 IU/L (SEM= 1,05), kelompok K2 memiliki T sebesar 96,17 IU/L (SEM= 7,13), kelompok P1 memiliki rata T sebesar 26,17 IU/L (SEM= 0,93) dan kelompok P2 memiliki rata sebesar 20,83 IU/L (SEM= 1,27).

T Sebelum Perlakuan (Hari ke-0) dan Sesudah Perlakuan (Hari

= Kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%

kontrol positif dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan

pemberian jus buah alpukat 5g/kg BB

= Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan pemberian jus buah alpukat 10 g/kg BB

= Berbeda Signifikan (P<0,05) rata (Mean)

Berdasarkan gambar 4.4, Pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) diketahui h

ALT dengan menggunakan T-test menjelaskan bahwa antara kelompok K1 dan kelompok K2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K1 dan P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< Begitu pun antara kelompok K1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang

x y

41 T pada pemeriksaan akhir 8) untuk kelompok K1 adalah 22 IU/L (SEM= 1,05), kelompok K2 memiliki T sebesar 96,17 IU/L (SEM= 7,13), kelompok P1 memiliki

rata-17 IU/L (SEM= 0,93) dan kelompok P2 memiliki rata-rata

sudah Perlakuan (Hari

dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan = Kelompok dengan pemberian meloxicam dosis toksik 30 mg/kg BB dan

0 (sebelum perlakuan) diketahui hasil dari menjelaskan bahwa antara kelompok K1 dan kelompok K2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K1 dan P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Begitu pun antara kelompok K1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang

42 signifikan (P<0,05). Dan antara kelompok K2 dan kelompok P1 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (P>0,05), antara kelompok K2 dan kelompok P2 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (P>0,05), begitu pun pada kelompok P1 dan kelompok P2 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok K1 yang diberi Na CMC 1% tidak menunjukkan terjadinya peningkatan kadar ALT atau masih dalam batas normal dibandingkan dengan kelompok K2, kelompok P1, maupun kelompok P2 menunjukkan adanya peningkatan kadar ALT setelah pemberian meloxicam dengan dosis 30 mg/kgBB yang dapat dilihat dari hasil bahwa perbandingan antara kelompok K1 dan kelompok K2, P1, maupun P2 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut menunjukkan adanya efek hepatotoksik dari meloxicam sehingga memberikan efek terhadap peningkatan kadar ALT. Hal ini dikarenakan meloxicam dapat menyebabkan peningkatan produksi (ROS) dan secara langsung menekan sistem antioksidan tubuh dan menimbulkan peroksidasi lipid. ROS dapat bereaksi dapat bereaksi dan menyebabkan kerusakan pada banyak molekul di dalam sel. Fosfolipid yang menjadi unsur utama dalam membran plasma dan membran organela sel seringkali menjadi subjek dari peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi rantai radikal bebas yang diawali dengan terbebasnya hidrogen dari suatu asam lemak tak jenuh oleh radikal bebas. Akibat dari peroksidasi lipid adalah meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang mengakibatkan kerusakan sel dan organela (Devlin, 2002). Dan ALT merupakan salah satu enzim transaminase yang terdapat di dalam sel dan akan keluar ke dalam plasma apabila sel mengalami kerusakan, sehingga kadarnya di dalam plasma akan meningkat (Widman, 1995). Hal tersebut juga dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Rekabi et al yang menunjukkan peningkatan serum hati yaitu AST dan ALT pada pemberian meloxicam dengan dosis bertingkat selama 60 hari.

Berdasarkan gambar 4.5, pada hari ke-8 (sesudah perlakuan ) diketahui hasil dari analisis data ALT dengan menggunakan T-test menjelaskan bahwa antara kelompok K1 dan kelompok K2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K1 dan P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K2 dan kelompok P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Antara kelompok K2 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Begitu pun antara kelompok P1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Sedangkan antara kelompok K1 dan kelompok P2 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.

Sedangkan berdasarkan gambar 4.6 menjelaskan perbandingan antara kelompok pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan hari ke-8 (sesudah perlakuan) menjelaskan bahwa antara kelompok P1 hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan P1 hari ke-8 (sesudah perlakuan) menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Begitu pun antara kelompok P2 hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan P2 hari ke-8 (sesudah perlakuan) menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Didukung pula dengan hasil dari analisis data Two Way Anova With Replication dengan membandingkan antara hasil pemeriksaan sebelum perlakuan (hari ke-0) dan hasil pemeriksaan sesudah perlakuan (hari ke-8) menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05) atau (F>Fcrit).

