METODE PENELITIAN
E. Alat dan Instrumen Penelitian
Alat β alat yang digunakan adalah
1. Alat-alat pembuatan serbuk kering daun sirih merah (Piper crocatum)
antara lain : mesin penyerbuk (blender), timbangan, oven.
2. Alat-alat pembuatan infusa daun sirih merah (Piper crocatum) antara lain : Bekker glass, timbangan, batang pengaduk, gelas ukur, panci infusa,
heater, stopwatch, kain flanel.
3. Alat-alat uji toksisitas antara lain : kandang tikus (metabolic cage), timbangan, Bekker glass, jarum suntik per oral, spuit injeksi, Ependorf, pipa kapiler (haematokrit).
F. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hingga ke
2. Pengumpulan bahan uji
Daun sirih merah (Piper crocatum) untuk bahan uji dipilih dalam kondisi segar dan berwarna hijau pada bagian tengah antara pucuk dan pangkal daun.
Daun sirih merah yang diperoleh berasal dari hasil kebun yang dilakukan oleh
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang diberikan pada bulan Maret 2013.
3. Pembuatan serbuk daun sirih merah
Petikan daun sirih merah (Piper crocatum) dicuci dan dikeringkan, kemudian dimasukan dalam oven dengan suhu Β± 50oC selama 24 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan no. 30 dan
dilakukan perhitungan rendemen menggunakan
rumus :πππππ‘ππππππ
πππππ‘π πππππx 100 % (Sharief, 2006).
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun sirih merah
Penetapan kadar air menggunakan metode gravimetri dengan bantuan
alat Moisture Balance. Dimasukkan Β±5 g serbuk daun sirih merah ke dalam alat,
kemudian diratakan. Timbang bobot zat sebagai bobot sebelum pemanasan
(bobot a) panaskan pada suhu 1100C selama 30 menit. Setelah itu, ditimbang bobot zat setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot a dan bobot b merupakan
kadar air yang diselidiki.
Dari 1 Kg daun sirih merah basah didapatkan 230,18g daun sirih merah
kering. Maka, diperoleh rendemen sebesar :
230,18 π
Untuk perhitungan kadar air menggunakan metode gravimetri, maka
digunakan rumus :π΅ππππ‘ππ€ππβπππππ‘ππβππ
πππππ‘ππ€ππ Γ 100%
5. Penetapan dosis infusa daun sirih merah
Dosis terapi infusa daun sirih merah (Piper crocatum) adalah 23 g/70 Kg BB untuk manusia 70 Kg. Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018
(Laurence and Bacharach, 1964).
Dosis untuk 200g tikus = 0,018 x 23g
= 0,414g/200g BB
= 2,07x10-3g/g BB
= 2,07 g/Kg BB
Dalam penelitian ini dibuat 3 peringkat dosis, dengan cara menggunakan
kelipatannya. Angka kelipatan yang digunakan sebesar satu setengah kalinya,
sehingga diperoleh tiga peringkat dosis yaitu 1,38 ; 2,07 ; 3,105 g/kgBB.
6. Penetapan dosis aquadest sebagai kontrol negatif
Untuk penentuan dosis aquadest digunakan dosis tertinggi untuk
mengetahui jumlah volume maksimum yang diberikan kepada hewan uji. Dosis
tertinggi 3,105 g/kgBB, berdasarkan rumus didapatkan volume maksimum yaitu :
D x BB =C x V
3,105g/Kg BB x 200g = 20% x V
V = 3,105 ml/200g BB
Maka dosis aquadest adalah :
V = 0,015525 g/g BB (karena 1ml aquadest sama dengan 1g)
V = 15,525 g/Kg BB
7. Pembutan infusa daun sirih merah
Dalam pembuatan infusa, sebanyak 20 g serbuk kering daun sirih merah
(Piper crocatum) ditimbang dan dicampur dengan 100 ml aquadest. Campuran ini dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 900C pada heater (waktu terhitung dari suhu campuran telah mencapai 900C). Air yang diperoleh kemudian disaring menggunakan kain flanel dan ditambahkan aquadest hingga 100 ml. Konsentrasi infusa yang didapat adalah 20%.
8. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan berjumlah 40 ekor, terdiri dari tikus jantan
dan betina, galur Wistar, umur 2- 3 bulan, berat badan 100 β 200 g. Ditempatkan dalam metabolic cage. Pada setiap metabolic cage berisi satu tikus. Sebelum dilakukan perlakuan hewan uji diadaptasikan pada metabolic cage selama 3 hari.
9. Pengelompokan hewan uji
Tikus sebanyak empat puluh ekor yang digunakan dalam penelitian,
dibagi menjadi empat kelompok secara acak, yaitu tiga sebagai kelompok
perlakuan dan satu kelompok perlakuan yang masing β masing kelompok terdiri
dari sepuluh ekor tikus (lima jantan dan lima betina). Pada kelompok satu
merupakan kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquadest dengan dosis 15,252 g/KgBB sedangkan kelompok II hingga IV diberikan perlakuan infusa
daun sirih merah (Piper crocatum) dengan peringkat dosis berturut β turut, yaitu 1,38 ; 2,07 ; 3,105 g/KgBB tikus.
10. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis
Infusa daun sirih merah (Piper crocatum) yang merupakan sediaan uji diberikan pada hewan uji sesuai dosis pemberian dengan kekerapan pemberian
satu kali sehari selama 28 hari pada tikus jantan dan betina dengan tetap diberi
makan dan minum. Pada awal masa uji yaitu pada hari I, darah semua tikus
diambil melalui sinus orbital mata, Pengambilan darah tersebut dilakukan dengan
menusukkan pipa kapiler langsung ke sinus orbital mata. Sampel darah yang
diambil kemudian ditampung pada Ependorf berisi heparin untuk diambil serum darah, diberi kode kemudian dikirim ke Parahita Medical Lab untuk dilakukan
pengukuran kadar glukosa darah tikus. Pemberian infusa daun sirih merah
dilakukan selama 28 hari pada setiap kelompok perlakuan sesuai dengan peringkat
dosis. Pada hari ke-29 darah semua tikus diambil kembali melalui vena orbital
mata ditampung pada Ependorf berisi heparin untuk diambil serum darah kemudian dilakukan kembali pengukuran kadar glukosa darah tikus. Pada hari
ke-29 juga dilakukan pembedahan setengah dari hewan uji baik jantan maupun betina
untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. Kemudian pada hari ke-42 (14 hari
setelah hari ke-28) dilakukan pembedahan hewan uji yang tersisa untuk melihat
reversibilitas.
11. Prosedur Pembedahan
Pertama-tama disiapkan pot organ yang yag telah diberi label dan yang
sesuai dengan nomor tikus yang akan dibedah dan telah diisi dengan formalin
10% untuk menyimpan organ. Kemudian, menyiapkan alat-alat bedah yang akan
digunakan untuk menampung NaCl 0,9% mencuci organ setelah dibedah. Setelah
itu, tikus yang akan dibedah di dislokasi leher terlebih dahulu kemudian posisikan
tikus pada papan bedah menggunakan pins. Bedah dimulai dari bagian perut
sampai bagian leher menggunakan gunting bedah. Kemudian, ambil dan pisahkan
masing-masing organ menggunakan gunting bedah dengan bantuan pinset,
pastikan tiap-tiap organ tidak tercampur, kemudian organ tersebut dicuci dengan
NaCl 0,9% kemudian dimasukkan ke dalam pot organ yang sesuai antara label
tikus yang dibedah dengan label yang ada di pot organ. Sisa organ tikus yang
tidak terpakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat agar tidak
ada bau yang keluar, kemudian di kubur.
12. Pengamatan
a. Pengamatan berat badan hewan uji
Pengamatan berat badan terhadap hewan uji dilakukan dengan cara
menimbang hewan uji dengan timbangan. Penimbangan berat badan hewan uji
dilakukan setiap hari. Perhitungan purata berat badan tikus dilakukan dengan cara
menambahkan berat badan tikus kemudian dibagi dengan jumlah tikus ditiap
kelompok dilakukan pada hari 0, 7, 14, 21, 28. Kemudian data yang diperoleh
dianalisis secara statistik.
b. Pengukuran asupan pakan hewan uji
Hewan uji diberikan asupan pakan setiap hari sebanyak 20 g dan
dilakukan penggantian pakan setiap harinya. Cara mengukur besarnya asupan
pakan tikus yaitu dengan menghitung selisih berat pakan hari kedua dikurangi
pada hari pertama, kemudian pada hari kedua pakan yang masih tertinggal pada
wadah ditimbang. Selisih penimbangan antara berat pakan hari kedua dengan
berat badan hari pertama inilah yang dihitung sebagai asupan makanan pada hari
pertama.
c. Pengukuran asupan minun hewan uji
Hewan uji diberikan minum berupa aquadest sebanyak 150 ml. Minuman
diberikan dalam wadah botol kaca yang diberi pipa seperti tabung reaksi yang
diberi lubang pada ujungnya. Pengukuran asupan minum hewan uji dilakukan
dengan cara memasukkan 150 ml air pada wadah dihari pertama, kemudian pada
hari kedua jumlah sisa air yang masih terdapat dalam botol dihitung. Air minum
yang dihabiskan tikus pada hari pertama dihitung dengan cara mengurangkan
jumlah air minum yang diberikan pada hari pertama dengan jumlah air minum
sisa pada hari kedua.
13. Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan hispatologis dilakukan dengan cara pembedahan untuk
diambil organ pankreas. Sebelum melakukan pembedahan, tikus dikorbankan
dengan cara diskolasi leher yaitu mematikan hewan uji dengan cara menarik leher
dan ekor secara bersamaan sehingga tulang leher patah. Kemudian dilakukan
pembedahan terhadap tikus. Tikus diletakkan secara terlentang diatas papan
pembedahan (gabus/steroform) dan dibedah caesar dengan membuat irisan digaris
tengah ventral tubuh mulai dari area bukaan genitalia hingga ke leher. Rongga
dilakukan pemeriksaan histopatologis. Organ kemudian dicuci bersih dengan
aquadest kemudian difiksasi, diletakkan didalam pot yang berisi formalin 10%.
14. Histopatologi pankreas
Pembacaannya preparat dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada. Perubahan pankreas yang diamati meliputi bagian
endokrin dan bagian eksokrin yang meliputi pulau Langerhans dan sel - sel asinar.
Pengamatan dilakukan di bawahmikroskop cahaya pembesaran 400x dengan
bantuan video mikrometer.
Pengambilan organ pankreas dengan cara nekropsi setelah tikus mati,
selanjutnya dibuat preparat agar mudah diamati dibawah mikroskop. Pembuatan
preparat histopatologi tersebut secara berurutan difiksasi di dalam larutan buffer
netral formalin, trimming, dehidrasi, infiltrasi dengan parafin, diiris dengan
mikrotom dan diwarnai dengan hematosilin-eosin (HE). Pewarnaan dilakukan
dengan cara menginkubasi preparat otot dengan larutan Mayerβs hematoxilyn,
kemudian diinkubasi dalam larutan Eosin 0,5% yang sudah ditambah asam asetat
(100 : 1) selama 5 menit.