• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa

Dalam dokumen Memahami Hakikat Sejatinya Kita (Halaman 34-44)

Mungkin ada yang belum mengerti, bagaimana proses penciptaan selanjutnya setelah Cahaya Muhammad tercipta. Sesungguhnya proses terciptanya Arasy (maharuang) hingga alam dunia (arena permainan) terjadi dalam enam masa.

Gambar proses penciptaan dalam enam masa

1. Setelah tercipta Cahaya Muhammad tentulah belum ada ruang, kemudian Allah mengisi Cahaya Muhammad dengan air.

2. Hingga akhirnya tepian air itu membeku dan terciptalah Arasy.

3. Setelah Arasy terbentuk, terjadilah “Big Bang 1” yang menghasilkan gelembung hampa dan mendesak air hingga ke tepi, dan terciptalah Baitul Makmur.

4. Setelah itu terciptalah Surga Firdaus, kemudian Allah mengisi surga

tersebut dengan makhluk-Nya yang lain (tumbuhan, hewan, dan malaikat), sempurnalah alam surga beserta isinya. Namun belum sepenuhnya sempurna, sebab Allah akan menciptakan makhluk pertama yang mempunyai ego negatif (jin), yang mana perlu diuji dulu agar bisa menempati Surga Firdaus. Karena itulah penciptaan terus berlanjut ke masa 5 dan 6.

5. Bermula dari “Big Bang 2”.

6. Selanjutnya akibat dari Big Bang 2 itu, terjadilah benturan “Materi Fana” yang berasal dari Big Bang 2 dengan “Materi Nyata” yang berada di perut Firdaus, sehingga terciptalah enam lapis langit, di dalamnya tercipta surga dan neraka, dan di bagian paling dasar terbentuk jagad raya yang terus mengembang bersama-sama dengan 7 lapis langit di atasnya.

As Sajdah 4. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

[1188]. Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.

[1189]. Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

Al Anbiyaa' 30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Proses pembentukan langit 1 sampai 7, yang tercipta akibat benturan “Materi Fana” dengan “Materi Nyata” terjadi dalam dua masa (5 dan 6). Langit ke 7 awalnya bukan langit ke 7, melainkan hanya satu lapis saja (Surga firdaus dan langitnya). Dan setelah terjadi masa ke enam itulah disebut sebagai langit

ke 7 (langit dijadikan tujuh lapis). Sebetulnya “Materi Nyata” ini pun hakikatnya fana, persis ketika gamer game online menilai kalau dunia game adalah maya, dan dunia kita adalah nyata, padahal hakikatnya sama-sama fana.

Fushshilat 12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Di dalam arena permainan inilah terdapat Bumi, Tata surya, lengan galaksi orion, galaksi bimasakti, konstelasi gugus galaksi virgo, konstelasi gugus super galaksi virgo, dan jagad raya (deep field view). Semua itu yang dimaksud dengan hiasan langit pertama, dan semua hiasan itu bukan berada di langit. Karena itulah semua hiasan tersebut dapat dipantau dan dijelajahi oleh manusia lantaran masih bagian dari arena permainan, dan sesungguhnya arena permainan ini terdiri dari gabungan partikel (4D hologram). Karenanyalah, jika anda menjadi sekecil partikel maka yang anda lihat hanyalah partikel-partikel yang berseliweran. Serupa dengan arena permainan game online yang tampil di layar monitor yang sebenarnya terdiri dari gabungan Pixel Color (RGB “red, green, blue”), jika anda menjadi sekecil pixel maka yang anda lihat hanyalah pixel berupa lampu rgb yang berkelap-kelip.

Partikel-partikel Pixel RGB

Karena layar monitor bersifat dimensi, maka dalam satu layar bisa ditampilkan bermacam tampilan (dimensi). Karena itulah tidak aneh jika di dalam arena permainan di dunia ini (alam dimensi) bisa memiliki dimensi lainnya (alam gaib dan barzahk). Sedangkan langit tidak memiliki dimensi seperti halnya arena permainan, hal itu dikarenakan jin dan manusia sama-sama hidup pada dimensi yang sama (tidak ada sekat dimensi). Tidak seperti yang dipikirkan sebagian orang, kalau langit adalah dimensi yang kesekian dan kesekian, yang letaknya di alam dunia ini juga namun berbeda dimensi, seperti halnya alam jin atau alam barzah yang juga berada di alam dunia ini namun berbeda dimensi.