43 Dari uraian tersebut, menunjukkan bahwa pada pemeriksaan akhir setelah perlakuan (hari ke-8) terjadi penurunan kadar ALT pada kelompok P1 dan kelompok P2 yang diberi perlakuan jus buah alpukat selama 7 hari dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang diberi meloxicam 30 mg/kgBB tanpa pemberian jus buah alpukat dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara kelompok K2 (tanpa pemberian jus buah alpukat) dengan kelompok P1 (dengan pemberian jus buah alpukat 5gr/kgBB). Begitu pun antara kelompok K2 (tanpa pemberian jus buah alpukat) dengan kelompok P2 (dengan pemberian jus buah alpukat 10gr/kgBB) menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Sedangkan jika dibandingkan kelompok K1 (kontrol negatif dengan pemberian Na CMC) dengan kelompok P2 (dengan pemberian jus buah alpukat 10gr/kgBB) tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa jus buah alpukat dapat menurunkan kadar ALT hingga batas normal dalam tubuh.

Untuk mengetahui pengaruh dosis jus buah alpukat terhadap penurunan AST dan ALT berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa pemeriksaan kadar ALT pada hari ke-8 (setelah perlakuan) diperoleh hasil bahwa antara kelompok P1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Begitu pun pada hasil pemeriksaan kadar ALT pada hari ke-8 (setelah perlakuan) diperoleh hasil bahwa antara kelompok P1 dan kelompok P2 menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jus buah alpukat dengan dosis yang berbeda dapat menimbulkan penurunan yang berbeda pula yaitu semakin besar dosis jus buah alpukat yang diberikan, maka semakin tinggi penurunan AST maupun ALT yang diperoleh.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian jus buah alpukat dapat menurunkan kadar ALT bila dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan meloxicam, bahkan pada kelompok yang diberikan jus buah alpukat dengan dosis 10 gr/kgBB/hari menunjukkan situasi yang tak jauh berbeda bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%. Hal ini membuktikan bahwa jus buah alpukat mampu bertindak sebagai antioksidan yang dapat memecahkan proses autokatalitik dari proses lipid peroksidasi membran sel sehingga dapat memelihara integritas sel. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sagala (2010) yang menyatakan bahwa jus buah alpukat dapat bertindak sebagai antioksidan dalam menghambat kerusakan dari mukosa lambung akibat pemberian aspirin dan penelitian oleh Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa Vitamin E yang terkandung juga dalam buah alpukat dapat menurunkan kadar AST dan ALT pada tikus yang terpapar timbal per-oral. Vitamin E tersebut mampu berperan sebagai antioksidan pemutus rantai reaksi dalam melindungi hepatosit dari radikal bebas dan menetralisir efek yang ditimbulkan dari paparan yang bersifat toksik serta sebagai antioksidan preventif (Patrick,2006). Buah alpukat yang digunakan dalam penelitian ini mengandung antioksidan berupa prekursor dari glutathione yaitu asam glutamate, glisin, sistin, dan metionin. Keempat asam amino ini diserap melalui jalur pencernaan protein di dalam lambung dan berlanjut di usus halus, dan memasuki sirkulasi darah melalui vena porta, kemudian akan dibawa ke hati dan dipergunakan sebagai substansi untuk mensintesis glutathione (Almatsier, 2001). Selain itu, glutathione dapat meregenerasi antioksidan terpenting yaitu asam

44 lipoat, vitamin E dan vitamin C kembali ke bentuk aktif (Mohora et al, 2007). Selain kandungan precursor glutathione, alpukat juga memiliki vitamin B2 (riboflavin) yang berperan sebagai prekursor Flavine Adenine Dinucleotida (FAD), koenzim yang dibutuhkan oleh glutathione reduktase dan mineral berupa selenium yang terkandung memiliki efek antioksidan pada enzim glutathione peroksidase (Berdanier et al, 2008).

