• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Bagan 5 Alur Kerangka Berpikir

KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR

Proses Berpikir

JENIS KALIMAT

Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat

Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan bentuk sintaksis kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah

Analisis Hasil

Kesimpulan

KLASIFIKASI

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hal ini selaras dengan pendapat Moleong (2006:11) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggunakan kata-kata dan gambar (bukan angka-angka) sebagai datanya. Dengan demikian, laporan penelitian nantinya berisi kutipan-kutipan data yang berupa kalimat-kalimat untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Arikunto (2006: 10) berpendapat bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan sementara objek yang diamati pada saat penelitian.

Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Objek penelitiannya berkaitan dengan fenomena atau kasus kebahasaan yang diwujudkan dalam bentuk karangan dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian.

3.2 Data dan Sumber Data

Arikunto (2006: 129) memaparkan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur pada tahun 2015. Data yang dianalisis berupa kalimat pada karangan-karangan tersebut. Berikut ini dipaparkan nama dan judul karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Tabel 3. Nama Guru dan Judul Karangan

No Nama Judul Jenis

Karangan Asal Sekolah

1 Antonius Anyeq Lingkungan Eksposisi SDN 002 Ujoh Bilang

2 Antonius Bunsu Lingkungan Narasi SDN 004 Noha Silat, Kec. Long Apari

3 Albertus Hajang Lingkungan Persuasi SDN 008 Mandak Besar

4 Donatus Dia Jagalah Kebersihan

Eksposisi SDN 001 Lahan 5 Eka Saptha Bahaya Banjir Narasi SDN 001 Ujoh

Bilang 6 Havui Larah, S.Pd Buanglah Sampah Pada Tempatnya Persuasi SDN 005 Long Lunuk

7 Jumsaber Oang Lingkungan Narasi SDN 003 Long Penareh

8 Laan Lenjau Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang

9 Leris Uluk, S.Pd, SD

Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang

10 Marta Hibau Lingkungan Rumahku Eksposisi SDN 003 Long Bangun 11 Martha Tukau Luhau Lingkungan Narasi SDN 008 Mahakam Teboq Ilir

12 Monika H. Lingkungan Narasi SDN 008 Mamahak Besar 13 Muhamad Nasir Lingkungan Eksposisi SDN 002 Muara

Hatah

14 Natalia Hong Lingkungan Narasi SDN 002 Datah Bilang

15 P. Jaang Ajat Lingkungan Eksposisi SDN 002 Long Pahangai

16 Teofilius Ledok (Tidak ada judul) Persuasi SDN 001 Tiong Bu’u

17 Theresia Hipui Lingkungan Narasi SDN 007

Mahakam Teboq 18 Theresia Novi

Partiwi B.

Lingkungan Narasi SDN 001 Long

Hubung 19 Luhung Huvat Menciptakan

Lingkungan Sehat

Eksposisi SDN 003 Long Tuyoq

20 Ester Ms Libe Akibat Banjir Narasi SDN 011 Long Hurai

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini ada dua, yakni jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis. Kedua objek penelitian tersebut terdapat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2006: 9) bahwa ciri khas peneliti sebagai instrumen penelitian, yakni peran serta peneliti tersebut. Dalam suatu penelitian, peneliti dapat mengamati secara langsung objek yang akan ditelitinya. Peneliti dapat berhubungan langsung dengan data dan mampu

memahami serta menilai bentuk dari interaksi di lapangan. Maksudnya adalah peneliti mampu melihat bagaimana kondisi di lapangan yang sebenarnya. Peneliti sendiri melakukan pengamatan dengan cara membaca karangan kedua puluh guru-guru SD se-Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Moleong (2006: 168) menjelaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode dokumentasi. Hal ini sesuai dengan teori Arikunto (1996: 234) bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Sugiyono (2009: 329) berpendapat bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena karangan guru-guru SD Mahakam Ulu termasuk dalam dokumen yang berbentuk tulisan. Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahap. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Peneliti mengumpulkan 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

b. Peneliti membaca dan mengidentifikasi kalimat-kalimat dalam 20 karangan berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis.

c. Peneliti mencatat kalimat-kalimat tersebut berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan menggunakan komputer.

d. Peneliti memberi kode untuk masing-masing data kalimat.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode agih. Sudaryanto (2015: 18) berpendapat bahwa alat penentu dalam metode agih ini jelas selalu berupa bagian dari bahasa yang berkaitan dengan objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, dan lain-lain. Pada penelitian karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini, alat untuk menganalisis datanya adalah bagian atau unsur bahasa yang menjadi objek penelitian, yakni unsur-unsur kalimat yang disebut klausa dan pola dasar klausa serta bentuk-bentuk sintaksis kalimat.

