• Tidak ada hasil yang ditemukan

33Ibid, h. 181.

3. Alat-alat Bukti yang sah dalam Hukum Pidana di Indonesia.

Hukum Acara Pidana melalui ketentuan Pasal 184 ayat 1 KUHAP telah menentukan secara limitatif alat-alat bukt i yang sah menurut Undang-Undang. Jenis-Jenis alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP diperinci sebagai berikut:

a. Keterangan Saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan terdakwa. a. Keterangan Saksi

Saksi menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara yang ia dengar,ia lihat dan ia alami sendiri.34

Keterangan Saksi menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP adalah salah-satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya ini.35

Alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti paling utama dalam perkara pidana,hampir semua pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi.Kriteria kekuatan alat bukti keterangan saksi ini yakni36

1. Harus diikuti sumpah / janji :

Pada praktik peradilan,sumpah selalu diucapkan selaku saksi memberi keterangan. Menurut Pasal 160 ayat (3) KUHAP, sebelum saksi memberiketerangan: “wajib mengucapkan” sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji37

a. Dilakukan menurut cara agamanya masing-masing, :

34

R. Soenarto Soerodibroto, op. cit,. h. 363.

35Ibid.

36

H. P. Panggabean, Hukum Pembuktian Teori-Praktik dan Yurisprudensi Indonesia, Cet.1, Alumni,Bandung, 2012, h. 84.

37

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Cet. 11, Sinar Grafika,Jakarta, 2009, h. 286.

b. Lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya.

Pasal 160 ayat (4) KUHAP memberi kemungkinan untuk mengungkapkan sumpah atau janji setelah saksi memberi keterangan.Saat pengucapan sumpah / janji, dalam hal dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah / janji dapat diucapkan sesudah saksi memberi keterangan.38

2. Keterangan saksi itu memiliki nilai sebagai bukti

Di dalam hal saksi menolak mengucapkan sumpah tanpa alasan sah Pasal 161 KUHAP menentukan adanya sanksi sandera selama 14 hari.

Pasal 1 angka 26 dan 27 KUHAP menentukan bahwa keterangan saksi itu adalah mengenai satu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri ,dilihat sendiri,dan dialami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.39

Dalam praktek peradilan,meski ketentuan Undang-undang yang tidak mengakui kesaksian de auditu sebagai alat bukti,akan tetapi jika ada pendengaran suatu peristiwa dari orang lain,maka kesaksian tersebut berharga (mempunyai nilai) karena hal itu memberi petunjuk bagi hakim untuk terpenuhinya ketentuan minimum pembuktian.Pasal 185 ayat (5) KUHAP juga menentukan bahwa keterangan saksi pendapat atau hasil pemeriksaan,tidak dapat dinilai sebagai alat bukti.

Pasal 185 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa keterangan saksi yang ia peroleh sebagai hasil pendengaran orang lain (testimonium de auditu = hearsay evidence) tidak mempunyai nilai sebagai bukti.

38Ibid.

Berkaitan dengan status testimonium de auditu,praktik peradilan ada yang ,menggunakan kesaksian de auditu sebagai bukti persangkaan (perdata) atau bukti petunjuk (pidana) dengan ketentuan bahwa saksi mempunyai alasan reasonable

untuk itu.40

3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan

Pasal 185 ayat(1) KUHAP menentukan bahwa keterangan saksi itu baru dapat bernilai sebagai alat bukti apabila keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan. Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan bukan merupakan alat bukti, dan tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa.41

4. Keterangan saksi saja tidak dianggap cukup

Pasal 185 KUHAP menentukan bahwa untuk membuktikan kesalahan seorang terdakwa,harus dipenuhi sekurang-kurangnya dengan 2 (dua) alat bukti (unus testis nullus testis).Di dalam hal si Terdakwa sudah mengakui kesalahannya (moral/pledge Shame) maka keterangan saksi tunggal untuk mencapai “the degree of evidence “,bukti tersebut harus dilengkapi/dicukupi dengan salah satu alat bukti lain berupa : keterangan ahli,petunjuk maupun pengakuan Terdakwa.Dalam pemeriksaan perkara cepat (kasus tindak pidana ringan) keyakinan Hakim cukup didukung satu alat bukti yang sah.42

5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri

40

H.P.Panggabean, op. cit,. h. 85.