45 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pemberian jus buah alpukat dapat menurunkan kadar AST dan ALT pada

tikus putih yang diinduksi meloxicam dosis toksik.

b. Dosis optimal jus buah alpukat dalam menurunkan kadar AST dan ALT adalah 10 g/kgBB/hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

a. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengamatan pada gambaran histopatologi organ hati.

b. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan menerapkan pada hewan kesayangan.

46 DAFTAR PUSTAKA

Adiyati, P. N. 2011. Ragam Jenis Ektoparasit pada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alfansuri, A.F . 2012 . Identifikasi Chilling Injury Buah Alpukat (Persea americana) dengan Gelombang Ultrasonik. IPB : Bogor.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia

Al-Rekabi, F.M.K., Abbas D.A dan Hadi N.R . 2009 . Effect of Subchronic exposure to meloxicam on some hematological, biochemical and liver histopathological parameters in rats . Iraq Journal of Veterinary Sciences Vol.23 Supplement II : 249-254. Baghdad University : Iraq

Allen, P.G., 2013. College of Veterinary Medicine. Washington State University: Washington

Astawan M. dan Leomitro A. 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, pp : 154-160, 128, 129.

Berdanier, C., Dwyer, J., dan Feldman, E. 2008. Handbook of Nutrition and Food. Second Edition. Boca Raton: CRC Press

Besselsen, D.G. 2004. Biology of Laboratory Rodent. Medical Books. New York. Bijanti, Retno. 2010 . Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner Edisi Pertama .

Percetakan Universitas Airlangga : Surabaya

Bousfield, B.B.R.W. Veterinary Bulletin, Agriculture, Fisheries and Conservation Department Newsletter. 2010; 1(4):1-12.

Busch, Ulrich et al . 1998 . Pharmacokinetics of meloxicam in animals and the relevance to humans . Department of pharmacokinetics : U.S.A

Chandra, A et al . 2013 . Pengaruh pH dan Jenis Pelarut Pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dan Biji Alpukat : Universitas Katolik Parahyangan.

Day, R., D, Williams, K., Handel, M. dan Brooks, P . 2000. Cognnective tissue and bone disorders. In : SG, Carruthers, BB. Hoffman, KL. /Melmon & DW.. Nierenberg (eds), Clinical Pharmacology. Edisi 4 : New York.

Devlin, MT. 2002. Bionergetics and Oxidative Metabolism In : Biochemistry with clinical correlation. Wiley-lisss. Canada :590-592

Dorantes, Lidia, FAO. 2006. Avocado Post Harvest Operation Chapter : Italy Federer, W.T. 1955. Experimental Design. The Macmillan Company, New York. Fitzpatrick, A. 2003. Ethics and animal research. J Lab Clin Med.;41:89-90.

Gilman, AG., Rall., TW., Nies, AS & Taylor, P . 1991 . The Pharmacological basis of therapeutics. Vol.11 . Edisi 8 . Pergamon Press : New York.

Geof, W.S., Jennifer, L.D., Lisa, A.T et al . 2008 . Extralabel Use Of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs In Cattle . JAVMA Vol.232 No.5 : FARAD Digest Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, Tengadi KA,

Santoso A, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.

Hariono, B. 2005. Hematology Veteriner. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta, 7-8

47 Hidayat, A . 2013 . Pengaruh Vitamin E Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar Yang Dipapar Timbale Per-Oral. Universitas Negeri Semarang : Semarang.

Husadha, Y. 1996. Fisiologi dan Pemeriksaan Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal : 224- 226.

Ide P. 2010. Health Secret Of Kiwi fruit. Jakarta : PT. Alex Media Computindo, pp : 9,11,15,16.

Katja, D.G., Suryanto, E., dan Wehantouw, F., 2009, Potensi Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Sebagai Sumber Antioksidan Alami, Chem. Prog. 2 (1) : 58-64.

Kali, M.B. 1997. Alpukat Budidaya dan Pemanfaatan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Koolman J, Röhm KH. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanandi SI,

penerjemah. Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari Color Atlas of Biochemistry. Lopez. VMG. 2002. Fruit Characterization of high oil contect avocado varieties.

Scientia Agricol.

