• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Klasifikasi Aliran

7. Aliran Berubah Beraturan

Aliran berubah beraturan (spatially varied flow) atau lambat laun (gradually) memiliki debit seragam akibat pertambahan ataupun pengurangan air di sepanjang saluran. Pertambahan maupun pengurangan air ini akan menyebabkan gangguan pada energi atau kadar momentum (momentum content) aliran. Maka sifat-sifat hidrolis aliran berubah beraturan akan lebih rumit dibandingkan dengan aliran yang debitnya tetap.

Sifat-sifat hidrolis aliran berubah beraturan yang debitnya bertambah besar dalam hal-hal tertentu berbeda dengan aliran yang sama namun debitnya berkurang. Adapun jenis aliran berubah beraturan ada saluran adalah :

1. Aliran dengan penambahan debit (flow with increasing discharge) Aliran ini terjadi jika campuran turbulensi pertambahan air yang mengalir disepanjang aliran. Maka kehilangan energi yang besar membuat

saluran yang direncanakan untuk aliran berubah beraturan secara hidrolis kurang berfungsisecara tepat.

2. Aliran dengan penurunan debit (flow with decreasing discharge)

Pada dasarnya aliran berubah beraturan ini dapat dianggap sebagai aliran terbagi yaitu : air yang terbagi tidak mempengaruhi tinggi energi.

Jenis aliran ini telah diteliti dan diperiksa secara teori maupun hasil percobaan. Maka penggunaan persamaan energi dapat mempermudah dalam menyelesaikan masalah ini.

Langkah-langkah untuk menurunkan persamaan aliran berubah beraturan adalah :

1. Aliran bergerak dalam satu arah, adanya arus melintang yang cukup deras berbentuk aliran melingkar, khususnya pada saluran pelimpah.

Akibat efek arus dan turbulensi yang ditimbulkan tidak dapat diuraikan, untuk mengatasi hal tersebut dapat menggunakan prinsip momentum.

Permukaan air dalam arah lateral yang tidak menentu akibat adanya arus melintang dapat diabaikan.

2. Pembagian kecepatan pada penampang melintang selalu tetap dan seragam yaitu : koefisien pembagian kecepatan diambil = 1. Tetapi jika diperlukan nilai koefisien yang tepat dapat diterapkan.

3. Tekanan pada aliran bersifat hidrostatis, terjadi akibat aliran sejajar.

Akan tetapi pada bagian pengeluaran aliran akan melengkung dan

cukupmenyimpang dari berbagai anggapan. Nilai koefisien pembagian tekanan yang tepat dapat diterapkan bila diperlukan.

4. Kemiringan saluran relatif kecil sehingga efeknya terhadap tinggi tekanan dan gaya pada penampang saluran sangat kecil. Bila kemiringan cukup besar, dapat dilakukan koreksi terhadap efek saluran.

5. Rumus Manning dapat digunakan untuk menghitung kehilangan energi akibat gesekan dan gaya geser yang terjadi di sepanjang dinding saluran.

6. Efek udara yang mausk dapat diabaikan. Akan tetapi dapat juga dilakukan koreksi terhadap hasil perhitungan apabila diperlukan.

Aliran berubah beraturan (gradually varied flow), merupakan aliran yang berubah secara bervariasi tehadap kecepatan yang berubah secara sedikit demi sedikit (gradually) dari satu potongan ke potongan yang lain.

Serat aliran pada dasarnya sejajar dan tekanan hirostatik dapat ditentukan, kecepatan dan tampang basah yang berubah secara progresif dari suatu tampang ke tampang yang lain. Kecepatan aliran di sepanjang saluran dapat dipercepat atau diperlambat, sesuai dengan kondisi saluran.

E. Energi Spesifik (Specific Energy)

Energi Spesifik adalah energi relatif terhadap dasar saluran . Prinsip energi yang diturunkan untuk aliran melalui pipa dapat juga digunakan untuk aliran melalui saluran terbuka. Energi yang terkandung di dalam satu satuan berat air yang mengalir di dalam saluran terbuka terdiri dari tiga bentuk yaitu energi kinetik, energi tekanan, dan energi elevasi di atas garis referensi.

Energi kinetik pada suatu tampang di saluran terbuka di berikan oleh bentuk /2g, dengan V adalah kecepatan rerata aliran di tampang tersebut.

Apabila koefisien koreksi energi diperhitungkan maka energi kinetik mempunyai bentuk /2g. Nilai adalah antara 1,05 dan 1,2 yang tergantung pada bentuk distribusi kecepatan.

Oleh karena aliran melalui saluran terbuka mempunyai permukaan air bebas yang terbuka ke atmosfer, maka tekanan pada permukaan air adalah konstan dan diambil p = 0 (sebagai tekanan referensi). Energi tekanan di saluran terbuka biasanya dihitung dengan referensi terhadap permukaan air. Apabila di aliran di saluran terbuka adalah sepanjang garis kemiringan yang lurus, tekanan pada titik A yang terendam air adalah sama dengan jarak vertikal dari muka air ke titik tersebut. Untuk suatu tampang saluran , kedalaman air pada tampang tersebut, y biasanya digunakkan untuk menunjukkan tinggi tekanan, yaitu y=p/ . Tetapi apabila air mengalir melalui dasar saluran yang berbentuk lengkung, seperti pada bangunan

pelimpah atau bending, gaya sentrifugal yang terjadi karena massa air yang mengalir pada dasar lengkung tersebut dapat menyebabkan perbedaan tekanan yang cukup besar dari tekanan yang diukur dari kedalaman aliran.

Untuk air yang mengalir di atas kurva cembung, gaya sentrifugal bekerja dalam arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.

Gambar 3. Perubahan tampang karena kenaikan dasar saluran subkritis (bersumberkan dari jurnal energi spesifik).