41

M. Yahya Harahap, op. cit., h. 288.

42

Pasal 185 ayat (4) KUHAP menentukan bahwa keterangan beberapa saksi sebagai alat bukti yang sah harus terdapat saling berhubungan (hubungan kausalitas antar keterangan-keterangan tersebut.

Jenis-jenis saksi dalam sistem KUHAP :

a. Saksi A Charge (Memberatkan Terdakwa) dan Saksi A de Charge

(MeringankanTerdakwa)

Pasal 160 (1,c) KUHAP memberikan kewenangan kepada hakim untuk menseleksi kehadiran ke 2 jenis saksi yang akan diajukan Penuntut Umum dan oleh Penasihat Hukum Terdakwa.

b. Saksi Mahkota (Kroon Geterige = Witness Croal) Dalam Praktik peradilan dikenal adanya saksi mahkota yakni saksi yang diambil dari salah seorang Tersangka/Terdakwa yang kepadanya diberi mahkota.Saksi mahkota adalah orang yang dapat memberi keterangan guna kepentingan penyidikan,penuntutan,dan peradilan tentang suatu perkara yang pelakunya dengar sendiri, ia lihat sendiri dan dialami sendiri (Pasal 26 KUHAP).

Dalam proses pendengaran saksi mahkota,biasanya dilakukan pemeriksaan,penyidikan dan penuntutan dalam berkas perkara yang dipisahlan (berkas splitsing).Dapat terjadi bahwa saksi mahkota (sebagai Terdakwa dalam berkas splitsing) akan saling memberatkan atau meringankan.Kelemahan dari pendengaran saksi mahkota yaitu memberikan keterangan palsu dan untuk itu saksi dapat diancam ex Pasal 224 KUHP.43

43Ibid, h. 87.

Keterangan beberapa saksi sebagai alat bukti yang sah, harus terdapat saling berhubungan antara keterangan-keterangan tersebut, sehingga dapat membentuk keterangan yang membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.44

Penilaian tentang kebenaran keterangan para saksi terletak pada kewaspadaan hakim untuk sungguh-sungguh memperhatikan beberapa hal sesuai dengan Pasal 185 ayat 6 KUHAP yaitu45

1. Persesuaian antara keterangan saksi, :

Persesuaian tersebut harus jelas terlihat dalam pertimbangan hakim, dan diuraikan secara terperinci dan sistematis.

2. Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain,

Hakim dalam sidang maupun dalam pertimbangannya, harus meneliti dengan sungguh-sungguh saling persesuaian maupun pertentangan antara keterangan saksi dengan alat bukti lainnya.

3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu.

Hakim harus mencari alasan saksi memberikan keterangannya, tanpa mengetahui alasan saksi yang pasti, akan memberikan gambaran yang kabur tentang keadaan yang diterangkan saksi.

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi.Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam Pasal 168 KUHAP berikut:

a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;

44

M. Yahya Harahap, h. 290.

b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,saudara ibu atau saudara bapak,juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan,dan anak-anak saudara terdakwa,sampai derajat ketiga;

c. suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.46

Di samping karena hubungan kekeluargaan (sedarah atau semenda),ditentukan oleh Pasal 170 KUHAP bahwa mereka yang karena pekerjaan,harkat,martabat, atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban memberi keterangan sebagai saksi.47

Hakim dalam mempergunakan kebebasan menilai kekuatan pembuktian kesaksian, harus benar-benar bertanggung jawab. Kebebasan penilaian tanpa didasari rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat menciptakan kesewenangan dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bersalah. Kebebasan penilaian hakim ini harus berpedoman untuk mewujudkan kebenaran sejati.

Pasal 171 KUHAP terdapat kekecualian untuk memberi kesaksian di bawah sumpah ialah:

a. anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin;

b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik kembali.