Metode agih ini memiliki dua teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Penelitian analisis struktur kalimat dan penalaran karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini menggunakan teknik dasar, yakni teknik bagi unsur langsung. Disebut demikian karena cara yang digunakan untuk menganalisis data dalam karangan ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa unsur sintaksis. Analisis data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Data yang telah ditulis pada kolom-kolom diberi kode berdasarkan jenis kalimatnya.

b. Peneliti menganalisis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, seperti mengacu pada teori tentang klausa yang dijelaskan oleh Alwi (dalam TBBBI, 2010: 319).

c. Peneliti juga menganalisis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis, seperti mengacu pada teori tentang bentuk sintaksis kalimat yang dijelaskan oleh Alwi (dalam TBBBI, 2010: 360 ).

d. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan langkah (b) dan (c) tersebut. e. Peneliti meminta triangulasi hasil analisis ini kepada ahli.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengkodean dalam analisis kalimat. Manfaat pengkodean adalah semakin memudahkan peneliti dan pembaca dalam mengamati jenis-jenis kalimat yang ada pada karangan. Berikut ini dipaparkan pengkodean yang digunakan oleh peneliti dalam tabel 4 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4. Kode Fungsi Sintaksis

Tabel 5. Kode Penomoran Karangan

Contoh penggunaan kode penomoran karangan: kode (Kr1.P1.K1) menunjukkan karangan nomor urut pertama, pada paragraf pertama dan pada kalimat pertama. S = Subjek P = Predikat O = Objek Pel = Pelengkap K= Keterangan Kr (1) Karangan (1) P (1) Paragraf (1) K (1) Kalimat (1)

3.7 Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moelong, 2006: 330). Setelah peneliti menyelesaikan analisis data, peneliti harus melakukan triangulasi. Jadi, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data kepada ahli. Peneliti melakukan triangulasi kepada dua orang triangulator, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Septina Krismawati, S.S., M.A. Setelah peneliti memperoleh data yang valid, peneliti dapat segera menyajikan data dalam bentuk deskripsi kata-kata.

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri atas tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bagian pertama, peneliti menguraikan data penelitian. Bagian kedua, peneliti menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan kedua rumusan masalah, yaitu (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bagian ketiga, peneliti membahas temuan penelitian dalam konteks teori yang dianut dan penelitian yang sejenis.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang dihasilkan para guru SD Mahakam Ulu pada karangan mereka. Kalimat yang dari segi jumlah klausanya disebut sebagai kalimat tunggal dan majemuk serta kalimat yang dari segi bentuk sintaksisnya disebut sebagai kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dari 20 karangan para guru ditemukan 188 kalimat yang dapat diambil sebagai data penelitan. Adapun rincian kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu adalah sebagai berikut.

4.1.1 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausa, data kalimat yang terdiri dari satu klausa berupa kalimat tunggal berpredikat nomina, kalimat tunggal berpredikat verba, kalimat tunggal berpredikat adjektiva, dan kalimat tunggal berpredikat numeral. Sementara itu, data kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa berupa kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan kalimat tunggal sebanyak 105 buah kalimat dengan rincian: (1) kalimat tunggal berpredikat nomina sebanyak 2 buah kalimat, (2) kalimat tunggal berpredikat verba sebanyak 100 buah kalimat, (3) kalimat tunggal berpredikat adjektiva sebanyak 2 buah kalimat, dan (4) kalimat tunggal dengan frasa numeral sebanyak 1 buah kalimat. sedangkan kalimat majemuk dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu berjumlah 83 buah kalimat dengan rincian : (1) kalimat majemuk setara sebanyak 23 kaimat, (2) kalimat majemuk bertingkat sebanyak 51 kalimat, dan majemuk campuran sebanyak 9 kalimat. Peneliti merinci hasil yang ditemukan di dalam Tabel 3 mengenai data kalimat berdasarkan jumlah klausa dan contoh kalimat yang dimaksud.