Meyes PA, DK Granner, VW Rodwell dan DW Martin. 1991 . Biokimia. Alih Bahasa Mohora, Greabu, Muscurel, Duta, dan Totan. 2007. The Sources and the Targets of

Oxidative Stress in the Etiology of Diabetic Complications. J. Biophys. Vol. 17 (2): 63–84.

Moriwaki, K., T. Shiroishi dan H. Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Aplication to Biomedical Research. Japan ScientificSocieties Press. Karger, Tokyo.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nutrient data. 2010. Nutrition Facts Avocados, Raw, All Commercial Varieties. http:// www.nutritiondata.com/facts/fruits-and-fruit-juices/1843/2 [24 Mei 2010] Patrick, L. 2006 . Lead Toxicity Part II: The Role Of Free Radical Damage And The

Use Of Antioxidants In The Pathology And Treatment Of Lead Toxicity. Alternative Medicine Review : 114-127

Plantamor. 2012 . Persea americana M. (http://www. plantamor.com /index.php. plant=970) diakses 10 Januari 2015.

Pramushinta, A.A . 2008 . Pengaruh Teh Hijau Terhadap Kadar Enzim Alkali Phospatase Serum Tikus Wistar Yang Diberi Kloramfenikol . Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Semarang.

Prihatman, Kemal. 2000. ALPUKAT / AVOKAD (Persea americana Mill/Persea gratissima Gaerth). Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Putz, R. and Pabst, R., 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Extremitas Atas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Quane, D . 2010 . Varietas Alpukat di Indonesia . (http://www.ristek.go.id diakses 10 Januari 2015)

Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Denpasar: Bali Pr. Rukmana, R. 1997. Alpukat Seri Budi Daya. Kanisius : Jakarta.

48 Sagala, P.S . 2010 . Efek Protektif Jus Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Kerusakan Mukosa Lambung Mencit Yang Diinduksi Aspirin . Universitas Sebelas Maret : Surakarta

Samson, J.A. 1980. Tropical Fruits. Longman Inc: New York

Sari, W . 2008 . Care Your Self : Hepatitis. Jakarta. Penebar Plus : 27-28.

Sirois, M. 2005. Laboratory animal medicine: Principles and procedures. Elsevier Mosby, Philadelphia, USA. Pp 167,172.

Sloane,Ethel. 2004 . Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.

Smith, J.B and Mangkoewidjoyo, S . 1988 . Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Coba Di Daerah Tropis . Universitas Indonesia : Jakarta. Snell, R. S., 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta:EGC. 350-360. Universitas

Sparkes, A.H et al . 2010 . Long-term use of NSAIDs in Cats . Journal of Feline Medicine and Surgery Vol.12, 519 : JFMS Cinical Practice

Stelio, P.L et al . 2007 . Evaluation Of Adverse Effects Of Long-Term Oral Administration Of Carprofen, Etodolac, Flunixin Meglumine, Ketoprofen, And Meloxicam In Dogs . AVJR Vol.68 No.3 . School Of Veterinary Medicine And Animal Science : Brazil.

Sudjarwadi., Taufan, R and Dharmana, E . 2013 . Pengaruh Pemberian Ekstrak Phaleria Maccocarpa Dan Phyllanthus Niruri Terhadap Kadar AST, ALT dan Kreatinin Mencit. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Semarang. Sulistyowaty, Yeny. 2006 . Pengaruh Pemberian Likopen Terhadap Status

Antioksidan (Vitamin C, Vitamin E, Gluthathion Peroksidase) Tikus (Rattus norvegicus galur Sprague Dawley) Hiperkolesterolnemia . Universitas Diponegoro : Semarang.

Underwood, J. C. E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. edisi 2 vol.2. Jakarta: EGC. Wibowo AW, L Maslachah & R. Bijanti. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Buah

Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih(Rattus norvegicus) Diet Tinggi Lemak .Jurnal Veterinerian Medika Universitas Airlangga Vol. 1: 1- 5.

Widmann, F. K. 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.