48

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP,keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

b.Keterangan Ahli

49

Definisi seorang ahli menurut California Evidence Code yaitu seseorang yang dapat memberi keterangan sebagai ahli jika ia mempunyai pengetahuan,

46

Andi Hamzah, op. cit., h.260.

47Ibid, h. 261.

48

M. Yahya Harahap, op. cit,. h. 295.

49

keahlian, pengalaman, latihan, atau pendidikan khusus yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai seorang ahli tentang hal yang berkaitan dengan keterangannya.50

Keterangan seorang ahli dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum maka pada pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim.51

Ahli dipanggil dan diperiksa oleh penyidik apabila penyidik “menganggap perlu” untuk memeriksanya (Pasal 120 ayat 1 KUHAP). Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang yang memiliki “keahlian khusus”.Maksud dan tujuan pemeriksaan ahli,agar peristiwa pidana yang terjadi bisa “terungkap lebih terang”. Di masa yang akan datang, diperkirakan peranan para ahli dalam pemeriksaan peristiwa pidana, semakin menonjol dan diperlukan.52

Isi keterangan seorang saksi dan ahli berbeda. Keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri sedangkan keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu penilaian mengenai hal-hal yang sudah nyata ada dan pengambilan kesimpulan mengenai hal-hal itu. KUHAP membedakan keterangan

50

Andi Hamzah, op. cit., h. 273.

51Ibid.

52

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, cet. 13, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 146.

seorang ahli di persidangan sebagai alat bukti “keterangan ahli” (Pasal 186 KUHAP) dan keterangan seorang ahli secara tertulis di luar sidang pengadilan sebagai alat bukti “surat” (Pasal 187 butir c KUHAP).53

Pasal 187 butir c KUHAP menyebutkan bahwa surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diinta secara resmi daripadanya.

Pasal 186 KUHAP menyebutkan bahwa keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan dalam sidang pengadilan.

54

Pada Pasal 133 KUHAP, pendapat ahli yang dimintakan penyidik dituangkan dalam bentuk tertulis. Keterangan bentuk tertulis dari seorang ahli inilah yang lazim disebut dalam praktek hukum Visum et Repertum.55

Pasal 133 ayat 1 KUHAP menyebutkan bahwa dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.56

Kekuatan alat bukti keterangan ahli bersifat bebas, karena tidak mengikat seorang hakim untuk memakainya apabila bertentangan dengan keyakinannya. Guna keterangan ahli di persidangan merupakan alat bantu bagi hakim untuk menemukan kebenaran, dan hakim bebas mempergunakan sebagai pendapatnya sendiri atau tidak. Apabila bersesuaian dengan kenyataan yang lain di persidangan, keterangan ahli diambil sebagai pendapat hakim sendiri. Jika

53

Andi Hamzah,op. cit., h. 274.

54

R. Soenarto Soerodibroto, op. cit., h. 439.

55

M. Yahya Harahap, op. cit., h. 147.

56

keterangan ahli tersebut bertentangan, bisa saja dikesampingkan oleh hakim berdasarkan alasan yang jelas.57

c.Surat

Pengertian surat menurut Sudikno Mertokusumo ialah segala sesuatu yang memuat tanda bacaan,yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang dan dapat dipergunakan sebagai pembuktian.Menurut Asser-Anema Surat ialah segala sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran. Segala sesuatu yang tidak memuat tanda-tanda bacaan, atau meskipun memuat tanda-tanda bacaan, akan tetapi tidak mengandung buah pikiran, tidaklah termasuk dalam pengertian alat bukti tertulis atau surat.58

Diluar pengertian itu, ada beberapa bentuk tanda bacaan yang tidak termasuk jenis surat (disebut sebagai demonstrative evidence= benda untuk meyakinkan saja) antara lain : foto, peta, denah, meskipun ada tanda bacanya ,tetapi tidak mengandung suatu buah pikiran atau isi hati seseorang.Dalam praktik peradilan,melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.39/TU/88/102 Pid tanggal 14 Januari 1988 ditentukan bahwa :“microfilm atau microchip dapat digunakan sebagai bukti sah dalam perkara pidana (menggantikan alat-alat bukti surat sebagai diatur dalam Pasal 184 ayat(1) sub c KUHAP)”.59

57

Hari Sasangka;Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, cet. 1, Mandar Maju, Bandung, 2003, h. 61.

