• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove

Dalam dokumen VI. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-38)

Berdasarkan hasil nilai ekonomi total hutan mangrove tersebut, maka dapat ditentukan model alternatif pengelolaan yang optimal, karena besarnya manfaat dan fungsi ekosistem hutan mangrove baik secara langsung maupun secara tidak langsung membutuhkan pengelolaan yang baik. Pengelolaan ekosistem hutan mangrove perlu dilakukan dengan optimal dan berkelanjutan, tidak hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi semata, tetapi penting pula untuk memperhatikan aspek ekologis dan sumberdaya tersebut. Alternatif pengelolaan juga memerlukan evaluasi yang akan menentukan pilihan kebijakan pengelolaan.

Tabel 33 menunjukkan bahwa total nilai keuntungan tertinggi diperoleh pada saat kondisi ekosistem mangrove seperti pada alternatif pemanfaatan VI dan V yaitu sebesar Rp147.704.599.701,17 dan Rp144.484.060.290,42, total nilai keuntungan terendah diperoleh pada alternatif pemanfaatan III sebesar Rp101.377.107.993,67. Evaluasi dari suatu keputusan untuk menentukan pilihan dan pemanfaatan. yaitu melakukan perbandingan antara biaya, manfaat dan nilai ekonomi total yang diperoleh. Pemanfaatan hutan mangrove karena bersifat intertemporal. Menurut Fauzi (2004) bahwa pilihan intertemporal menyangkut membandingkan nilai atau manfaat ekonomi dari sumber daya alam pada periode waktu yang berbeda, dimana pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal adalah melalui proses discounting.

Evaluasi kelayakan jenis pemanfaatan hutan mangrove dari hasil penelitian diketahui melalui kriteria kelayakan usaha, berupa Net Present Value (NPV), penjumlahan nilai rupiah di masa mendatang dinilai pada waktu kini yang didiskon pada setiap periode. Cost Benefit Analysis (CBA) untuk membandingkan besarnya biaya pemanfaatan termasuk biaya lingkungan dengan besarnya manfaat optimal yang diperoleh.

Tabel 33 Nilai Manfaat Total dan Manfaat Bersih dari Alternatif Pemanfaatan No Alternatif Pemanfaatan Nilai Manfaat Total (Rp) Total Biaya (Rp) Manfaat Bersih (Rp) 1 Alternatif Pemanfaatan I 102.183.888.606,41 676.060.885,49 101.507.827.720,92 2 Alternatif Pemanfaatan II 101.719.985.411,46 341.988.558,71 101.377.996.852,75 3 Alternatif Pemanfaatan III 101.733.360.399,03 356.252.405,36 101.377.107.993,67 4 Alternatif Pemanfaatan IV 103.164.409.132,07 359.248.177,11 102.805.160.954,96 5 Alternatif Pemanfaatan V 144.958.649.793,88 474.589.503,46 144.484.060.290,42 6 Alternatif Pemanfaatan VI 148.211.698.875,88 507.099.174,71 147.704.599.701,17 Sumber : Data Primer (Lampiran 8 19), 2007.

a) Hutan Mangrove pada Alternatif Pemanfaatan I (Optimal)

Pada saat penelitian berlangsung, total ekosistem hutan mangrove menjadi tambak seluas 146,50 ha dengan pola polikultur (Udang + Ikan Bandeng seluas 21,00 ha), monokultur (Udang dan Ikan Bandeng masing-masing seluas 13,50 ha dan 112,00 ha) dengan sisa hutan mangrove hanya seluas 12,50 ha. Dengan melakukan analisis ekonomi terhadap nilai optimal untuk manfaat langsung, maka diketahui nilai NPV dan BCR untuk total nilai ekonomi dari kondisi awal optimal hutan mangrove di Kecamatan Merawang, seperti yang disajikan pada Tabel 34 dan Gambar 14.

Tabel 34 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan I

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 (98.096.393.679,77) 0,03

2 10,00 (97.627.579.527,02) 0,04

3 1,74 (95.839.311.917,40) 0,05

Gambar 14 Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan I.

