• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)/ Intra Uterine

2.2.1. Pengertian

AKDR/IUD adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis dengan cara kerja utamanya adalah mencegah

pembuahan dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedik lain yang sudah dilatih (Pendit, dkk, 2006).

2.2.2. Jenis AKDR/IUD

Jenis AKDR/IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a. Copper-T

AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

AKDR/IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm², fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada AKDR/IUD Copper-T.

c. Multi Load

AKDR/IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm²

atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small dan mini.

d. Lippes Loop

AKDR/IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian AKDR/IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.3. Efektifitas

Sebagai kontrasepsi, AKDR/IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100% bergantung pada jenis AKDR/IUD. Yang terbaru tipe Copper T

efektifitasnya sangat tinggi, bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan ektopik (Meilani, 2010).

2.2.4. Mekanisme Kerja AKDR/IUD

Mekanisme kerja AKDR/IUD adalah sebagai berikut : a. Menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopii

b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR/IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR/IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.5. Keuntungan AKDR/IUD

Keuntungan dari AKDR/IUD ini adalah sebagai berikut : a. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. b. AKDR/IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

c. Metode jangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti)

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik e. Tidak memengaruhi hubungan seksual

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode kontrasepsi hormonal

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

l. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen

m. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang terkandung didalamnya (Pinem, dkk, 2009).

n. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi

o. Tidak menimbukan efek sistematik p. Efektivitas cukup tinggi

q. Reversible (Sarwono, 2009).

2.2.6. Kerugian

Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah :

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) yaitu :

a. Haid lebih lama dan banyak.

b. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. c. Saat haid lebih sakit.

b. Komplikasi lain :

a. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.

b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.

c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). c. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

a. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

b. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR/IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

c. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR/IUD. Sering kali perempuan takut selama pemasangan

d. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR/IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

e. Klien tidak dapat melepaskan AKDR/IUD sendiri

f. Mungkin AKDR/IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR/IUD dipasang segera setelah melahirkan).

g. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR/IUD untuk mencegah kehamilan normal (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.7. Indikasi

a. Usia reproduktif

b. Telah mendapat persetujuan dari suami

c. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang 5 cm. d. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.

e. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.

f. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas 30 tahun.

g. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang h. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi i. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

j. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi k. Resiko rendah dari IMS

l. Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2003).

2.2.8. Kontraindikasi Pemakaian AKDR/IUD

Menurut Meilani (2010), kontraindikasi pemakaian AKDR/IUD adalah : a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri

f. Kanker alat genital

g. Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm

2.2.9. Cara Pemasangan AKDR/IUD

Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR/IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu

serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR/IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Hartanto, 2004).

Dokumen terkait