58Ibid, h. 62.

59

H.P.Panggabean, op. cit., h. 90.

Dengan ketentuan:“baik microfilm atau microchip itu sebelumnya dijamin keotentikannya yang dapat ditelusuri kembali dan registrasi maupun berita acara”.

Berpedoman pada isi SEMA tersebut diatas alat bukti dapat bersifat :

a. Oral,merupakan kata-kata yang diucapkan dalam persidangan (keterangan saksi,keterangan ahli dan keterangan terdakwa);

b. Documentary : surat;

c. Demonstrative evidence : alat bukti materiil seperti microfilm dan

microchip.60

1. Macam-Macam Alat Bukti Surat a. Surat biasa

Sebuah surat yang dibuat tanpa maksud dijadikan alat bukti.Jika kemudian menjadi alat bukti, hal itu merupakan suatu kebetulan saja.61 b. Akta Otentik

Akta berbeda dengan surat biasa, sebuah akta memang sengaja dibuat dengan tujuan untuk dijadikan alat bukti. Akta otentik dalam hukum acara perdata diatur dalam Pasal 165 HIR adalah surat yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang berkuasa membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak daripadanya, yaitu tentang segala hal, yang tersebut dalam surat itu dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja, tetapi yang tersebut kemudian itu hanya sekedar diberitahukan itu langsung berhubung dengan pokok dalam akta itu. 62

Akta Otentik terdiri dari 2 yaitu :

60Ibid, h.91.

61

Hari Sasangka;Lily Rosita, op. cit., h. 68.

1. Acta ambteljk,yakni akta otentik yang dibuat sesuai kehendak Pejabat Umum tersebut.

2. Acta Partij,yakni akte otentik yang para pihak dihadapan pejabat umum.63

c. Akta di Bawah Tangan

Suatu akta yang dibuat oleh para pihak tanpa bantuan pejabat umum dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai alat bukti.

Sejalan dengan tujuan hukum acara pidana untuk mencari kebenaran materil,konsekuensi sistem tersebut adalah bahwa hakim bebas untuk menggunakan atau mengesampingkan sebuah bukti surat sistem pembuktian dalam Hukum Acara Pidana ditentukan dalam Pasal 183 KUHAP bahwa surat terdakwa harus berdasarkan kesalahannya terbukti dengan sekurang-kurangnya 2(dua) alat bukti yang sah dan Hakim memperoleh keyakinan atas kesalahan terdakwa.

Pada praktek peradilan sering terjadi putusan pembebasan terdakwa atas dakwaan karena Hakim selalu menganut prinsip minimum pembuktian yang otentik Pasal 183 KUHAP,yang menentukan:

a. Sekurang-kurangnya dengan 2 alat bukti sah;

b. Dianggap tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa,hanya dengan satu alat bukt i yang berdiri sendiri.

63

Terobosan terhadap prinsip tersebut,ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP,yang menentukan :“Dalam acara pemeriksaan cepat (tindak pidana ringan) keyakinan hakim cukup didukung satu alat bukti yang sah”.64

d.Petunjuk

Pengertian petunjuk sesuai dengan Pasal 188 KUHAP adalah perbuatan,kejadian, atau keadaan, yang karena persesuaian,baik antar yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.65

Berbeda dengan alat bukti yang lain,yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan keterangan terdakwa maka alat bukti petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. Akibat diperoleh dari alat bukti lain, maka alat bukti petunjuk bukan merupakan alat bukti langsung (indirect bewijs).66

Tugas Hakim akan lebih sulit dalam mempergunakan alat bukti petunjuk karena harus mencari hubungan antara perbuatan, kejadian atau keadaan, menarik kesimpulan yang perlu serta mengkombinasikan akibat-akibatnya dan akhirnya sampai pada suatu keputusan tentang terbukti atau tidaknya sesuatu yang telah didakwakan.67 Sehingga pengamatan oleh hakim (eigen warneming van de rechter) harus dilakukan selama sidang, apa yang telah dialami atau diketahui oleh hakim sebelumnya tidak dapat dijadikan dasar pembuktian, kecuali kalau perbuatan atau peristiwa itu telah diketahui oleh umum.68

64Ibid, h. 92

65

R.Soenarto Soerodibroto, op. cit., h. 440.