Berdasarkan perhitungan analisis ekonomi dengan discount rate (tingkat suku bunga) dalam jangka waktu analisis 10 (sepuluh) tahun, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) yang sangat rendah atau tidak layak karena nilai NPV yang diperoleh < 0 yaitu sebesar Rp(98.096.393.679,77) dan Benefit Cost Ratio (BCR) 0,03 pada suku bunga 13,27%. Nilai NPV tertinggi pada suku bunga 1,74% adalah sebesar Rp(95.839.311.917,40) dan BCR 0,05. Suku bunga 10,00% pada kondisi aktual saat penelitian juga menunjukkan nilai ekonomi yang rendah, nilai NPV diperoleh sebesar Rp(97.627.579.527,02) dan BCR 0,04.

b) Alternatif Pemanfaatan II

Alternatif pemanfaatan kedua menggambarkan kondisi ekosistem hutan mangrove dengan tambak ditentukan berdasarkan kondisi awal yang optimal, hutan mangrove (12,50 ha) dan tambak (polikultur Udang + Ikan Bandeng 21,00 ha, monokultur Udang 0 ha dan monokultur lkan Bandeng 125,50 ha). Hasil analisis ekonomi ekosistem hutan mangrove pada alternatif pemanfaatan II dapat dilihat pada Tabel 35, begitu juga dengan Gambar 15 yang menggambarkan perbandingan hasil analisis ekonomi dengan berbagai tingkat suku bunga.

Tabel 35 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan II

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 (98.856.448.958,08) 0,02

2 10,00 (98.499.647.221,65) 0,03

3 1,74 (97.138.645.245,55) 0,04

Gambar 15 Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan II.

Berdasarkan hasil analisis ekonomi seperti pada Tabel 35 diketahui, bahwa pada alternatif pemanfaatan II diperoleh nilai Net Present Value (NPV) ekosistem hutan mangrove yang juga rendah atau tidak layak, yaitu sebesar Rp(98.856.448.958,08) pada tingkat suku bunga 13,27%, nilai Benefit Cost Ratio juga tidak layak sebesar 0,02. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 10,00% sebesar Rp(98.499.647.221,65) dan BCR 0,03. Pada suku bunga 1,74%, nilai NPV sebesar Rp(97.138.645.245,55) dan nilai BCR 0,04.

c) Alternatif Pemanfaatan III

Pada alternatif pemanfaatan ketiga ini, perbandingan antara luasan hutan mangrove dengan tambak adalah hutan mangrove 12,50 ha dan tambak (monokultur Udang 0 ha, monokultur Ikan Bandeng 112,00 ha dan polikultur Ikan Bandeng + Udang 34,50 ha ), hasil analisis ekonomi terlihat pada Tabel 36 dan Gambar 16 menunjukkan perbandingan hasil analisis ekonomi dengan berbagai tingkat suku bunga pada ekosistem hutan mangrove alternatif pemanfaatan III.

Tabel 36 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan III

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 (98.783.379.420,27) 0,03

2 10,00 (98.413.432.749,10) 0,03

3 1,74 (97.002.290.091,69) 0,04

Gambar 16 Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan III.

Pada alternatif pemanfaatan III, diperoleh hasil analisis ekonomi berupa Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Nilai NPV diperoleh juga sangat rendah dan tidak layak sebesar Rp(98.783.379.420,27), dan nilai BCR juga tidak layak sebesar 0,03 ketika tingkat suku bunga sebesar 13,27%. Begitu juga pada tingkat suku bunga 10,00%, nilai NPV sebesar Rp(98.413.432.749,10) dan nilai BCR 0,03. Pada tingkat suku bunga mencapai 1,74%, nilai NPV masih rendah sebesar Rp(97.002.290.091,69) dan nilai BCR 0,04.

d) Alternatif Pemanfaatan IV

Alternatif pemanfaatan keempat menggambarkan kondisi ekosistem hutan mangrove, dengan perbandingan bahwa untuk hutan mangrove (26,00 ha) dan untuk tambak (tambak monokultur Udang 0 ha, tambak monokultur Ikan Bandeng 112,00 ha dan tambak polikultur 21,00 ha). Tabel 37 dan Gambar 17 menyajikan hasil analisis ekonomi pada berbagai tingkat suku bunga untuk alternatif pemanfaatan IV.