Sebenarnya proses hisab terjadi di arena permainan (alam dimensi), yaitu setelah hari kebangkitan. Proses hisab mirip sekali dengan game komputer, setelah menamatkan game tentu ada perhitungan score terakhir, dan perhitungan itu terjadi masih di dalam game tersebut.

Al A'raaf 25. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.

Dari alam roh, roh memasuki “arena permainan” dan “arena kehidupan” dengan menggunakan avatar.

Inilah yang dimaksud dengan Allah Maha Esa, Allah itu satu meliputi semua yang diciptakan-Nya. Jika ada yang berpikiran Allah terpisah dengan yang diciptakan-Nya tentulah ini pemikiran yang keliru. Sebab Allah tidak terikat oleh ruang dan waktu, jika ada jarak di luar diri Allah tentulah ada ruang dan waktu yang menyebabkan batalnya Kemahabesaran Allah.

Benar Keliru

Fushshilat 54. Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.

Karenanyalah saat ini juga kita mampu “melihat Allah” walau belum sepenuhnya, yaitu melalui diri kita sendiri. Sebab, hakikat diri kita merupakan Af'al (Perbuatan) Allah, Asma (Nama) Allah, Sifat Allah, dan Zat Allah. Karena itulah, manusia yang dapat memahami hal ini dengan baik secara otomatis akan meniadakan dirinya, dan disetiap pandangannya yang ada hanya Allah yang Maha Esa. Persis ketika kita memandang diri ini tanpa cermin, tak semuanya tampak. namun begitu, kita tentu meyakini kalau yang tampak dan yang tak tampak itu tentulah satu kesatuan, yaitu diri ini.

Inilah maksud sebenarnya perkataan "makhluk itu tidak punya wujud hakiki". Inilah makna sebenarnya "sekalian makhluk itu fana di hadirat Ilahi Rabbi". Bukan mem-fana-fana-kan diri atau mengkosong-kosongkan diri atau mentiada-tiadakan diri, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang.

Makrifatnya, apa saja yang terpandang mata, semuanya itu adalah Af'al Allah: Perbuatan Allah. Dan semua perbuatan-Nya adalah pergerakan-Nya. Karena itulah kita dapat merasa dan melihat pergerakan Allah, walau tidak sepenuhnya. Sesungguhnya Allah dan kita adalah satu kesatuan lantaran semua makhluk berasal dan berada pada diri-Nya.

Salah satu dampak dari memahami semua ini adalah kita akan lebih mencintai semua ciptaan Allah, apa pun itu. Kenapa bisa demikian? Jawabnya adalah karena kita sudah benar-benar memahami hakikat sejatinya makhluk ciptaan Allah. Dan yang dimaksud dengan mencintai bukan berarti harus menjadi vegetarian, seperti yang dilakukan sebagian orang, tidak memakan hewan ternak misalnya. Sebab sejatinya cinta kita kepada hewan ternak tersebut adalah memelihara dengan penuh kasih sayang dan mau memanfaatkan daging atau tenaganya, dan itulah kebahagiaan bagi hewan ternak lantaran kita telah memperlakukannya sebagai hewan ternak, yaitu dengan bersedia memanfaatkan tenaga atau dagingnya. Sungguh tiada berguna hewan ternak yang tidak dimanfaatkan sebagaimanamestinya, padahal Allah telah menghalalkannya. Begitupun dengan keterpaksaan membunuh hewan yang menjadi hama, karena hakikat penciptaan hewan

tersebut memang untuk dimusnahkan. Karena dengan adanya hama, maka ada upaya manusia untuk memikirkan bagaimana cara membasminya. Hewan Babi pun telah Allah ciptakan sebagai materi penguji manusia, bukan lantaran Babi mengandung cacing pita, atau apalah alasan lainnya, semua itu hanyalah bagian dari hikmah dan bukan tujuan utama. Tujuan utamanya adalah kita tidak memakan babi lantaran kita memang taat kepada larangan Allah, itu saja. Begitulah sebagian kecil hakikat kehidupan yang ada di muka bumi ini, sungguh semua makhluk yang Allah ciptakan mempunyai kegunaan masing-masing, yaitu untuk menguji, membantu, menghibur, menciptakan lapangan kerja, dll.