49 Lampiran 1 :

Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus Wistar Jantan Sebelum Perlakuan Tikus ke-n Berat Badan

(gram) Kelompok 1 170 Kontrol Negatif (K1) 2 160 Kontrol Negatif (K1) 3 170 Kontrol Negatif (K1) 4 160 Kontrol Negatif (K1) 5 170 Kontrol Negatif (K1) 6 170 Kontrol Negatif (K1) 7 170 Kontrol Positif (K2) 8 170 Kontrol Positif (K2) 9 160 Kontrol Positif (K2) 10 180 Kontrol Positif (K2) 11 170 Kontrol Positif (K2) 12 160 Kontrol Positif (K2) 13 160 Perlakuan I (P1) 14 160 Perlakuan I (P1) 15 180 Perlakuan I (P1) 16 180 Perlakuan I (P1) 17 160 Perlakuan I (P1) 18 160 Perlakuan I (P1) 19 160 Perlakuan II (P2) 20 160 Perlakuan II (P2) 21 170 Perlakuan II (P2) 22 170 Perlakuan II (P2) 23 160 Perlakuan II (P2) 24 180 Perlakuan II (P2)

50 Lampiran 2 :

Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus Wistar Jantan Setelah Perlakuan Tikus ke-n Berat Badan

(gram) Kelompok 1 185 Kontrol Negatif (K1) 2 165 Kontrol Negatif (K1) 3 180 Kontrol Negatif (K1) 4 185 Kontrol Negatif (K1) 5 175 Kontrol Negatif (K1) 6 180 Kontrol Negatif (K1) 7 175 Kontrol Positif (K2) 8 170 Kontrol Positif (K2) 9 170 Kontrol Positif (K2) 10 180 Kontrol Positif (K2) 11 175 Kontrol Positif (K2) 12 165 Kontrol Positif (K2) 13 185 Perlakuan I (P1) 14 190 Perlakuan I (P1) 15 210 Perlakuan I (P1) 16 225 Perlakuan I (P1) 17 200 Perlakuan I (P1) 18 190 Perlakuan I (P1) 19 240 Perlakuan II (P2) 20 250 Perlakuan II (P2) 21 220 Perlakuan II (P2) 22 235 Perlakuan II (P2) 23 210 Perlakuan II (P2) 24 250 Perlakuan II (P2)

51 Lampiran 3 :

Volume Pemberian Na CMC 1% dan Meloxicam Pada Hari Ke-0 Volume pemberian diperoleh dari rumus :

 =, 

 × BB

Tikus ke-n Berat Badan (gram)

Jenis Perlakuan Volume Pemberian (ml)

1 170 Na CMC 1 % 1,7 2 160 Na CMC 1 % 1,6 3 170 Na CMC 1 % 1,7 4 160 Na CMC 1 % 1,6 5 170 Na CMC 1 % 1,7 6 170 Na CMC 1 % 1,7 7 170 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,7 8 170 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,7 9 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 10 180 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,8 11 170 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,7 12 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 13 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 14 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 15 180 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,8 16 180 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,8 17 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 18 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 19 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 20 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 21 170 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,7 22 170 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,7 23 160 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,6 24 180 Na CMC 1 % + Meloxicam 1,8

52 Lampiran 4 :

Volume Pemberian Na CMC 1 % dan Jus Buah Alpukat Selama 7 Hari Volume pemberian diperoleh dari rumus :

   1 % =, 

 × BB Tikus ke-n Berat Badan

(gram)

Jenis Perlakuan Volume Pemberian (ml) 1 170 Na CMC 1 % 1,7 2 160 Na CMC 1 % 1,6 3 170 Na CMC 1 % 1,7 4 160 Na CMC 1 % 1,6 5 170 Na CMC 1 % 1,7 6 170 Na CMC 1 % 1,7 7 170 Na CMC 1 % 1,7 8 170 Na CMC 1 % 1,7 9 160 Na CMC 1 % 1,6 10 180 Na CMC 1 % 1,8 11 170 Na CMC 1 % 1,7 12 160 Na CMC 1 % 1,6

13 160 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

14 160 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

15 180 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

16 180 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

17 160 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

18 160 Jus Buah Alpukat 5gr/kgBB

19 160 Jus Buah Alpukat 10gr/kgBB

20 160 Jus Buah Alpukat 10gr/kgBB

21 170 Jus Buah Alpukat 10gr/kgBB

22 170 Jus Buah Alpukat 10gr/kgBB

23 160 Jus Buah Alpukat 10gr/kgBB

53 Lampiran 5 :

MELOXICAM

Dokumen terkait