66

Hari Sasangka;Lily Rosita, op. cit., h. 75.

67Ibid,h. 79.

68

e.Keterangan terdakwa

Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. (Pasal 1 butir 15 KUHAP).

Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. (Pasal 1 butir 14 KUHAP).69

Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan dalam sidang terhadap perbuatan yang ia lakukan sendiri atau yang ia alami sendiri. (Pasal 189 ayat 1 KUHAP).70

1. Mengaku ia melakukan delik yang didakwakan

Keterangan Terdakwa ada kemungkinan berisi pengakuan terdakwa, Keterangan terdakwa tidak perlu sama dengan pengakuan terdakwa. Pengakuan terdakwa sebagai alat bukti mempunyai syarat-syarat :

2. Mengaku ia bersalah

Namun ada kemungkinan terdakwa memberikan pengakuan untuk sebagian yaitu terdakwa mengaku melakukan delik yang didakwakan tetapi ia tidak mengaku bersalah karena membela diri atau terdakwa mengaku melakukan delik yang didakwakan tetapi tidak sebesar yang didakwakan.71

1. Pengakuan harus diberikan oleh terdakwa sendiri secara bebas dan tidak dipaksa;

Oleh karena itu, pengakuan terdakwa harus memenuhi syarat-syarat yang tidak mudah untuk diterima sebagai alat bukti :

2. Pengakuan harus diberikan di sidang pengadilan yang memeriksa perkara terdakwa tersebut;

69

R.Soenarto Soerodibroto, op. cit.,h. 361.

70Ibid, h. 440.

71

3. Pengakuan harus menyatakan dengan teliti cara-cara kejahatan tersebut dilakukan dan terdakwa mempunyai kesengajaan tertentu untuk melakukan suatu tindak pidana;

4. Pengakuan harus diberikan secara tegas bahwa terdakwa yang telah melakukan kejahatan yang dituduhkan kepadanya;

5. Pengakuan harus dikuatkan oleh keadaan-keadaan lain;

6. Pengakuan oleh terdakwa yang diterima harus didasarkan atas keyakinan hakim.72

Landasan penilaian atas keterangan terdakwa dengan kekuatan pembuktian keterangan terdakwa dapat dilakukan melalui 3 kriteria di bawah ini:

1. Sifat nilai pembuktiannya adalah bebas

Dalam sistem pembuktian hukum pidana,maka hakim berwenang menilai kebenaran keterangan terdakwa didasari alasan argumentatif,dengan menghubungkan dengan alat bukti yang lain.

2. Penilaian hakim harus didasari batas minimum pembukt ian.

Pengesahan pasal 189 (4) KUHAP memuat asas batas minimum pembuktian sehingga untuk menghukum terdakwa harus ada sekurang-kurangnya satu alat bukti yang lain untuk mencukupkan alat bukti keterangan terdakwa.

3. Harus memenuhi asas keyakinan hakim.

72Ibid, h. 86.

