• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakan Ulu Kalimantan Timur tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakan Ulu Kalimantan Timur tahun 2015."

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Sumber data penelitian ini adalah karangan tentang lingkungan yang dibuat para guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen berupa karangan. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi dua hal. 1) Berdasarkan jumlah klausa, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal ada empat jenis, yakni kalimat tunggal dengan predikat verba, nomina, adjektiva dan numeral. Sementara itu, kalimat majemuk ada tiga tipe, yakni kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran. 2) Berdasarkan bentuk sintaksis, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kalimat interogatif.

Implikasi penelitian ini adalah kemampuan menulis guru-guru SD Mahakam Ulu sudah baik tetapi dapat ditingkatkan dalam penggunaan jenis kalimat terutama pada kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan, majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif. Oleh sebab itu, sebaiknya para guru khususnya guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur mempelajari berbagai macam jenis kalimat secara lebih mendalam dengan berbagai pelatihan.

(2)

ix

ABSTRACT

Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. An Analysis of Type of Sentence Used in Essays Written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan 2015. A Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research analyzed the type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan in 2015. This research was aimed to describe: (1) type of sentence based on the amount of clause on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu and (2) type of sentence based on the form of syntax on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan.

The research was a qualitative descriptive research. The object of the research was type of sentence based on the amount of clause and the form of syntax. The sources of this research was essays about environment written by elementary teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan. The technique to collect the data was conducted by using documentation method. The stages of data analysis were identification, classification, and interpretation.

The result of the research can be concluded be two things. 1) Based on the number of clauses, the teachers of SD Mahakam Ulu, East Borneo used the simple and complex sentences in the written essays. There were four types of simple sentence, simple sentence with verb, noun, adjective, and numerals predicate. Furthermore, there were three types of complex sentence, compound sentence, complex sentence, and compound-complex sentence. 2) Based on the form of syntax, type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan were declarative sentence, imperative sentence, and interrogative sentence.

The implication of this research was the writing ability of Elementary Teachers Mahakam Ulu are good but can be improved on the use of type of sentence, especially in the simple sentence with phrases prepositionalpredicate,compound sentence equivalent conjunctions marker election , compound, comparison , way , tools and the exception and eksklamative sentence. Therefore, it is better for the Elementary teachers in Mahakam Ulu, east Kalimantan to have a depth training in various type of sentence.

(3)

ANALISIS JENIS KALIMAT

PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU

KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Herningdyah Cahyaning Ratri NIM: 121224035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

ANALISIS JENIS KALIMAT

PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU

KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Herningdyah Cahyaning Ratri NIM: 121224035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya perembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan pertolongan tepat pada

waktu-Nya.

2. Orang tua tercinta, bapak Heru Sigit Cahyanto dan Ibu Sri Budiningsih serta Bapak

Ardi Suryanto dan Ibu Pandom Triasati yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat.

(8)

v MOTO

Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu

(Lukas 21:19)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam

doa (Roma 12:12)

(9)

Labora-vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dsebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017 Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Herningdyah Cahyaning Ratri Nomor Mahasiswa : 121224035

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015. Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Februari 2017

Saya yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Sumber data penelitian ini adalah karangan tentang lingkungan yang dibuat para guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen berupa karangan. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi dua hal. 1) Berdasarkan jumlah klausa, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal ada empat jenis, yakni kalimat tunggal dengan predikat verba, nomina, adjektiva dan numeral. Sementara itu, kalimat majemuk ada tiga tipe, yakni kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran. 2) Berdasarkan bentuk sintaksis, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kalimat interogatif.

Implikasi penelitian ini adalah kemampuan menulis guru-guru SD Mahakam Ulu sudah baik tetapi dapat ditingkatkan dalam penggunaan jenis kalimat terutama pada kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan, majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif. Oleh sebab itu, sebaiknya para guru khususnya guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur mempelajari berbagai macam jenis kalimat secara lebih mendalam dengan berbagai pelatihan.

(12)

ix

ABSTRACT

Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. An Analysis of Type of Sentence Used in Essays Written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan 2015. A Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research analyzed the type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan in 2015. This research was aimed to describe: (1) type of sentence based on the amount of clause on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu and (2) type of sentence based on the form of syntax on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan.

The research was a qualitative descriptive research. The object of the research was type of sentence based on the amount of clause and the form of syntax. The sources of this research was essays about environment written by elementary teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan. The technique to collect the data was conducted by using documentation method. The stages of data analysis were identification, classification, and interpretation.

The result of the research can be concluded be two things. 1) Based on the number of clauses, the teachers of SD Mahakam Ulu, East Borneo used the simple and complex sentences in the written essays. There were four types of simple sentence, simple sentence with verb, noun, adjective, and numerals predicate. Furthermore, there were three types of complex sentence, compound sentence, complex sentence, and compound-complex sentence. 2) Based on the form of syntax, type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan were declarative sentence, imperative sentence, and interrogative sentence.

The implication of this research was the writing ability of Elementary Teachers Mahakam Ulu are good but can be improved on the use of type of sentence, especially in the simple sentence with phrases prepositionalpredicate,compound sentence equivalent conjunctions marker election , compound, comparison , way , tools and the exception and eksklamative sentence. Therefore, it is better for the Elementary teachers in Mahakam Ulu, east Kalimantan to have a depth training in various type of sentence.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kaimantan Timur Tahun 2015

dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran, serta kritikan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen kedua yang telah bersedia meluangkan

waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran, motivasi dan kritikan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Septina Krismawati, S.S, M.A selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menvalidasi hasil analisis data dalam penelitian ini.

