• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maha Suci Allah

Dalam dokumen Pusaran Energi Kabah (Halaman 40-43)

Rasul Muhammad Menangis Semalaman Menerima Wahyu llmu Pengetahuan

6. Maha Suci Allah

Kalimat Subhanallaah di dalam agama Islam dianjurkan untuk diucapkan ketika kita melihat sesuatu yang mempesona atau sesuatu yang luar biasa. Maka, ketika sang Pemikir mengucapkan kalimat itu di akhir wahyu tersebut. kita menangkap nuansa bahwa ia sedang terpesona oleh Keagungan dan Kebesaran Allah.

Situasi ini konsisten dengan kalimat sebelumnya, di atas, di mana ia mengatakan tidak sia-sia segala yang diciptakan Allah. Kedua-duanya memberikan kesan kepada kita bahwa sang pemikir telah melakukan sebuah proses berpikir dan pengamatan yang sangat mendalam, sehingga ia sampai terpesona. Orang yang sekedar berpikir asal-asalan tidak akan pernah mencapai tingkatan terpesona. Orang hanya bisa terpesona ketika dia sangat menghayati kenyataan luar biasa yang sedang dihadapinya ... !

Maka. lagi-lagi kita menemukan bahwa wahyu yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad itu memang memiliki makna yang luar biasa dahsyatnya. sehingga Rasulullah pun menangis semalaman ...

Di dalam Al Quran Allah memberikan banyak gambaran tentang makhluk yang bertasbih, me-Maha Suci-kan Allah. Ada suatu kesan yang kuat bahwa mereka yang me-Maha Suci-kan Allah itu adalah mereka yang telah begitu memahami bahwa Dia benar-benar Tuhan semesta alam.

Al lsraa' : 44

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih. dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun. "

Kalau kita mencoba mencermati firman di atas, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa yang disebut tasbih dalam hal ini bukanlah sekedar mengucapkan Subhanallah. Kenapa demikian ? karena kalimat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa benda-benda mati pun - seperti langit dan bumi. dan segala macam isi alam semesta - ternyata bertasbih kepada-Nya.

Tentu kita semua tahu bahwa benda-benda itu tidak bisa berkata-kata, seperti manusia. Termasuk. tentu saja. mereka tidak bisa mengucapkan subhanallah. Apalagi lantas Allah memberikan penegasan pada kalimat berikutnya, bahwa kita -

kebanyakan manusia - tidak mengerti tasbih mereka. Karena mereka memiliki caranya sendiri untuk mentasbihkan Allah.

Yang mengerti tentang tasbih mereka, hanya sebagian kecil saja dari kita. Termasuk sang 'Ulil Albab' yang selalu mencermati dan berpikir tentang ayat-ayat Allah di alam semesta. Hanya orangorang semacam dialah yang mengetahui bahwa alam semesta ini sedang bertasbih kepada Allah. Sehingga dia pun akhirnya mengucapkan kalimat yang sama: Maha Suci Engkau ya Allah. .. , sebagaimana bagian akhir QS Ali Imran 191.

Di bagian yang lain. Allah Juga memberikan gambaran bahwa alam semesta ini bertasbih bersama orang-orang yang berilmu pengetahuan seperti nabi Daud dan nabi Sulaiman.

QS. Al Anbiyaa' : 79

"Maka Kami telah memberiklan pengetian kepada Sulaiman tentang hukum, dan kepada masing-masing mereka (Daud dan Sulaiman) telah Kami berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan urung-burung, semua bertasbih. bersama Daud. Dan Kami-lah yang melakukannya.

Maka, barangkali kita boleh mengambil kesimpulan bahwa hakikat tasbih yang dimaksudkan oleh Allah di dalam berbagai ayat Quran bukanlah sekedar berucap Subhanallahi; melainkan lebih kepada pengakuan atas ke-Maha Perkasa-an Allah, sehingga seluruh isi alam ini tunduk dan patuh kepada-Nya. Kepada hukum alam yang ditegakkan-Nya. Serta kepada seluruh sunnatullah-Nya.