Keyakinan hakim harus melekat pada putusan yang diambilkan sesuai sistem pembuktian yang diatur Pasal 183 KUHAP (asas pembuktian menurut UU secara negatif).73

1. Pemeriksaan Setempat (plaatselijke onderzuk / locally examine)

Meskipun Hukum Pidana Indonesia sekarang masih menganut alat-alat bukt i yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP, tetapi tidak menutup kemungkinan para Penegak Hukum Indonesia memberi Putusan menemukan hukum dan menganut perluasan alat-alat bukti yang telah diakui di Negara-negara lain di bawah ini :

Pemeriksaan setempat sudah terbiasa dalam praktek peradilan yakni suatu proses pemeriksaan persidangan diluar sidang pengadilan.Tujuan pemeriksaan setempat adalah untuk menemukan suatu kepastian agar proses pembuktian lebih mudah dalam penilaian bukti perkara,misalnya:

a. Di tempat kejadian kecelakaan lalu-lintas; b. Melihat batas-batas tanah dalam perkara tanah. 2. Whistle Blower (Peniup Peluit = Pengungkapan)

Saat ini sering terjadi seseorang bertindak sebagai Whistle Blower dalam upaya mengungkapkan ketidakpuasan dirinya menghadapi ketidakbenaran suatu proses produksi di perusahaan tempat dia bekerja dan/atau dalam dunia pekerjaan di tempat dia bertugas.74

73

H. P. Panggabean, op. cit, h. 94.

Di Indonesia, melalui pemberitaan media pers sering kasus-kasus pidana yang melibatkan figur-figur publik sebagai calon-calon Whistle Blower,antara lain:

a. Kasus Komjen Pol.Susno Duadji terhadap kasus Gayus Tambunan dan PT.Arwana;

b. Kasus Gayus Tambunan terhadap Cirus Sinaga;

c. Kasus Agus Tjondro terhadap kasus Travel Check pesawat anggota DPR-RI tahun 2004-2009;

d. Kasus Nazaruddin terhadap kasus Wisma Atlet di Palembang (SEA GAMES 2011) dan kasus proyek Pelatnas Centre di Hambalang,Bogor; e. Kasus Ida Wadde terhadap kasus Banggar (Badan Anggaran) DPR-RI

tahun 2009-2011;75

3. Alat-Alat Bukti Bersifat Saintifik

Dalam praktek peradilan sudah sering terjadi penerapan alat bukti saintifik.Munir Fuady telah mengajukan bahasan penerapan alat bukti sainstifik dengan 2(dua) klasifikasi kriteria penerapan alat bukti,yakni:

a. Jenis-jenis alat bukti saintifik:

1. Keterangan dari orang yang dihipnotis untuk menolong mengingat masalalunya;

2. Keterangan dari orang yang sedang mabuk minuman keras; 3. Penggunaan truth serum test;

4. Blood typing test;

75Ibid, h. 96.

5. The systolic blood pressure deception test;

6. Mathematical certainty (the calculus of probability),atau the frequency theory of probability;

7. Penggunaan tes statistik untuk mengukur kemungkinan tingkat kesalahan dari suatu kesimpulan;

8. Penggunaan anjing pelacak untuk menentukan pelaku pembunuhan/perampokan/pencurian.76

b. Model-model alat bukt i saintifik yang sudah diterapkan,yakni:

)

1. Tes kimia/darah terhadap orang mabuk;

2. Pencatatan dan deteksi kecepatan (penggunaan radar atau VASCAR);

3. Laboratorium polisi,seperti sidik jari (termasuk

fingerprinting,soleprints,dan palmprints),analisis kimia terhadap narkotika, tes kepalsuan tanda tangan,kepalsuan dokumen,dan lain-lain;

4. Tes darah untuk membuktikan ada tidaknya hubungan darah diantara ibu dan anak;

5. Tes urin untuk membuktikan pemakaian narkotika;

6. Tes breathalyzer untuk menganalisis sampel pernafasan dalam membuktikan kandungan alkohol dalam darah;

7. Tes nalline untuk membuktikan penggunaan narkotika; 8. Tes DNA untuk membuktikan pelaku kejahatan;

76Ibid, h. 97.

9. Microanalysis,untuk menganalisis benda-benda yang sangat kecil,seperti pecahan kaca,serat kayu,jenis tanah,jenis rambut/bulu,dan lain-lain;

10.Neutron activation analysis untuk mengidentifikasi dan membandingkan alat bukti fisik (physical evidence) misalnya,dilakukan terhadap rambut,debu,kertas,kayu,pecahan

Dokumen terkait