• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat-alat bukti

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-46)

D. Pembuktian dan Alat Bukti 1. Pembuktian

3. Alat-alat bukti

Menurut sistem HIR, dalam acara perdata/pidana hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, yang berarti bahwa hakim hanya boleh

mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja.

Berdasarkan ketentuan pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang sah adalah :

a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat;

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa.

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu alat bukti sebagaimana dimaksud pasal 184 ayat (1) KUHAP, sebagai berikut:

a. Keterangan saksi

Pasal 1 ayat (26) KUHAP menjelaskan bahwa, “saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu perkara pidana yang ia dengar sendir, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri”. Sedangkan, pasal 1 ayat (27) KUHAP menjelaskan yang dimaksud dengan keterangan saksi adalah “salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu” .

Adapun syarat keterangan saksi suapaya dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah, maka harus memenuhi 2 syarat, yaitu :

1) Syarat formil

Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap sah, apabila diberikan memenuhi syarat formil, yaitu saksi memberikan keterangan dibawah sumpah, sehingga keterangan saksi yang tidak disumpah hanya boleh dipergunakan sebagai penambah penyaksian yang sah lainnya.

2) Syarat materil

Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alat pembuktian (unus testis nulus testis) karena tidak mempunyai syarat materil, akan tetapi keterangan seorang atau satu saksi, adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu unsur kejahatan yang dituduhkan.37

Untuk penilaian suatu saksi menurut pasal 185 KUHAP bahwa:

(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan (testimony).

(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya. (4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang

suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu. (5) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim

harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan :

a. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain; b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain; c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk

memberikan keterangan yang tertentu;

d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya;

(6) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah lain

b. Keterangan ahli

Didalam KUHAP telah merumuskan pengertian tentang keterangan sebagai berikut :

1. Menurut pasal 1 ayat (23) KUHAP, bahwa “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”. 2. Menurut pasal 186 KUHAP, bahwa “Keterangan ahli ialah

apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan”.

Pembahasan tentang hal-hal mengenai keterangan ahli adalah suatu gambaran akan pentingnya seorang ahli dalam memberikan keterangan tentang suatu tundak pidana berdsarkan kemampuan atau keahlian di bidangnya.38

Kehadiran ahli didalam memberikan keterangan suatu penyidikan terjadinya tindak pidana menjadi sangat penting dalam semua tahap-tahap penyidikan, baik dalam tahap penyelidikan, penindakan, pemeriksaan maupun penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum.

c. Surat

Didalam pasal 187 KUHAP, yang dimaksud dengan surat sebagai mana pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah :

a) Beriata acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya, yang memuat keterangang tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialami sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;

b) Surat yang dibuat menurut ketentuan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang dimaksud mengenai tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukan bagi pembuktian sesatu hal atau sesuatu keadaan;

c) Surat dari keterangan ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesualu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;

d) Surat lain hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Pemeriksaan surat dipersidangan langsung dikaitkan dengan saksi-saksi dan pemeriksaan terdakwa. Pada saat pemeriksaan saksi, dinyatakan mengenai surat-surat yang ada keterkaitan dengan saksi yang bersangkutan kepada terdakwa pada saat memeriksa terdakwa.39

39 Leden Marpaung. 2010. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan &

d. Petunjuk

Pengaturan tentang alat bukti petunjuk terdapat pada pasal 188 KUHAP, yang berbunyi :

a. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya;

b. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diproleh dari :

(1) Keterangan saksi; (2) Surat;

(1) Keterangan Terdakwa.

c. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.

e. Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa sebagai alat bukti diatur dalam pasal 189 KUHAP, yang berbunyi sebagai berikut :

a) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan didepan di sidangan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami;

b) Keterngan terdakwa yang dikatakan diluar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya;

c) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan untuk dirinya sendiri;

d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa dirinya bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-46)

Dokumen terkait