• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perusahaan berbentuk badan hukum terdiri dari Perseroan Terbatas (PT), koperasi dan yayasan.67 Namun, badan hukum yang paling populer sekarang ini adalah bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dan koperasi.68

2.4.1. Pembubaran Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan usaha yang mempunyai jangka waktu panjang, namun dapat juga bubar baik sebagaimana dijelaskan dalam UUPT maupun berdasarkan para ahli ekonomi.

1. Pembubaran berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT)

Perseroan terbatas merupakan bentuk usaha yang memiliki masa hidup tidak terbatas. Namun, PT dapat menjadi bubar karena beberapa alasan di antaranya yaitu berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir, berdasarkan penetapan pengadilan, dicabutnya kepailitan, harta pailit perseroan

67

Munir Fuady, Hukum Perusahaan, dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Adtya Bakti, 2002), hlm. 69.

68

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis,( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 3.

yang berada dalam keadaan insolvensi serta dicabutnya izin usaha perseroan. Ketentuan tersebut sebagaimana dinyatakan dalam UUPT, Pasal 142 yaitu sebagai berikut;

a. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);

1) Direksi, dewan komisaris atau 1 pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS (Pasal 144 ayat (1)) 2) Keputusan RUPS;

a) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah mufakat69 (Pasal 87 ayat (1)

b) RUPS dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ bagian dari jumlah pemegang saham hadir dengan hak suara atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan lain (Pasal 89 ayat (1)).

c) Jika kuorum70 ¾ tidak tercapai, maka dapat diadakan RUPS kedua yang dianggap sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling

69

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No 40 Tahun 2007, Pasal 87 ayat (1), yang dimaksud dengan “musyawarah untuk mufakat” adalah hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

70

Bahasa Belanda menyebutkan kuorum dengan quorum, yakni jumlah minimum yang harus hadir dari seluruh anggota untuk dapat mengambil keputusan. (Sudarsono, Kamus Hukum, Edisi Baru, Cet. 4,..., hlm. 385).

sedikit ¾ dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan lain (Pasal 89 ayat (2) dan (3))

d) Jika kuorum RUPS rapat kedua tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.

e) Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum yang ditetapkan dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua Pengadilan Negeri.

3) Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir (Pasal 145);

4) Berdasarkan penetapan pengadilan (Pasal 146);

a) Atas permohonan kejaksaan dengan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan;

b) Permohonan pihak yang berkepentingan, dengan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian71;

c) Permohonan Pemegang Saham, Direksi, atau Dewan Komisaris dengan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.72

71

Akta pendirian merupakan keterangan tertulis oleh notaris/pejabat yang berwenang yang memuat anggaran dasar perusahaan (perkumpulan dan sebagainya) yang didirikan. (Ibid. hlm. 25)

72

Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang No 40 Tahun 2007, Pasal 146 huruf c, salah satu alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan adalah perseroan tidak melakukan kegiatan usaha (non aktif) selama 3 (tiga) tahun atau lebih, yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan yang disampaikan kepada instansi pajak.

5) Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan Pengadilan Niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

6) Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit73 berada dalam keadaan insolvensi (tidak mampu membayar) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau

7) Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi74 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pembubaran perseroan berdasarkan para ahli ekonomi Islam

Pembubaran perseroan tidak hanya berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007, namun para ahli ekonomi Islam juga mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan Perseroan dapat berakhir baik itu bukan dari putusan pengadilan, berdasarkan putusan pengadilan, maupun pembubaran menurut Islam;75

a. Hal-hal yang tidak berasal dari putusan pengadilan dapat berupa masa berlakunya perjanjian kerja sama sudah habis waktu sebagaimana telah

73

Pailit ialah suatu keadaan di mana seseorang tidak mampu lagi untuk membayar utang-utangnya berdasarkan putusan hakim. (Ibid. hlm. 336)

74

Likuidasi merupakan proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditur dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham (pesero). (Ibid. hlm. 250)

75

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan

diperjanjikan, disebabkan karena kematian, disebabkan karena kebangkrutan, disebabkan karena ketidakmampuan dan perjanjian kerja sama yang tidak sah.

b. Pemutusan kerja sama berdasarkan putusan pengadilan dikarenakan gangguan mental, melakukan hal-hal yang merugikan Perseroan, dan bisnis yang lesu. c. Pembubaran Perseroan menurut Islam dapat berupa meninggalnya salah

seorang persero, atau karena salah seorang di antara mereka gila, atau dikendalikan pihak lain karena ketololannya, atau karena salah seorang di antara mereka membubarkannya.

2.4.2. Pembubaran Koperasi

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa koperasi juga merupakan salah satu badan hukum selain perseroan yang juga mempunyai kemungkinan untuk bubar. Berdasarkan Undang-Undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Pasal 102, pembubaran koperasi dapat terjadi dikarenakan beberapa alasan;

1. Keputusan Rapat Anggota yang diajukan oleh pengawas atau mewakili paling sedikit 1/5 dari anggota.

2. Jangka waktu berdirinya telah berakhir sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasarnya.

3. Keputusan Menteri tentang kepailitan koperasi yang berdasarkan Pengadilan Niaga atau dikarenakan tidak menjalankan organisasi selama dua tahun berturut-turut.