Energi spesifik adalah tinggi tenaga pada sembarang tampang diukur dari dasar saluran. Besarnya energi spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut (Ven Te Chow,1959 dalam Robert,J.K., 2002) :

E= ………..……….…(2.7)

Energi spesifik aliran pada penampang tertentu sebagai total energi pada penampang yang dihitung dengan menggunakan dasar saluran sebagai titik duga ditentukan dengan :

E1=h1+ …………..……….………..(2.8) Dengan :

E = tinggi energi (m) h = tinggi muka air (m) V = kecepatan aliran (m/det) g = kecepatan gravitasi (m/det2)

Gambar 4. Parameter energi spesifik (Robert.j.k. (2002)

Dasar saluran diasumsikan mempunyai kemiringan landai atau tanpa kemiringan. (Z) adalah ketinggian dasar diatas garis sreferensi yang dipilih, (h) adalah kedalaman aliran, dan faktor koreksi energi (α) dimisalkan sama dengan satu. Energi spesifik aliran pada setiap penampang tertentu dihitung sebagai total energi pada penampang itu dengan menggunakan dasar saluran sebagai referensi (Rangga Raju, 1981). Persamaan energi secara umum adalah :

H= z + h cos θ + α ………..…...… (2.9)

sehingga persamaan energi untuk saluran datar (θ = 0), adalah

E= + h………...(.2.10) Berhubung Q = v x A, maka rumus energi spesifik menjadi :

E= + h……….………(2.11)

Dengan

H = tinggi energi (cm)

z = tinggi suatu titik terhadap bidang referensi (cm) α = koefisien energi, pada perhitungan selanjutnya α = 1 E = energi spesifik (cm)

h = kedalaman aliran (cm)

v = kecepatan aliran rata-rata (cm/detik) A = luas penampang (cm2)

g = percepatan grafitasi (cm/detik2) Q = debit (cm3/det).

Perbedaan energi sebelum penyempitan dan energi setelah penyempitan dikenal sebagai kehilangan energi, yaitu ΔE = E1 - E2.

F. Prinsip energi dan Momentum

Dalam ilmu hidrolika dasar, diketahui bahwa jumlah energi dalam kaki-pon per pon air dari setiap aliran yang melalui suatu penampang

saluran dapat dinyatakan sebagai jumlah tinggi air dalam kaki, yang setara dengan jumlah dari ketinggian di atas suatu bidang persamaan, tinggi tekanan dan

Gambar 5. Energi dalam aliran saluran terbuka berubah beraturan (bersumberkan dari jurnal energi spesifik dan aliran kritis) tinggi kecepatan. Misalnya pada suatu bidang persamaan, jumlah tinggi H pada suatu penampang O, dititi A pada aliran arus di saluran yang kemiringannya besar (gambar 4) dapat dinyatakan:

H = + cos θ + ………..( 2.12)

dengan adalah tinggi titik A di atas bidang persamaan, adalah dalamnya titik A di bawah muka air diukur sepanjang penampang saluran, θ

merupakan sudut kemiringan dasar saluran, dan adalah tinggi kecepatan dari arus yang mengalir melalui A.

Umumnya, setiap arus yang melalui suatu penampang saluran akan mempunyai tinggi kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan pembagian kecepatan yang tidak seragam dalam aliran yang terjadi sesungguhnya.

Hanya dalam suatu aliran ideal sejajar dan pembagian kecepatannya seragam, tinggi kecepatan dapat benar-benar sama untuk setiap titik pada penampang melintangnya.

Namun untuk aliran-berubah-beraturan (gradually vried flow), untuk keperluan praktis dianggap bahwa tinggi kecepatan setiap titik pada penampang saluran adalah sama, dan untuk mengoreksi semua pengaruh yang diakibatkan oleh pembagian kecepatan yang tidak seragam dipakai suatu koefisien energi, maka, jumlah energi pada penampang saluran adalah.

H = z + d cos θ +α ……….………(2.13) Untuk saluran yang kemiringannya kecil, θ ≈ 0. Maka jumlah energi pada penampang saluran adalah

H = z + d +α ……….………….…(2.14) Sekarang dimisalkan suatu saluran presmatis yang kemiringannya besar (Gambar 5). garis yang menyatakan ketinggian dari jumlah tinggi

aliran disebut Garis Energi. Kemiringan garis ini disebut Gradien energi (Energy Gradient) dinyatakn dengan tanda . Kemiringan permukaan air dinyatakan dengan tanda sedangkan kemiringan dasar saluran dinyatakan dengan tanda = sin θ. Untuk aliran seragam, = = = sin θ.

Menurut prinsip kekekalan energi, jumlah tinggi energi pada penampang 1 di hulu akan sama dengan jumlah tinggi energy pada penampang 2 di hilir akan sama dengan jumlah tinggi di antara kedua penampang atau

+ cos θ + = + cos θ + + ………….…(2.15)

Persamaan ini berlaku untuk aliran sejajar atau berubah beraturan.

Untuk suatu saluran yang kemiringannya kecil, persamaan di atas berubah menjadi :

+ + = + + + ………...……….(2.16)

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan energi ( energy equation), jika = = 1 dan = 0 Persamaan ( 2.16) menjadi

+ + = + + = tetap………...…………(2.17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Untuk mendukung pelaksanaan penelitian digunakan fasilitas Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimana bulan (1) pertama dan (2) kedua merupakan kajian literature mengenai energi spesifik pada saluran terbuka. Dan melakukan eksperimen kenaikan muka air di mulai 2 cm hingga 6 cm setelah dinaikkan kemudian kami amati perubahan aliran tersebut, dan sekaligus pengambilan data. Percobaan Ini di lakukan selama 3 kali dengan debit yang sudah kami tetapkan pada saat running kosong. Pada bulan (3) ketiga kami menurunkan atau merendahkan tinggi muka air di mulai 6 cm sampai 2 cm, setelah diturunkan kemudian kami kembali amati perubahan aliran tersebut, dan sekaligus pengambilan data.

Percobaan ini di lakukan selama 3 kali dengan debit yang sudah kami tetapkan pada saat running kosong.

29

C.Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium, yaitu observasi dibawah kondisi buatan, dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ada tidak perubahan yang terjadi pada saat menaikkan dasar saluran dan menurunkan dasar saluran pada saluran terbuka dengan melakukan beberapa kelompok eksperimen.

Pada penelitian ini menggunakan dua sumber data:

1. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari pengamatan di Laboratorium.

2. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literature dan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan peninggian dan penurunan dasar saluran pada saluran terbuka dengan penampang segi empat.