Tabel 6

Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa

Kr Kalimat Tunggal dengan Predikat Kalimat Majemuk V N Adj F.Prep Num MS MB MC

1 4 3 1 2 2 1 1 1 1 3 4 2 4 4 1 5 1 5 8 3 6 4 2 7 5 5 1 8 4 1 3 9 1 1 3 10 3 1 3 1 11 4 1 1 2 12 13 3 5 13 3 2 14 13 1 1 1 3 15 4 1 16 4 2 17 2 2 1 18 7 1 3 1 19 8 2 1 20 3 4 7 2 Jumlah 100 2 2 - 1 23 51 9 Keterangan Kr : Karangan N : Nomina

MS : Majemuk Setara V : Verba MB : Majemuk Bertingkat Adj : Adjektiva

MC : Majemuk Campuran F.Prep : Frasa Preposisional Num : Numerial

Peneliti mencantumkan contoh kalimat tunggal dan majemuk. Contoh data kalimat tunggal dapat diamati pada kutipan (1) hingga (4), yaitu kalimat tunggal dengan predikat frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, dan frasa numeral. Contoh data kalimat majemuk dapat diamati pada kutipan (5) hingga (7), yaitu kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran.

4.1.1.1Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina

Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa nominal dapat dicermati pada kutipan (74) berikut ini.

(74) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. (Kr 14.1.4) Kalimat (74) di atas merupakan kalimat tunggal yang ditemukan dalam karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jumlah kalimat tunggal berpredikat nomina yang ditemukan peneliti sebanyak dua buah kalimat, termasuk data kalimat di atas.

4.1.1.2Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba

Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dapat diamati pada kutipan (75) berikut ini.

(75) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang (Kr 14.2.1)

Kalimat (75) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat verba yang ditemukan peneliti sebanyak 100 kalimat, termasuk data kalimat di atas.

4.1.1.3 Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva

Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dapat dicermati pada kutipan (76) berikut ini.

(76) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr 14.1.1)

Kalimat (76) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat adjektiva yang ditemukan peneliti sebanyak dua kalimat, termasuk data kalimat di atas.

4.1.1.4Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral

Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral dapat dilihat pada kutipan (77) berikut ini

(77) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat (Kr 2.1.1)

Contoh kalimat (77) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat frasa numeral yang ditemukan peneliti sebanyak satu kalimat, termasuk data kalimat di atas.

4.1.1.5 Kalimat Majemuk Setara

Data yang berupa kalimat majemuk setara dapat dicermati pada kutipan (76) di bawah ini.

(76) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak akan asing lagi, bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi ciri khas warga kota (Kr 1.1.1)

Kalimat (76) di atas merupakan kalimat majemuk setara dengan tipe lebih. Jumlah kalimat majemuk setara pada karangan para guru SD Mahakam Ulu sebanyak 23 kalimat.

4.1.1.6 Kalimat Majemuk Bertingkat

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dapat dicermati pada kutipan (77) di bawah ini.

(77) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2)

Kalimat (77) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan tipe

tujuan. Jumlah kalimat majemuk bertingkat pada karangan para guru SD Mahakam Ulu sebanyak 51 kalimat.

4.1.1.7Kalimat Majemuk Campuran

Data yang berupa kalimat majemuk campuran dapat dicermati pada kutipan (78) di bawah ini.

(78) Apabila sampah dibuang ke dalam parit, saluran-saluran air akan tersumbat dan akan menyebabkan banjir. (Kr 3.2.2)

Contoh kalimat (78) di atas merupakan kalimat yang terdiri dari tiga klausa dengan hubungan koordinatif-subordinatif. Jumlah kalimat majemuk bertingkat yang ditemukan peneliti sebanyak sembilan kalimat, termasuk salah satunya data kalimat di atas.

4.1.2 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis

Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif dan kalimat eksklamatif. Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan 188 kalimat. Adapun perincian jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 7

Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis

Kr KD K.Im Kin K.Eks

1 8 2 2 7 3 5 1 4 10 1 5 11 6 6 7 11 8 8 9 5 10 8 11 8 12 21 13 6 14 17 1 1 15 5 16 3 2 1 17 5 18 12 19 11 20 16 Jumlah 183 5 4 -

Keterangan

Kr : Karangan K.In : Kalimat Interogatif KD : Kalimat Deklaratif K.Eks : Kalimat Eksklamatif K.Im : Kalimat Imperatif

Berdasarkan tabel 4 di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa dari empat kategori kalimat yang ditentukan, hanya ada tiga jenis kalimat. Ketiga jenis kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kalimat yang ada pada karangan guru-guru tersebut, yakni penggunaan kalimat deklaratif sebanyak 183 buah kalimat, penggunaan kalimat imperatif sebanyak 5 buah kalimat, dan penggunaan kalimat interogatif sebanyak 4 buah kalimat. Berdasarkan data tersebut, frekuensi kalimat yang sering muncul adalah kalimat deklaratif. Berikut ini akan dipaparkan contoh-contoh kalimat berdasarkan bentuk sintaksis.

