• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah swt Menguji Nabi Daud as

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kisah Nabi Daud as dalam Alquran

6. Allah swt Menguji Nabi Daud as

Allah swt berfirman, “Dia (Daud as) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepadanya, memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan hanya sedikitlah mereka yang begitu. “Dan Daud menduga bahwa Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat, lalu Kami mengampuni kesalahnnya itu. Dan sungguh dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (QS. Shad : 24-25)

Kata zhanna (mengira) dalam ayat ini berarti, mengetahui. Orang Arab menggunakan kata ini untuk menunjukkan ilmu (tahu) yang mendekati keyakinan, akan tetapi kata ini tidak menunjukkan keyakian sempurna, antara hal ini dan yakin ada tingkatan lain.109 “Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya” yakni, ia tahu bahwa Allah sedang mengujinya dengan putusan hukum, yaitu dalam memutuskan perselisihan tersebut. Daud meminta ampunan kepada allah karena tergesa-gesa dalam memutuskan hukum.

108

Zabur adalah nama kitab samawi Daud as yang disebutkan tiga kali dala Alquran. Kitab yang bernama Zabur atau Mazamir terdapat di perpustakaan „Atiq.

109

Ibn „Athiyyah, Almuharrir Al-Wajiz fii Tafsir Al-Kitab Al-Aziz, (Qatar: Mu‟assasah Dar‟ Ulum), ,h. 447-448

Allah swt berfirman, “Maka ia meminta ampun kepada Rabbnya lalu menyungkur sujud dan bertaubat” para ulama berselisih pendapat tentang dosa yang karenanya Daud as meminta ampun, yang saya kuatkan adalah pendapat yang mengatakan bahwa Daud as menghukumi untuk salah satu orang yang berseteru dalam tuduhannya sebelum mendengarkan kepada alasan pihak tertuduh, ia hanya mencukupkan diri dengan mendengarkan tuduhan pihak penuduh.110

Imam Abu Ja‟far an-Nahhas dalam ayat “sesungguhnya ia telah berbuat zalim dengan meminta kambingmu itu” dikatakan, inilah salahnya Daud as, karena ia mengatakan, “sungguh ia telah berbuat zalim” tanpa mencari tahu kebenarannya dengan sebuah bukti atau pengakuan dari pihak tertuduh, apakah masalah seperti yang dituduhkan atau tidak, Imam al-Qurthubi mengomentari apa yang dikatakan oleh An-Nahhas ini, ia mengatakan, “pendapat ini baik insya Allah”111

Imam al-Biqa‟i mengatakan dalam tafsirnya seperti yang diriwayatkan oleh al-Qasimi darinya dalam ayat “maka Kami ampuni baginya hal itu” yakni, terjatuhnya Daud as dalam menisbatkan kezaliman kepada salah satu pihak yang berseteru tanpa mendengarkan pembelaan atas apa yang dituduhkan kepadanya atau ia mengakuinya. Kemudian al-Biqa‟i juga mengatakan, “tuduhan ini yakni tuduhan antara dua orang yang berseteru di hadapan Daud adalah pelatihan bagi Daud as dalam menghukum dan menyebutkan kisah ini kepada Muhammad saw adalah pelatihan bagi beliau untuk selalu berpikir matang dantidak tergesa-gesa dalam semua urusannya.”112

110

Tafsir al-Qurthubi, judul asli Al Jami‟ li Ahkam Al Qur‟an, terj. Muhyiddin Masridha, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008), h. 180.

111

Ibid., h. 175

112

Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, Jilid I, (Kairo: Dar al-Fikr, 1978), h. 158.

Al-Biqa‟i menguatkan hal ini dengan mengatakan, “Ketika Allah menyebutkan kisah ini, barangkali akan ada yang salah paham mengenai Daud as, karena itu Allah membelanya dengan mengatakan, “dan sesungguhnya ia mempunyai kedudukan dekat di sisi kami dan tempat kembali yang baik” jadi kisah Daud as bersama dua orang yang berperkara adalah pelatihan dalam masalah hukum syari‟at bukan untuk yang lain.”113

Sayyid Quthub dalam menerangkan sisi fitnah yang dengannya Allah menguji Daud as, ia berkata, “ Sesungguhnya dua orang yang memanjat dinding mihrab untuk menemui Daud as sehingga ia terkejut, maka keduanya segera meminta maaf dan menerangkan kepada Daud dan berkata, “Jangan takut, kami adalah dua orang yang bermasalah, salah seorang adari kami bertindak aniaya, kami datang untuk minta putusan hukum padamu.” Masalah yang dimaksud adalah seperti yang dijelaskan oleh salah satu pihak, masalah yang mengandung kezaliman yang nyata yang tidak mungkin untuk ditakwil atau dimaknai lain. Karena itulah Daud as segera memutuskan selesai mendengar pengaduhan yang nyata, ia tidak menujukan pertanyaan pada pihak yang tertuduh, tidak bertanya dan memintanya untuk membantah tuduhan temannya. Demikianlah ia memutuskan hukum dengan mengatakan, “Sesungguhnya ia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu” tampaknya pada tahap ini, Daud as belum mengetahui perihal dua orang yang dihadapannya dua malaikat datang untuk mengujinya, menguji seorang Nabi sekaligus raja yang dipercayakan untuk memimpin urusan manusia, agar ia bisa menghukumi dengan benar dan adil, dan agar bisa mengetahui kebenaran sebelum memutuskan perkara. Keduanya memilih untuk melaporkan suatu kasus yang nyata dan memancing (memprovokasi) akan tetapi seorang hakim tidak boleh ikut terpancing dan tidak boleh tergesa-gesa, ia tidak boleh hanya mengandalkan dan mendengar zahir ucapan satu pihak sebelum memberikan kesempatan kepada pihak kedua untuk menyampaikan argumen dan dalilnya. Karena bisa jadi masalah akan berubah sama sekali atau sebagiannya dan terbukti bahwa zahir tuduhan salah satu pihak tersebut tidak benar, sehingga

113

pada tahap ini, ia menyadari bahwa ia sedang diuji, “Daud as mengetahui bahwa Allah sedang114 mengujinya” di sini, karakter dan sifat dasarnya tersadar, ia adalah seorang yang selalu bertaubat, “maka ia meminta ampun kepada Rabbnya dan menyungkur sujud dan bertaubat.”115

Makna “dan menyungkur sujud” dalam ayat disebutkan ruku‟tetapi artinya sujud, sebab terkadang sujud dengan menggunakan kata ruku‟, dan bertaubat yakni bertaubat dari kesalahannya dan kembali kepada Allah.116 Kesalahan Daud as adalah terburu-burunya dalam memutuskan hukum sebelum mendengarkan alasan dari pihak kedua. Telah kami sebutkan pendapat-pendapat yang menyatakan demikian, dan inilah yang kami kuatkan. “maka kami ampuni baginya kesalahan itu” yakni, kami maafkan dan ampuni kesalahan yang ia meminta ampunan darinya dan sesungguhnya ia mempunyai kedudukan dekat di sisi kami dan tempat kembali yang baik, yakni dekat di sisi Allah dan kelak di akhirat akan mendapatkan tempat kembali yang baik serta kemuliaan di akhirat.117

7. Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Kisah Dua Orang yang Berseteru

Dokumen terkait