D.Variabel yang diteliti

Analisa data yang menyangkut hubungan antara variable-variabel dalam penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Perhitungan Debit Q = ., Kecepatan V= , Luas penampang A= b x h 2. Energi Spesifik (E).

3. Perhitungan tipe aliran dengan menggunakan rumus Reynold (Re).

4. Perhitungan sifat aliran dengan menggunakan rumus Froude (Fr).

E. Alat dan Bahan

Secara umum, alat dan bahan yang digunakan dalam menunjang penelitian ini terdiri dari:

SKETSA SALURAN BUATAN SKALA: 1cm: 100cm

TAMPAK ATAS SALURAN SKALA: 1cm: 100cm

Gambar 6. Model saluran yang digunakan

TAMPAK ATAS SKALA 1:100

70

11,3

360 7,3

2 28

Adapun spesifikasi jenis peralatan dan bahan yang di pergunakan dalam percobaan dan alat peraga penelitian antara lain :

1. Alat

a. Pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal.

b. Current meter untuk mengukur kecepatan air.

c. Mistar taraf untuk mengukur ketinggian muka air.

d. Stopwatch untuk mengukur waktu yang digunakan pada debit aliran.

e. Kamera digital digunakan untuk merekam kegiatan penelitian khususnya tahap-tahap dalam proses penelitian tersebut.

f. Tabel data untuk mencatat data-data yang diukur, Alat tulis.

2. Bahan

a. Bak penampungan air dan bak sirkulasi dengan kapasitas maksimum 1 m yang terdiri dari 2 bak sirkulasi.

b. Pipa PVC 3” yang digunakan sebagai jaringan sirkulasi air.

c. Stop kran (pengatur debit air).

d. Model saluran terbuka dengan penampang persegi dengan dasar saluran 28 cm, tinggi 30 cm, panjang 3,6 m dan kemiringan 1:1.

e. Silicone flubbers atau plastising untuk menaikkan dasar saluran atau menurunkan dasar saluran, Air bersih.

F. Simulasi penelitian

Pelaksanaan simulasi ini sebanyak 9 kali percobaan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Membuat model saluran dengan lebar dasar 28 cm dengan tinggi 30 cm dengan kemiringan 1:1.

2. Menjalankan pompa selama 5 menit dan mengalirkan air sesuai variasi debit yang di rencanakan.

3. Selanjutnya melakukan pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan alat ukur current meter pada titik pengukuran , dan mengukur tinggi muka air pada setiap titik pengukuran dan hasilnya dicatat pada tabel data.

4. Sampai batas waktu yang ditentukan pompa dimatikan.

5. Setelah dasar saluran diberikan bangunan dengan tinggi 2 cm.

6. Selanjutnya melakukan pengukuran kecepatan dengan menggunakan alat ukur current meter pada titik yang telah ditentukan, dan mengukur tinggi muka air pada setiap titik pengukuran dan hasilnya dicatat di tabel.

7. Sampai batas waktu yang ditentukan pompa dimatikan.

8. Menunggu sampai dasar saluran mengering.

9. Prosedur ini berlangsung sampai semua variasi dilakukan selama 15 kali dengan 2 model bangunan yaitu bangunan I (menaikkan dasar saluran) dan model II (menurunkan dasar saluran), dimulai pada variasi

debit tertinggi. Dimana tipe A1.1 sebanyak 3 kali, tipe A1.2 sebanyak 3 kali, dan tipe A1.3 sebanyak 3 kali. Tipe A2 sebanyak 3 kali, dan Tipe B sebanyak 3 kali.

FLOW CHART PENELITIAN

Secara garis besar penelitian ini dapat dilihat dalam diagram alur sebagai berikut :

Pengamatan dan Pengambilan Data Mulai

Kajian Literatur

Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Simulasi Perubahan Dasar Saluran pada Saluran terbuka

Peninggian

Dasar Saluran Penurunan

Dasar Saluran

Analisis Hasil Percobaan

Kesimpulan dan Saran

Selesa

BAB IV

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa debit pada alat ukur Thomson

Tinggi muka air pada Thomson (H) = 4,87 cm = 0,0487 m, volume air (V) = 20 liter = 0,020 m³ . Diambil tiga kali percobaan dengan waktu pengaliran sebagai berikut : 29,84 detik, 29,44 detik, 29,90 detik. Total waktu pengaliran = 89,18 detik.

Waktu aliran rata-rata tr = , = 29,727

Q = ( ) ( )= ,, ³ = 0,000673 m³/det

Q = c . H^5/2 = ,, / = 1,2877

Perhitungan untuk H selanjutnya diselesaikan dengan cara yang sama dan hasilnya dirangkum dalam tabel 1:

36

Tabel 1. Perhitungan koefisien Debit (c)

Sumber : Hasil Perhitungan

Sehingga rumus Thomson yang berlaku dalam saluran terbuka adalah sebagai berikut :

Rumus : Q = c x H^5/2 Dimana:

Q : Debit aliran (m³/det) c : Koefisien debit

H: Tinggi muka air pada alat ukur Thomson (m) Q = c . H^5/2 = 1,7722 x 0,0487 = 0,0009259

H tr Q

(m) t1 t2 t3 (detik) (m³/det)

0,0487 29,84 29,44 29,90 29,727 0,000673 1,2877 0,0400 27,41 27,35 27,32 27,360 0,000731 2,2844 0,0300 25,69 25,60 25,41 25,567 0,000782 5,0183 0,0540 36,70 36,97 36,35 36,673 0,000545 0,8048 0,0490 29,80 29,52 29,91 29,743 0,000672 1,2652 0,0360 26,98 26,88 26,79 26,883 0,000744 3,0255 0,0637 41,25 41,07 41,94 41,420 0,000483 0,4721 0,0590 37,17 37,07 37,29 37,177 0,000538 0,6363 0,0570 36,45 36,23 36,65 36,443 0,000549 0,7075 0,0620 40,21 40,14 40,58 40,310 0,000496 0,5184 0,0580 37,04 37,18 37,02 37,080 0,000539 0,6658

0,0550 9,45 9,13 9,65 9,410 0,002125 2,9959

0,0633 11,25 11,07 11,94 11,420 0,001751 1,7349 0,0590 10,17 10,37 10,29 10,277 0,001946 2,3017

0,0560 9,45 9,13 9,65 9,410 0,002125 2,8640

1,7722

Perhitungan selanjutnya diselesaikan dengan cara yang sama dan hasilnya dirangkum dalam tabel 2 .