4.1.2.1 Kalimat Deklaratif

Data yang berupa kalimat deklaratif dapat dicermati pada kutipan (79) di bawah ini.

(79) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. (Kr.3.3.1) Kalimat (79) di atas termasuk dalam kalimat deklaratif. Jumlah kalimat deklaratif yang ditemukan peneliti sebanyak 183 buah kalimat, termasuk kalimat di atas.

4.1.2.2Kalimat Imperatif

Data yang berupa kalimat imperatif dapat dicermati pada kutipan (80) di bawah ini.

(80) Maka hendaklah kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan

dengan membuang sampah pada tempatnya serta sampah yang dapat didaur ulang dapat digunakan untuk keperluan dan penghasilan hidup. (Kr 16.3.2)

Kalimat (80) di atas merupakan kalimat yang berisi perintah ajakan. Jumlah kalimat imperatif yang ditemukan peneliti sebanyak lima data, termasuk kalimat di atas.

4.1.2.3 Kalimat Interogatif

Data yang berupa kalimat interogatif dapat dicermati pada kutipan (81) di bawah ini.

(81) Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? (Kr 16.1.3)

Kalimat (81) di atas merupakan kalimat yang berisi pertanyaan Jumlah kalimat interogatif yang ditemukan peneliti sebanyak empat kalimat, termasuk kalimat di atas.

4.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis. Berikut ini diuraikan analisis data beserta contohnya yang dibagi berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis kalimat dalam karangan para guru SD Mahakam Ulu.

4.2.1 Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dapat dibagi menjadi dua yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kedua jenis kalimat ini digunakan

guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur dalam karangannya. Berikut ini pemaparan hasil analisis terhadap kedua jenis kalimat tersebut.

4.2.1.1 Kalimat Tunggal

Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat tunggal paling banyak digunakan. Dalam karangan guru-guru tersebut, terdapat empat jenis kalimat tunggal, yakni (a) kalimat tunggal dengan predikat verba, (b) kalimat tunggal dengan predikat nomina, (c) kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dan (d) kalimat tunggal dengan predikat numeralia.

A. Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba

Kalimat tunggal dengan predikat verbal dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur muncul sebanyak 100 kali. Dari 100 kalimat itu, guru-guru menggunakan enam pola kalimat dasar. Keenam kalimat dasar yang digunakan guru-guru tersebut yakni 1) P, 2) P-O, 3) P-Pel, 4) P-K, 5) S-P-O-Pel, dan 6) S-P-O-K. Berikut ini contoh kalimat tunggal dengan predikat frasa verba.

1) Pola Dasar S-P

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat frasa verbal dengan pola S-P dapat dicermati pada kutipan (82) dan (83) di bawah ini.

(82) Kebiasaan buruk ini sudah diperingati (Kr 5.1.5)

S P

(83) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri (Kr 4.2.1)

Kalimat (82) dan (83) ini hanya terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) dan predikat (P). Unsur subjek pada kalimat (82) diisi oleh frasa nomina kebiasaan buruk ini dan unsur predikat diisi dengan frasa verbal intransitif sudah diperingati. Kalimat (82) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Unsur subjek pada kalimat (83) di atas diisi oleh frasa nomina yang pertama sedangkan unsur predikatnya diisi dengan frasa verba menjaga kebersihan diri sendiri. Kata adalah dalam kalimat (83) hanya berfungsi untuk mengawali unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (82) dan (83) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 7.5.2), (Kr 12.4.2), (Kr 13.3.2), (Kr 14.4.2) (Kr 19.1.1), dan (Kr 20.2.1)

2) Pola Dasar S-P-O

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-O dapat dicermati pada kutipan (84) dan (85) di bawah ini.

(84) Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan

S P

terserangnya berbagai penyakit (Kr 6.1.3). O

(85) Air yang tergenang mengapa dapat menimbulkan penyakit?