Bagaimana mungkin kita bisa memberikan pengakuan tentang Keperkasaan Allah tanpa mempelajari dan memahami alam sekitar kita? Tentu saja sulit, karena pengakuan terhadap Kehebatan Allah hanya bisa muncul kalau kita melakukan proses pemahaman atas segala ciptaan-Nya. Kecuali, para Nabi yang memperoleh Wahyu dari-Nya, langsung dimasukkan ke dalam kalbunya.

Berulang-ulang Allah menceritakan tasbih para makhluk-Nya di dalam Al Quran. Mulai dari para malaikat, langit yang tujuh, hamparan bumi dan gunung-gunung, burung yang beterbangan, awan yang berarak, hujan dan salju, pergantian siang dan malam hari, penciptaan binatang-binatang melata, dan segala macam isi alam semesta ini. Lagi-lagi semua itu menegaskan bahwa 'ketaatan' seluruh isi alam dalam mengikuti sunnatullah itulah yang menjadi bukti Kemahasucian Allah.

QS. An Nuur: 41 - 46

"Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah. kepadanya bertasbili apa yang di langit dan di bumi, dan ljuga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. "

"Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah semuanya kembali"

"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikan-nya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah juga menurunkan es dari langit, dari gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya es itu kepada siapa yang Nya dan dihindarkan-Nya dari siapa yang

dikehendaki-Nya. Kilatan awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

"Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang benar bagi orangoang yang mempunyai penglihatan. "

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air. maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya.. dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendai-Nya. sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus ."

Seluruh benda mati di alam semesta ini. dengan sendirinya sudah mengakui ke-Maha Suci-an Allah, karena eksistensi mereka seluruhnya telah mengikuti hukum alam alias sunnatullah. Termasuk seluruh bagian dan organ dalam tubuh kita. Detak jantung kita, nafas dan paru kita, ginjal dan hepar, pencernaan, otak, saraf, dan seluruh sel-sel serta miliaran molekul dan atom di dalam tubuh kita, semuanya telah bertasbih kepada Allah.

Lantas. kenapa kita masih 'dituntun' oleh Allah untuk bertasbih kepada-Nya? Ya, karena jiwa kita telah terkungkung dalam badan kemanusiaan yang serba terbatas dan berkutub dua: yaitu 'kemuliaan' dan 'hawa nafsu', Kesadaran kita terus bergerak di antara dua kutub itu. Ketika. kesadaran kita meningkat menuju kepada 'kemuliaan', maka kita lantas bisa 'melihat' kenyataan kehidupan yang sesungguhnya. Sebaliknya kalau 'kesadaran' kita menurun menuju kepada hawa nafsu, maka kita lantas kehilangan 'penglihatan' kita untuk melihat kehidupan yang sesungguhnya.

Dalam sudut pandang yang lain, kita bisa mengatakan bahwa tubuh manusia ini menyebabkan kemampuan kita serba terbatas. Padahal kita sebenarnya memiliki potensial ruh yang serba tidak terbatas, karena ruh adalah potensi Ilahiah. Maka ketika kita terlalu memanjakan pemenuhan kebutuhan raga saja, seperti makan, minum, harta, seksualitas, kekuasaan, dan sebagainya, kita akan terjebak kepada hawa nafsu.

Sebaliknya, kalau kita bisa memandang bahwa kebutuhan raga itu hanyalah sebuah 'perantara' saja - dan kebutuhan ruh adalah utama - maka kita akan mencapai derajat kemuliaan, dalam hidup yang sesungguhnya.

Disinilah, karena potensi ruh kita telah terkungkung dalam eksistensi kemanusiaan kita, maka kualitas kesadaran kita bisa naik turun antara Kemuliaan

dan hawa nafsu yang membawa pada Kehinaan. Sehingga, lantas Allah mengingat-kan kepada kita bahwa Kesadaran ruh harus terus ditingkatmengingat-kan.

Caranya adalah dengan terus menerus menghubungkan 'kesadaran' ruh kita dengan Sang Maha Pencipta. Akhirnya, diharapkan kita btsa memperoleh sebuah 'kesadaran semesta' bahwa segala eksistensi ini sebenarnya adalah kecil. Yang besar dan penting hanya Allah saja ...

Dalam dokumen Pusaran Energi Kabah (Halaman 40-43)