Tabel 2. Perhitungan Debit Thomson

Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan untuk debit rata-rata pada Q1,Q2,Q3 yang di pakai dalam saluran sebagai berikut:

Gambar 7. Hubungan antara Variasi debit Q (m³/det) dan Kec. V (m/det)

Pada grafik di atas ,variasi debit pertama yang sebesar 0,001485 m³/det menghasilkan kecepatan sebesar 0,0583 m/det, variasi debit kedua yang sebesar 0,001188 m³/det menghasilkan kecepatan sebesar 0,0530 m/det, dan untuk variasi debit ketiga yang sebesar 0,000932 m³/det menghasilkan kecepatan sebesar 0,0468 m/det. Sehingga kami berkesimpulan bahwa jika debitnya besar maka besar pula kecepatannya, begitupun sebaliknya jika debitnya kecil maka kecil pula kecepatannya.

B. Karakteristik kecepatan aliran

B.1 Perhitungan Bilangan Froude (Fr)

Untuk mengetahui dan menetapkan jenis aliran yang terjadi dalam proses pengaliran dalam saluran dapat di jabarkan berdasarkan dengan bilangan Froude(Fr), sebagai berikut :

0.001485

0.001188

0.000932

0.000000 0.000500 0.001000 0.001500 0.002000

0.0583 0.0530 0.0468

Variasi Debit (Q)

Kecepatan (V)

Hubungan antara Variasi Debit dan Kecepatan

1 =

1 =√ , , , = 0,1520 2 =

2 =√ , , , = 1,1448 3 =

3 =√ , , , = 1,7487

A1 = B x H

A1 = 0,28 x 0,035 = 0,010 m² A2 = 0,28 x 0,007 = 0,002 m² A3 = 0,28 x 0,003 = 0,0008 m²

Dimana:

Fr : Angka Froude

V : Kecepatan aliran (m/det) g : Gravitasi Bumi

A : Luas Penampang (m²) B : Lebar Saluran (m) H : Tinggi Muka Air (m)

Hasil perhitungan bilangan Froude untuk berbagai debit dan model type peninggian dan penurunan dasar saluran yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5 :

a) Percobaan Peninggian dasar saluran pada TYPE A1.1 E1 H2 E2 E3

H1 2cm H3

80cm 12cm 40cm Gambar 8. Tampak samping Saluran

b) Percobaan Peninggian dasar saluran pada TYPE A1.2

E1 E2 E3

H1 H2 4cm

H3 80 cm 12cm 40cm Gambar 9. Tampak samping Saluran

c) PercobaanPeninggian dasar saluran pada TYPE A1.3 E1 H2 E2 E3

H1

6cm

H3 80 cm 12cm 40cm

Gambar 10. Tampak samping Saluran Tabel 3. Perhitungan Debit Thomson

Sumber : Hasil Perhitungan

0,035 0,007 0,004 0,28 0,010 0,0020 0,0011 0,5120 1,1448 1,5145

0,035 0,007 0,004 0,28 0,010 0,0019 0,001 0,5120 1,1754 1,5926

0,030 0,004 0,002 0,28 0,008 0,0011 0,0006 0,3687 1,0096 1,4278

0,030 0,004 0,002 0,28 0,008 0,0011 0,0006 0,5530 1,5145 2,1418

0,029 0,004 0,002 0,28 0,008 0,0011 0,0006 0,5625 1,5145 2,1418

0,030 0,004 0,002 0,28 0,008 0,0011 0,001 0,4947 1,3462 1,9038

0,027 0,004 0,003 0,28 0,0076 0,0011 0,0008 0,1943 0,5048 0,5829

0,027 0,003 0,002 0,28 0,0076 0,0008 0,0006 0,3886 1,1658 1,4278

0,027 0,003 0,002 0,28 0,0076 0,0008 0,0006 0,3886 1,1658 1,4278

0,027 0,003 0,002 0,28 0,008 0,0009 0,001 0,3238 0,9455 1,1462

0,055 0,007 0,003 0,28 0,015 0,0020 0,0008 0,4084 1,1448 1,7487

0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,0017 0,0008 0,5496 1,6487 2,3317

0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,0017 0,0008 0,4122 1,2365 1,7487

0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,0018 0,0008 0,4567 1,3434 1,9430

0,058 0,005 0,003 0,28 0,016 0,0014 0,0008 0,3977 1,3546 1,7487

0,058 0,005 0,003 0,28 0,016 0,0014 0,0008 0,3977 1,3546 1,7487

0,058 0,005 0,003 0,28 0,016 0,0014 0,0008 0,3977 1,3546 1,7487

0,058 0,005 0,003 0,28 0,016 0,0014 0,0008 0,3977 1,3546 1,7487

0,049 0,003 0,002 0,28 0,014 0,0008 0,0006 0,2885 1,1658 1,4278

0,049 0,003 0,002 0,28 0,014 0,0008 0,0006 0,2885 1,1658 1,4278

0,049 0,003 0,002 0,28 0,014 0,0008 0,0006 0,2885 1,1658 1,4278

0,049 0,003 0,002 0,28 0,014 0,0008 0,0006 0,2885 1,1658 1,4278

0,076 0,006 0,005 0,28 0,021 0,0017 0,0014 0,3474 1,2365 1,3546

0,076 0,006 0,003 0,28 0,021 0,0017 0,0008 0,3474 1,2365 1,7487

0,076 0,006 0,004 0,28 0,021 0,0017 0,0011 0,3474 1,2365 1,5145

0,076 0,006 0,004 0,28 0,021 0,0017 0,0011 0,3474 1,2365 1,5393

0,074 0,005 0,003 0,28 0,021 0,0014 0,0008 0,2347 0,9030 1,1658

0,074 0,005 0,003 0,28 0,021 0,0014 0,0008 0,2347 0,9030 1,1658

0,074 0,005 0,003 0,28 0,021 0,0014 0,0008 0,2347 0,9030 1,1658

0,074 0,005 0,003 0,28 0,021 0,0014 0,0008 0,2347 0,9030 1,1658

0,073 0,004 0,002 0,28 0,020 0,0011 0,0006 0,1182 0,5048 0,7139

0,073 0,004 0,002 0,28 0,020 0,0011 0,0006 0,1182 0,5048 0,7139

0,073 0,004 0,002 0,28 0,020 0,0011 0,0006 0,1182 0,5048 0,7139

0,073 0,004 0,002 0,28 0,020 0,0011 0,0006 0,1182 0,5048 0,7139

A1.3

Gambar 11. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Froude pada TYPE A1.1