Kesimpulan

Adz Dzaariyaat 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Huud 7. Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya[711], dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini[712] tidak lain hanyalah sihir yang nyata."

[711]. Maksudnya: Allah menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.

[712]. Maksud mereka mengatakan bahwa kebangkitan nanti sama dengan sihir ialah kebangkitan itu tidak ada sebagaimana sihir itu adalah khayalan belaka. Menurut sebagian ahli Tafsir yang dimaksud dengan kata Ini ialah Al Quran ada pula yang menafsirkan dengan hari berbangkit.

Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia agar dapat mengenal Allah dan mau mengabdi dengan cara bertakwa kepada-Nya atas dasar kemauannya sendiri. Dan Allah menciptakan arena permainan sebagai tempat untuk menguji akal manusia, agar terlihat siapa yang paling baik amalnya (saling berlomba-lomba dalam kebaikan), sebagai bukti kepada manusia agar tidak protes lantaran adanya perbedaan status kemuliaan. Dan sekali lagi saya tegaskan, kalau bukti itu adalah untuk manusia, bukan untuk Allah, sebab Allah Mahatahu dan karenanya tidak memerlukan bukti. Selain bukti untuk manusia itu sendiri, bukti itu juga untuk kepuasan makhluk berakal lainnya (malaikat dan jin). Karena itulah kita harus membuktikannya, yaitu dengan cara berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebab dengan berusaha menjadi yang terbaik dalam beramal sholeh, itu artinya kita telah membuktikan siapa diri kita sebenarnya. Dan beramal sholeh yang dimaksud adalah, beramal sholeh menurut Allah, bukan beramal sholeh menurut kita. Contohnya adalah perkara ”bidah” (perbuatan yang dianggap baik dalam

beribadah). Perbuatan itu menurut kita baik, namun menurut Allah justru sebaliknya. Karena itu waspadalah dengan segala perkara “bidah”.

Ketahuilah… Kalau sesungguhnya status sosial kita di kampung akhirat akan menjadi berbeda lantaran adanya perbedaan perbuatan kita di dunia (terbukti berbeda). Ukuran baik dan tidak amal kita, bukan hanya berdasarkan lamanya beramal dalam kehidupan namun juga berdasarkan saat terakhir amal perbuatannya. Contohnya adalah mereka yang menjadi kafir setelah beriman, adalah mereka yang telah membuktikan kegagalannya sebagai manusia, dan karenanya mereka tidak layak tinggal di surga sebagai manusia. Begitupun sebaliknya, mereka yang beriman setelah kekafirannya, justru akan menempati surga lantaran ketaannya yang kemudian itu. Karena itulah sekali lagi saya tegaskan, kalau Allah sengaja menghadirkan semua pembuktian ini agar saat di Surga Firdaus tidak ada manusia yang protes lantaran adanya perbedaan status, dan mereka yang tidak layak masuk surga jelas harus mau menerimanya. Dan yang paling menentukan adalah timbangan di akhir permainan ini, yaitu yang menentukan peringkat tertinggi dan peringkat terendah dari amal perbuatan manusia, yang kelak akan menjadi penentu status sosial manusia saat di surga.

Lantas bagaimana dengan anak-anak yang meninggal dunia, padahal mereka belum beramal sholeh (belum berakal), juga dengan anak remaja yang meninggal, padahal belum banyak beramal sholeh. Jawabnya Allah itu Mahatahu, anak-anak yang di izinkan meninggal tentulah mereka para ahli surga golongan tertentu. Begitupun dengan anak remaja, mereka yang di izinkan meninggal tentulah ahli surga atau ahli neraka golongan tertentu. Yang jelas, mereka itu bukanlah penduduk surga golongan atas (terbaik), maupun penghuni neraka golongan bawah (terburuk). Dengan kemahatahuan-Nya, Allah tentu tidak akan membiarkan mereka yang masuk surga golongan atas meninggal lebih awal (diberikan umur panjang untuk banyak beribadah), begitupun dengan penghuni neraka paling bawah, mereka tidak akan dibiarkan meninggal lebih awal (diberikan umur panjang untuk berbuat dosa lebih banyak). Sedangkan para syuhada (orang yang berjuang dijalan Allah), adalah mereka yang Allah ketahui para ahli surga golongan atas (terbaik), walaupun mereka meninggal dalam keadaan masih muda. Karena itulah, untuk kita yang masih hidup diharuskan untuk terus