S kt tanya P O (Kr 1.3.4) Kalimat (84) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan objek (O). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif akan menyebabkan. Predikat dengan verba aktif transitif membutuhkan kehadiran objek. Objek pada kalimat (84) diisi dengan frasa nomina terserangnya

berbagai penyakit. Objek ini pada bentuk pasif dapat berubah posisi menjadi subjek. Kalimat (85) memiliki struktur yang sama dengan kalimat (84). Unsur pengisi subjek pada kalimat (85) diisi oleh frasa nomina dan predikatnya diisi dengan frasa verba sedangkan objeknya diisi dengan nomina. Pola dasar tidak hanya berbentuk deklaratif atau berita tetapi juga bisa berbentuk kalimat interogatif seperti kalimat (85). Kalimat (84) dan (85) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh kedua kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 5.1.1), (Kr 5.1.2), (Kr 8.3.1), (Kr 12. 1.2), (Kr 12.1.4), dan (Kr 14.4.4).

3) Pola Dasar S-P-Pel

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(86) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang

S P Pel (Kr 14.3.2)

(87) Sampah organik bisa kita olah menjadi hal yang berguna untuk

S P Pel

lingkungan rumah (Kr 10.1.3) Ket peruntukan

Kalimat (86) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek diisi oleh nomina hutan dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif tidak lagi menjadi. Predikat dengan verba intransitif biasanya dapat diikuti oleh unsur pelengkap. Berbeda dengan objek, pelengkap pada bentuk pasif tidak bisa berubah menjadi subjek. Pelengkap pada kalimat (86), yakni tempat hidup tumbuhan dan binatang. Kalimat (86) ini

disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Kalimat (87) merupakan perluasan dari pola dasar S-P-Pel. Perluasan pola kalimat dasar ini diperluas dengan unsur keterangan peruntukan yakni untuk lingkungan rumah. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (86) dan (87) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (14.2.3), (Kr 15. 3.1), (Kr 16.3.1), (Kr 18.2.2), (Kr 19.2.2 ) dan (Kr 19.3.1).

4) Pola Dasar S-P-K

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(88) Sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah

S P Ket tempat

pabrik hingga pada air yang tergenang (Kr 1.3.3)

(89) Bukan hanya itu, lingkungan kotorpun terdapat di pemukiman padat,

Konj S P Ket tempat

padat pabrik, padat pariwisata serta kontrakan sekalipun (Kr 1.2.1) Kalimat (88) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan keterangan (Ket). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sumber penyakitpun dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif terdapat. Keterangan pada kalimat (88) yakni pada penumpukan sampah. . . Kalimat (89) ini juga memiliki struktur yang sama dengan kalimat (88). Pola kalimat (89) yakni K-S-P-K. Unsur subjek pada kalimat (89) diisi dengan frasa nomina sedangkan unsur predikat diisi dengan frasa verba serta unsur objek diisi dengan frasa preposisi. Kalimat (88) dan (89) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (88) dan

(89) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 2.2.1a), (Kr 5.2.3), (Kr 6.1.1), (Kr 6.3.1), (Kr 7.5.1), (Kr 9.2.1a), (Kr 12.1.3), (Kr12.4.3), (14.4.5) (Kr 15.3.2), (Kr 11.2.4), dan (Kr 19.4.4).

5) Pola Dasar S-P-O-Pel

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(90) Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, S

memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu P O Pel bersih (Kr 4.2.2)

(91) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai

S P O

macam penyakit seperti diare, demam berdarah, tipus dan lain-lain

Pel (Kr 3.3.1)

Kalimat (90) dan (91) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek pada kalimat (90) dan (91) diisi oleh frasa verba yang dinominalkan yakni menjaga kebersihan diri sendiri. . . dan membuang sampah sembarangan. Masing-masing unsur predikat kalimat (90) dan (91) diisi dengan frasa verba aktif transitif akan membuat dan juga akan menimbulkan. Unsur objek dan pelengkap pada masing-masing kalimat dapat hadir bersamaan setelah unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (90) dan (91) ini dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 4.3.2) dan (Kr 10.3.2).

6) Pola Dasar S-P-O K

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(92) Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita

Ket peruntukan S

harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan P O Ket tempat (Kr 3.1.1) (93) Seringkali Baim membuang sampah di sembarang tempat (Kr 5.1.3) Ket waktu S P O Ket tempat

(94) Akibat dari kejadian tersebut banyak hal buruk menimpa-nya

Dokumen terkait