Pada percobaan TYPE A1.1 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,035m, H2=0,007m, H3=0,004m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,512), Fr2=(1,175), Fr3=(1,593). Percobaan TYPE A1.1 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,030m, H2=0,004m, H3=0,002m menghasilkan angka Froude sebesar Fr1=(0,495), Fr2=(1,346), Fr3=(1,904). Percobaan TYPE A1.1 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,027m, H2=0,003m, H3=0,002m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,324), Fr2=(0,945), Fr3=(1,146). Hasil perhitungan terlihat bahwa angka Froude adalah bervariasi yaitu ada yang lebih dari satu ( Fr > 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi aliran super-kritis dan ada pula yang kurang dari satu (Fr < 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi sub-kritis.

0.007

Gambar 12. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Froude pada TYPE A1.2

Pada percobaan TYPE A1.2 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,054m, H2=0,005m, H3=0,003m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,457), Fr2=(1,343), Fr3=(1,943). Percobaan TYPE A1.2 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,058m, H2=0,005m, H3=0,003m menghasilkan angka Froude sebesar Fr1=(0,398), Fr2=(1,355), Fr3=(1,749). Percobaan TYPE A1.2 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,049m, H2=0,003m, H3=0,002m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,288), Fr2=(1,166), Fr3=(1,428). Hasil perhitungan terlihat bahwa angka Froude adalah bervariasi yaitu ada yang lebih dari satu ( Fr > 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi aliran super-kritis dan ada pula yang kurang dari satu (Fr < 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi sub-kritis.

0.054

Hubungan antara Kedalaman dan Froude pada TYPE A1.2

Q1 Q2 Q3

Gambar 13. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Froude pada TYPE A1.3

Pada percobaan TYPE A1.3 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,076m, H2=0,006m, H3=0,004m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,347), Fr2=(1,237), Fr3=(1,539). Percobaan TYPE A1.3 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,074m, H2=0,005m, H3=0,002m menghasilkan angka Froude sebesar Fr1=(0,235), Fr2=(0,903), Fr3=(1,166). Percobaan TYPE A1.3 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,073m, H2=0,004m, H3=0,002m menghasilkan angka froude sebesar Fr1=(0,118), Fr2=(0,505), Fr3=(0,714). Hasil perhitungan terlihat bahwa angka Froude adalah bervariasi yaitu ada yang lebih dari satu ( Fr > 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi aliran super-kritis dan ada pula yang kurang dari satu (Fr < 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi sub-kritis.

0.076

Hubungan antara Kedalaman dan Froude pada TYPE A1.3

Q1 Q2 Q3

H1 H2 H3

6cm H4

80 cm 12cm 12cm 12cm 40cm

Tabel 5. Perhitungan Angka Froude pada Model Peninggian Bertahap

Sumber : Hasil Perhitungan3r4

Lebar

H1 H2 H3 H4 H5 (B) A1 A2 A3 A4 A5 Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5

m m m m m m - - - -

-0,073 0,051 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,014 0,009 0,002 0,001 0,355 0,424 0,535 1,071 1,514 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,015 0,009 0,002 0,001 0,355 0,420 0,535 1,071 1,514 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,015 0,009 0,002 0,001 0,355 0,420 0,535 1,071 1,514 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,014 0,009 0,002 0,001 0,355 0,421 0,535 1,071 1,514 0,071 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,240 0,286 0,375 0,824 1,166 0,070 0,050 0,030 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,241 0,286 0,369 0,824 1,166 0,070 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,241 0,286 0,375 0,824 1,166 0,070 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,241 0,286 0,373 0,824 1,166 0,070 0,048 0,028 0,005 0,003 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,121 0,146 0,191 0,452 0,583 0,069 0,048 0,027 0,005 0,003 0,28 0,019 0,013 0,008 0,001 0,001 0,122 0,146 0,194 0,452 0,583 0,070 0,048 0,028 0,005 0,004 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,121 0,146 0,191 0,452 0,505 0,070 0,048 0,028 0,005 0,003 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,121 0,146 0,192 0,452 0,557

TYPE Debit Tinggi muka air Luas Penampang Kecepatan Froude

(V)

Gambar 14. Hubungan antara Kedalaman H dan Froude pada TYPE A2 Pada percobaan TYPE A2 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,073m, H2=0,051m, H3=0,032m, H4=0,008m, H5=0,004m menghasilkan angka froude sebesar (0,355), (0,421), (0,535), (1,071), (1,514). Percobaan TYPE A2 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,050m, H3=0,029m, H4=0,006m, H5=0,003m menghasilkan angka Froude sebesar (0,241), (0,286), (0,373), (0,824), (1,166). Percobaan TYPE A2 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,048m, H3=0,028m, H4=0,005m, H5=0,003m menghasilkan angka froude sebesar (0,121), (0,146), (0,192), (0,452), (0,557). Hasil perhitungan terlihat bahwa angka Froude adalah bervariasi yaitu ada yang lebih dari satu ( Fr > 1) yang berarti menghasilkan suatu kondisi aliran super-kritis dan ada pula yang kurang dari satu (Fr < 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi sub-kritis.