Tabel 37 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan IV

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 (91.261.663.543,29) 0,10

2 10,00 (89.808.664.714,15) 0,11

3 1,74 (84.266.274.989,53) 0,17

Gambar 17 Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan IV.

Hasil analisis ekonomi seperti terlihat pada Tabel 38, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio yang juga belum layak, nilai terendah pada tingkat suku bunga 13,27%, masing-masing sebesar Rp(91.261.663.543,29) dan 0,10. Nilai NPV terendah lainnya sebesar Rp(89.808.664.714,15) pada suku bunga 10% dan nilai BCR 0,11. Pada tingkat suku bunga 1,74%, nilai NPV sebesar Rp(84.266.274.989,53) dan nilai BCR 0,17. e) Alternatif Pemanfaatan V

Alternatif pemanfaatan keenam menggambarkan kondisi ekosistem hutan mangrove dengan perbandingan bahwa untuk hutan mangrove (12,50 ha) dan untuk tambak (tambak monokultur Udang 0 ha, tambak monokultur Ikan Bandeng 0 ha, dan tambak polikultur 146,50 ha). Hasil analisis ekonominya dapat dilihat pada Tabel 38 dan Gambar 18.

Tabel 38 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan V

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 133.268.740.328,90 2,31

2 10,00 167.220.700.671,79 2,65

3 1,74 296.728.717.032,37 3,92

Gambar 18 Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan V.

Pada Alternatif pemanfaatan V, diperoleh hasil analisis ekonomi berupa Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Nilai NPV tertinggi diperoleh pada saat tingkat suku bunga 1,74% sebesar Rp296.728.717.032,37 dengan nilai BCR juga sebesar 3,92. Begitu juga pada tingkat suku bunga 10,00%, masih diperoleh nilai NPV yang cukup besar yaitu Rp167.220.700.671,79 dan nilai BCR sebesar 2,65. Pada tingkat suku bunga 13,27% nilai NPV yang didapat lebih rendah sebesar Rp133.268.740.328,90 dengan nilai BCR 2,31.

f) Alternatif Pemanfaatan VI

Alternatif pemanfaatan kelima menggambarkan kondisi ekosistem 100% hutan mangrove, apabila tanpa dilakukan konversi untuk lahan budidaya tambak. baik pola usaha monokultur maupun polikultur. Tabel 39 dan Gambar 19 memperlihatkan hasil analisis ekonomi pada berbagai tingkat suku bunga untuk alternatif pemanfaatan VI, sehingga diketahui nilai NPV dan BCR.

Tabel 39 Hasil Analisis Ekonomi pada Berbagai Tingkat Suku Bunga untuk Alternatif Pemanfaatan VI

No Suku Bunga (%) Net Present Value Benefit Cost Ratio

1 13,27 148.990.806.064,52 2,47

2 10,00 185.164.714.889,18 2,83

3 1,74 323.148.240.098,84 4,20

Gambar 19 Perbandingan hasil Analisis Ekonomi dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga pada Ekosistem Hutan Mangrove Alternatif Pemanfaatan VI.

Berdasarkan hasil analisis ekonomi seperti pada Tabel 39 diketahui, bahwa pada alternatif pemanfaatan VI diperoleh nilai Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost ratio (BCR) sangat tinggi sebesar Rp323.148.240.098,84 dan 4,20 pada suku bunga 1,74%. Nilai terendah pada suku bunga 13,27% yaitu NPV sebesar Rp148.990.806.064,52 dan BCR 2,47. Pada suku bunga 10,00% menghasilkan nilai NPV sebesar Rp185.164.714.889,18 dan nilai BCR 2,83.

Dalam dokumen VI. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-38)

Dokumen terkait