berusaha, siapa tahu kita memang penduduk surga golongan atas. Dan bagi kita yang masih banyak berbuat dosa hendaklah waspada, jangan-jangan kita adalah penduduk neraka golongan bawah. Namun begitu kita masih mempunyai kesempatan untuk membuktikannya, yaitu dengan cara bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus. Dan taubat kita itu adalah pertanda kalau kita adalah calon ahli surga, yang tidak mustahil akan menjadi penduduk surga golongan atas (terbaik). Sesungguhnya keputusasaan terhadap rahmat Allah adalah ciri dari para penghuni neraka. Karena itulah, jangan sampai kita berputus asa. Biarpun dosa sudah sebesar gunung, selama ajal belum menjemput, tentulah masih ada kesempatan untuk bertaubat, sebagai bukti kalau kita memang pantas menjadi penghuni surga.

Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Adil lagi Maha Bijaksana, yang mana telah menciptakan manusia dengan begitu sempurna, dan tidak sedikitpun tega menzoliminya, bahkan mau memberikannya tempat yang terbaik, sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. Karenanyalah sudah saatnya kita menyadari siapa sejatinya kita, yang mana seharusnya mau membuktikannya dengan taat kepada Allah atas dasar kesadaran kita sendiri (sukarela lantaran cinta), sungguh sangat disayangkan jika kita beribadah hanya karena ikut-ikutan maupun terpaksa. Selain itu, sudah seharusnya kita senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya, yaitu berupa kehidupan di arena permainan ini.

Duhai saudaraku, semoga kita semua bisa bersama-sama menikmati kehidupan selanjutnya, yaitu di “arena kehidupan” surga, sebagai penghargaan dan karunia yang tiada putus-putusnya, yang Allah berikan sebagai wujud cinta dan kasih sayang-Nya lantaran kita mampu menggunakan akal kita dengan sebaik-baiknya, sehingga kita pun dapat mengendalikan ego negatif kita sesuai dengan keinginan Allah, sebagai bukti kalau kita memang pantas menempati surga-Nya sesuai dengan amal perbuatan kita. Amin…

Demikianlah tulisan singkat mengenai “Memahami Hakikat Sejatinya Kita”, mengenai kebenarannya Wallahu'alam... Segala puji bagi Allah, Tuhan

Assalamu’alaikum…

Kepada siapa saja yang membaca tulisan ini, sekali lagi saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika apa yang saya tulis ini mengandung banyak kesalahan. Sebab, saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa, dan saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan lantaran kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya (saya akan menerima dan tidak akan mendebat siapapun, segala hal yang membingungkan silakan ditanyakan pada ahlinya). Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak. Akhir kata, semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat saya sendiri, dan juga buat para pembaca. Amin…

Wassalamu’alaikum…

Astagfirullah… Astagfirullah… Astagfirullah… Peace V ^_^

Alhamdullilah… Para pemikir… Mujahid pena… kian bersemangat dan terus bergandengan tangan melawan kaum materialis dan setanis dengan untaian kata, yang dengan ikhlas dilakukan demi ridha Allah semata, walaupun hanya satu ayat. Berbahagialah Orang Islam Sedunia, Insya Allah dalam waktu dekat, mungkin satu, tiga, delapan, atau sebelas tahun lagi, terhitung mulai tahun 2008, Wallahu’alam. Akan datang seseorang dan berkata, "Hai umat manusia, mulai saat ini pemimpinmu adalah Al Mahdi."

Dalam dokumen Memahami Hakikat Sejatinya Kita (Halaman 34-44)

Dokumen terkait