0.073

Hubungan antara Kedalaman dan Froude pada TYPE A2

Q1 Q2 Q3

H1 H3

6cm H4

H5 80 cm 12cm 12cm 12cm 40cm

Tabel 6. Perhitungan Angka Froude pada Model Penurunan bertahap

Sumber : Hasil Perhitungan

Lebar

H1 H2 H3 H4 H5 (B) A1 A2 A3 A4 A5 Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5

m m m m m m - - - -

-0,076 0,006 0,003 0,004 0,004 0,28 0,021 0,002 0,0008 0,0011 0,0011 0,347 1,237 1,749 1,514 1,514 0,076 0,006 0,003 0,004 0,005 0,28 0,021 0,002 0,0008 0,0011 0,0014 0,347 1,237 1,749 1,514 1,355 0,076 0,006 0,004 0,004 0,005 0,28 0,021 0,002 0,0011 0,0011 0,0014 0,347 1,237 1,514 1,514 1,355 0,076 0,006 0,003 0,004 0,005 0,28 0,021 0,002 0,0009 0,0011 0,0013 0,347 1,237 1,671 1,514 1,408 0,074 0,004 0,002 0,006 0,003 0,28 0,0207 0,0011 0,0006 0,0017 0,0008 0,235 1,010 1,428 0,824 1,166 0,074 0,005 0,003 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,0014 0,0008 0,0014 0,0008 0,235 0,903 1,166 0,903 1,166 0,074 0,005 0,003 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,0014 0,0008 0,0014 0,0008 0,235 0,903 1,166 0,903 1,166 0,074 0,005 0,003 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,0013 0,0007 0,0015 0,0008 0,235 0,939 1,253 0,877 1,166 0,072 0,005 0,003 0,005 0,004 0,28 0,0202 0,001 0,0008 0,0014 0,0011 0,119 0,452 0,583 0,452 0,505 0,072 0,004 0,003 0,004 0,004 0,28 0,0202 0,001 0,0008 0,0011 0,0011 0,119 0,505 0,583 0,505 0,505 0,072 0,005 0,003 0,005 0,004 0,28 0,0202 0,001 0,0008 0,0014 0,0011 0,119 0,452 0,583 0,452 0,505 0,072 0,005 0,003 0,005 0,004 0,28 0,0202 0,0013 0,0008 0,0013 0,0011 0,119 0,469 0,583 0,469 0,505

TYPE Debit Tinggi muka air Luas Penampang Kecepatan Froude

(V)

Gambar 15. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Froude pada TYPE B

Pada percobaan TYPE B pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,076m, H2=0,006m, H3=0,003m, H4=0,004m, H5=0,005m menghasilkan angka froude sebesar (0,347), (1,237), (1,671), (1,514), (1,408). Percobaan TYPE B pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,074m, H2=0,005m, H3=0,003m, H4=0,005m, H5=0,003m menghasilkan angka Froude sebesar (0,235), (0,939), (1,253), (0,887), (1,166). Percobaan TYPE B pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,072m, H2=0,005m, H3=0,003m, H4=0,005m, H5=0,004m menghasilkan angka froude sebesar (0,119), (0,469), (0,583), (0,469), (0,505). Hasil perhitungan terlihat bahwa angka Froude adalah bervariasi yaitu ada yang lebih dari satu ( Fr > 1) yang berarti menghasilkan suatu kondisi aliran super-kritis dan ada pula yang kurang dari satu (Fr < 1) yang berarti kedalaman aliran menghasilkan suatu kondisi sub-kritis.

0.076

Hubungan antara Kedalaman dan Froude pada TYPE B

Q1 Q2 Q3

B.2 Perhitungan Bilangan Reynold (Re)

Keadaan atau perilaku aliran pada saluran terbuka pada dasarnya ditentukan oleh pengaruh kekentalan dan gravitasi. Pengaruh kekentalan (viscosity) aliran dapat bersifat laminer, turbulen dan peralihan yang tergantung pada pengaruh kekentalan, sehubungan dengan kelembaman.

Pengaruh kekentalan relatif dapat dinyatakan dengan bilangan Reynold, yang didefenisikan sebagai berikut :

Re1 = . = ,, , = , , = 10.500,00

Re2 = . = ,, , = , , = 2.500,00

Re3 = . = ,, , = , , = 1.101,40

Nilai dari Viskositas kinematis (µ) adalah seperti pada tabel berikut ini : Tabel 7. Viskositas Kinematik sebagai hubungan fungsi Suhu

T 0 5 10 15 20 25 30 35 40 (o)

µ 1,79 1,52 1,31 1,14 1,01 0,9 0,8 0,72 0,65 10-6 m2/det

A1 = B x H P = B x ( 2 x H )

A1 = 0,28 x 0,035 = 0,010 m² P1 = 0,28 x (2 x 0,035) = 0,350 m A2 = 0,28 x 0,007 = 0,002 m² P2 = 0,28 x (2 x 0,007) = 0,294 m A3 = 0,28 x 0,003 = 0,0008 m² P3 = 0,28 x (2 x 0,003) = 0,286 m

R = A/P

R1 = 0,010 / 0,350 = 0,028 m R2 = 0,002 / 0,294 = 0,007 m R3 = 0,0008 / 0,286 = 0,003 m

Dimana:

Re : Bilangan Reynold

V : Kecepatan aliran (m/det) R : Jari-jari Hidraulis (m)

: Miu (m²/det)

A : Luas Penampang (m²) B : Lebar Saluran (m) P : Keliling Basah (m)

Perhitungan selanjutnya diselesaikan dengan cara yang sama dan hasilnya dirangkum dalam tabel 6, 7, 8 :

Tabel 8. Perhitungan Debit Thomson

Sumber : Hasil Perhitungan

0,035 0,006 0,004 0,28 0,010 0,002 0,0011 0,350 0,292 0,288 0,028 0,006 0,004 10500 2157,53 1458,33 0,035 0,007 0,004 0,28 0,010 0,002 0,0011 0,350 0,294 0,288 0,028 0,007 0,004 10500 2500,00 1458,33 0,035 0,007 0,004 0,28 0,010 0,002 0,0010 0,350 0,293 0,287 0,028 0,006 0,004 10500 2385,84 1339,36 0,030 0,004 0,002 0,28 0,0084 0,001 0,0006 0,340 0,288 0,284 0,025 0,004 0,002 6176,47 972,22 492,96 0,030 0,004 0,002 0,28 0,0084 0,001 0,0006 0,340 0,288 0,284 0,025 0,004 0,002 9264,71 1458,33 739,44 0,029 0,004 0,002 0,28 0,0081 0,001 0,0006 0,338 0,288 0,284 0,024 0,004 0,002 9008,88 1458,33 739,44 0,030 0,004 0,002 0,28 0,0083 0,001 0,0006 0,339 0,288 0,284 0,024 0,004 0,002 8150,02 1296,30 657,28 0,027 0,004 0,003 0,28 0,0076 0,001 0,0008 0,334 0,288 0,286 0,023 0,004 0,003 2829,34 486,11 367,13 0,027 0,003 0,002 0,28 0,0076 0,001 0,0006 0,334 0,286 0,284 0,023 0,003 0,002 5658,68 734,27 492,96 0,027 0,003 0,002 0,28 0,0076 0,001 0,0006 0,334 0,286 0,284 0,023 0,003 0,002 5658,68 734,27 492,96 0,027 0,003 0,002 0,28 0,0076 0,001 0,001 0,334 0,287 0,285 0,023 0,003 0,002 4715,57 651,55 451,02 0,055 0,007 0,003 0,28 0,015 0,002 0,0008 0,390 0,294 0,286 0,039 0,007 0,003 14807,7 2500,00 1101,40 0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,002 0,0008 0,388 0,292 0,286 0,039 0,006 0,003 19484,5 2876,71 1468,53 0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,002 0,0008 0,388 0,292 0,286 0,039 0,006 0,003 14613,4 2157,53 1101,40 0,054 0,006 0,003 0,28 0,015 0,002 0,0008 0,389 0,293 0,286 0,039 0,006 0,003 16301,9 2511,42 1223,78 0,058 0,005 0,003 0,28 0,0162 0,001 0,0008 0,396 0,290 0,286 0,041 0,005 0,003 15378,8 1810,34 1101,40 0,058 0,005 0,003 0,28 0,0162 0,001 0,0008 0,396 0,290 0,286 0,041 0,005 0,003 15378,8 1810,34 1101,40 0,058 0,005 0,003 0,28 0,0162 0,001 0,0008 0,396 0,290 0,286 0,041 0,005 0,003 15378,8 1810,34 1101,40 0,058 0,005 0,003 0,28 0,016 0,001 0,0008 0,396 0,290 0,286 0,041 0,005 0,003 15378,8 1810,34 1101,40 0,049 0,003 0,002 0,28 0,0137 0,001 0,0006 0,378 0,286 0,284 0,036 0,003 0,002 9074,1 734,27 492,96 0,049 0,003 0,002 0,28 0,0137 0,001 0,0006 0,378 0,286 0,284 0,036 0,003 0,002 9074,07 734,27 492,96 0,049 0,003 0,002 0,28 0,0137 0,001 0,0006 0,378 0,286 0,284 0,036 0,003 0,002 9074,07 734,27 492,96 0,049 0,003 0,002 0,28 0,0137 0,001 0,0006 0,378 0,286 0,284 0,036 0,003 0,002 9074,07 734,27 492,96 0,076 0,006 0,005 0,28 0,021 0,002 0,0014 0,432 0,292 0,290 0,049 0,006 0,005 18472 2157,5 1810,3 0,076 0,006 0,003 0,28 0,021 0,002 0,0008 0,432 0,292 0,286 0,049 0,006 0,003 18472 2157,5 1101,4 0,076 0,006 0,004 0,28 0,021 0,002 0,0011 0,432 0,292 0,288 0,049 0,006 0,004 18472 2157,5 1458,3 0,076 0,006 0,004 0,280 0,021 0,002 0,0011 0,432 0,292 0,288 0,049 0,006 0,004 18472,2 2157,5 1456,7 0,074 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,001 0,0008 0,428 0,290 0,286 0,048 0,005 0,003 12102,8 1206,90 734,27 0,074 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,001 0,0008 0,428 0,290 0,286 0,048 0,005 0,003 12102,8 1206,90 734,27 0,074 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,001 0,0008 0,428 0,290 0,286 0,048 0,005 0,003 12102,8 1206,90 734,27 0,074 0,005 0,003 0,28 0,0207 0,001 0,0008 0,428 0,290 0,286 0,048 0,005 0,003 12102,8 1206,9 734,3 0,073 0,004 0,002 0,28 0,0204 0,001 0,0006 0,426 0,288 0,284 0,048 0,004 0,002 5997,65 486,11 246,48 0,073 0,004 0,002 0,28 0,0204 0,001 0,0006 0,426 0,288 0,284 0,048 0,004 0,002 5997,65 486,11 246,48 0,073 0,004 0,002 0,28 0,0204 0,001 0,0006 0,426 0,288 0,284 0,048 0,004 0,002 5997,65 486,11 246,48 0,073 0,004 0,002 0,28 0,0204 0,001 0,0006 0,426 0,288 0,284 0,048 0,004 0,002 5997,65 486,11 246,48 Q3

Gambar 16. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.1

Pada percobaan TYPE A1.1 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,035m, H2=0,007m, H3=0,004m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(10.500), Re2=(2.385,84), Re3=(1.339,36). Percobaan TYPE A1.1 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,030m, H2=0,004m, H3=0,002m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(8.150,02), Re2=(1.296,30), Re3=(657,28). Percobaan TYPE A1.1 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,027m, H2=0,003m, H3=0,002m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(4.715,57), Re2=(651,55), Re3=(451,02).

Hasil perhitungan terlihat bahwa bilangan reynold adalah bervariasi yaitu apabila Re < 500 maka aliran yang terjadi adalah aliran laminer, apabila 500 < Re < 12.500 maka aliran yang terjadi adalah aliran transisi atau aliran peralihan, dan apabila Re > 12.500 aliran turbulen.

0.035

Hubungan antara Kedalaman dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.1

Q1 Q2 Q3

Gambar 17. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.2

Pada percobaan TYPE A1.2 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,054m, H2=0,006m, H3=0,003m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(16.301,88), Re2=(2.511,42), Re3=(1.223,78). Percobaan TYPE A1.2 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,058m, H2=0,005m, H3=0,003m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(15.378,79), Re2=(1.810,34), Re3=(1.101,40). Percobaan TYPE A1.2 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,049m, H2=0,003m, H3=0,002m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(9.074,07), Re2=(734,27), Re3=(492,96). Hasil perhitungan terlihat bahwa bilangan reynold adalah bervariasi yaitu apabila Re < 500 maka aliran yang terjadi adalah aliran laminer, apabila 500 < Re < 12.500 maka aliran yang terjadi adalah aliran transisi atau aliran peralihan, dan apabila Re > 12.500 aliran turbulen.

0.054

Hubungan antara Kedalaman dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.2

Q1 Q2 Q3

Gambar 18. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.3

Pada percobaan TYPE A1.3 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,076m, H2=0,006m, H3=0,004m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(18.472,22), Re2=(2.157,53), Re3=(1.456,69). Percobaan TYPE A1.3 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,074m, H2=0,005m, H3=0,003m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(12.102,80), Re2=(1.206,90), Re3=(734,27). Percobaan TYPE A1.3 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,073m, H2=0,004m, H3=0,002m menghasilkan bilangan reynold sebesar Re1=(5.997,65), Re2=(486,11), Re3=(246,48).

Hasil perhitungan terlihat bahwa bilangan reynold adalah bervariasi yaitu apabila Re < 500 maka aliran yang terjadi adalah aliran laminer, apabila 500 < Re < 12.500 maka aliran yang terjadi adalah aliran transisi atau aliran peralihan, dan apabila Re > 12.500 aliran turbulen.

0.076

Hubungan antara Kedalaman dan Bilangan Reynold pada TYPE A1.3

Q1 Q2 Q3

Sumber : Hasil Perhitungan

0,073 0,051 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,014 0,009 0,002 0,001 0,426 0,382 0,344 0,296 0,288 0,048 0,037 0,026 0,008 0,004 17993,0 14018,32 9767,44 2837,84 1458,33 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,015 0,009 0,002 0,001 0,426 0,384 0,344 0,296 0,288 0,048 0,038 0,026 0,008 0,004 17993,0 14218,75 9767,44 2837,84 1458,33 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,015 0,009 0,002 0,001 0,426 0,384 0,344 0,296 0,288 0,048 0,038 0,026 0,008 0,004 17993,0 14218,75 9767,44 2837,84 1458,33 0,073 0,052 0,032 0,008 0,004 0,28 0,020 0,014 0,009 0,002 0,001 0,426 0,383 0,344 0,296 0,288 0,048 0,038 0,026 0,008 0,004 17992,96 14151,94 9767,44 2837,84 1458,33 0,071 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,422 0,380 0,338 0,292 0,286 0,047 0,037 0,024 0,006 0,003 11777,25 9210,53 6005,92 1438,36 734,27 0,070 0,050 0,030 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,420 0,380 0,340 0,292 0,286 0,047 0,037 0,025 0,006 0,003 11666,67 9210,53 6176,47 1438,36 734,27 0,070 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,420 0,380 0,338 0,292 0,286 0,047 0,037 0,024 0,006 0,003 11666,67 9210,53 6005,92 1438,36 734,27 0,070 0,050 0,029 0,006 0,003 0,28 0,020 0,014 0,008 0,002 0,001 0,421 0,380 0,339 0,292 0,286 0,047 0,037 0,024 0,006 0,003 11703,53 9210,53 6062,77 1438,36 734,27 0,070 0,048 0,028 0,005 0,003 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,420 0,376 0,336 0,290 0,286 0,047 0,036 0,023 0,005 0,003 5833,33 4468,09 2916,67 603,45 367,13 0,069 0,048 0,027 0,005 0,003 0,28 0,019 0,013 0,008 0,001 0,001 0,418 0,376 0,334 0,290 0,286 0,046 0,036 0,023 0,005 0,003 5777,51 4468,09 2829,34 603,45 367,13 0,070 0,048 0,028 0,005 0,004 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,420 0,376 0,336 0,290 0,288 0,047 0,036 0,023 0,005 0,004 5833,33 4468,09 2916,67 603,45 486,11 0,070 0,048 0,028 0,005 0,003 0,28 0,020 0,013 0,008 0,001 0,001 0,419 0,376 0,335 0,290 0,287 0,047 0,036 0,023 0,005 0,003 5814,73 4468,09 2887,56 603,45 406,79 Q1 0,0014849

Gambar 19. Hubungan antara Kedalaman (H) dan Bilangan Reynold pada TYPE A2

Pada percobaan TYPE A2 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,073m, H2=0,052m, H3=0,032m, H4=0,008m, H5=0,004m menghasilkan bilangan reynold sebesar (17.992,96), (14.151,94), (9.767,44), (2.837,84), (1.458,33). Percobaan TYPE A2 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,050m, H3=0,029m, H4=0,006m, H5=0,003m menghasilkan bilangan reynold (11.703,53), (9.210,53), (6.062,77), (1.438,36), (734,27). Percobaan TYPE A2 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,048m, H3=0,028m, H4=0,005m, H5=0,003m menghasilkan bilangan reynold sebesar (5.814,73), (4.468,09), (2.887,56), (603,45), (406,79). Hasil perhitungan terlihat bahwa bilangan reynold adalah bervariasi yaitu apabila Re < 500

Pada percobaan TYPE A2 pada Q1, kedalaman yang setinggi H1=0,073m, H2=0,052m, H3=0,032m, H4=0,008m, H5=0,004m menghasilkan bilangan reynold sebesar (17.992,96), (14.151,94), (9.767,44), (2.837,84), (1.458,33). Percobaan TYPE A2 pada Q2, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,050m, H3=0,029m, H4=0,006m, H5=0,003m menghasilkan bilangan reynold (11.703,53), (9.210,53), (6.062,77), (1.438,36), (734,27). Percobaan TYPE A2 pada Q3, kedalaman yang setinggi H1=0,070m, H2=0,048m, H3=0,028m, H4=0,005m, H5=0,003m menghasilkan bilangan reynold sebesar (5.814,73), (4.468,09), (2.887,56), (603,45), (406,79). Hasil perhitungan terlihat bahwa bilangan reynold adalah bervariasi yaitu apabila Re < 500

Dokumen terkait