6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dan dosen MKK yang telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti kuliah.

(14)

xi

8. Orang tua terkasih, bapak Heru Sigit Cahyanto dan Ibu Sri Budiningsih serta Bapak Ardi Suryanto dan Ibu Pandom Triasati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

9. Kakak tercinta, Putri Hambawani Setyaningrum dan Dyah Ayu Wikandari yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat selama proses penulisan skripsi ini.

10. Nety Putri Perdani, Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Francisca Dewi Wulansari, Brigitta Swaselia Kasita, dan Septian Purnomo Aji teman kelompok skripsi payung yang sudah menyemangati, berbagi waktu dan pikiran selama penulisan skripsi ini.

11. Karmelia Galih Runti Sari, Yuhacim Titto S, Hendra Sigalingging, Natalia Harsanti, Romo Margareta Dina yang selalu memberikan bantuan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman mahasiswa PBSI angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah bersama menjalani dinamika belajar di PBSI USD selama empat tahun ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para peneliti selanjutnya terutama dalam bidang pendidikan.

Yogyakarta, 28 Februari 2017 Penulis,

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Batasan Istilah ... 5

1.6Sistematika Penyajian ... 6

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Kalimat ... 9

(16)

xiii

2.2.1.2 Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat ... 13

2.2.1.3 Pola Kalimat ... 18

2.2.1.4 Jenis Kalimat ... 20

2.2.2 Karangan ... 35

2.2.3 Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD) ... 39

2.2.4 Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Data dan Sumber Data ... 44

3.3 Objek Penelitian ... 45

3.4 Instrumen Penelitian ... 45

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

3.7 Triangulasi ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Deskripsi Data ... 50

4.1.1 Data Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa... 51

4.1.1.1 Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina ... 53

4.1.1.2 Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba ... 53

4.1.1.3 Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva ... 54

4.1.1.4 Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral... 54

4.1.1.5 Kalimat Majemuk Setara ... 54

4.1.1.6 Kalimat Majemuk Bertingkat... 55

4.1.1.1.7 Kalimat Majemuk Campuran ... 55

4.1.2 Data Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis ... 56

4.1.2.1 Kalimat Deklaratif... 57

(17)

xiv

4.1.2.3 Kalimat Interogatif ... 58

4.2. Analisis Data ... 58

4.2.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa ... 58

4.2.1.1 Kalimat Tunggal ... 59

4.2.1.2 Kalimat Majemuk ... 68

4.2.2 Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis ... 84

4.2.2.1 Kalimat Deklaratif... 84

4.2.2.2 Kalimat Imperatif ... 86

4.2.2.3 Kalimat Interogatif ... 87

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

4.3.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa ... 88

4.3.2 Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis ... 93

BAB V PENUTUP ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 99

5.3 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Objek dan Pelengkap ... 17

Tabel 2 Pola-Pola Kalimat Dasar ... 19

Tabel 3 Nama Guru dan Judul Karangan ... 44

Tabel 4 Kode Fungsi Sintaksis ... 48

Tabel 5 Kode Penomoran Karangan ... 48

Tabel 6 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa ... 52

Tabel 7 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis ... 56

DAFTAR BAGAN Bagan 1 Jenis-Jenis Kalimat ... 21

Bagan 2 Hubungan Koordinasi Kalimat ... 28

Bagan 3 Hubungan Subordinasi Kalimat ... 30

Bagan 4 Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran ... 32

Bagan 5 Alur Kerangka Berpikir ... 42

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Panduan Analisis ... 104

Lampiran 2 Hasil Analisis Data dan Triangulasi ... 107

Lampiran 3 Karangan Guru ... 196

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dunia karang-mengarang sudah tidak asing lagi bagi pendidikan di Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Para pelajar sudah terbiasa belajar mengenai karangan. Buku-buku pelajaran pun termasuk dalam wujud karangan. Karangan yang dipelajari dari mulai tataran sekolah dasar hingga tataran perguruan tinggi merupakan salah satu hasil kegiatan menulis.

Menurut The Liang Gie (1992: 17), karangan adalah bentuk gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dalam proses membuat karangan diperlukan media untuk membawa gagasan dari pikiran penulis kepada pihak pembaca. Gagasan itu diwujudkan ke dalam bentuk kata-kata yang dirangkai menjadi ungkapan atau frasa, beberapa frasa digabung menjadi anak kalimat dan anak kalimat-anak kalimat itu membangun kalimat yang utuh. Kalimat-kalimat yang disusun menjadi paragraf-paragraf yang padu nantinya akan berkembang menjadi sebuah karangan.

(20)

yang padu, seseorang harus menyusun karangan itu dengan kalimat yang baik dan benar.

Sebuah kalimat yang baik dan benar tentunya memiliki struktur yang baik dan benar pula. Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia berkaitan dengan unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Menurut Hasan Alwi (dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2010: 328), kalimat yang baik harus memiliki sekurang-kurangnya konstituen pengisi unsur subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya ditentukan oleh kedua konstituen tersebut.

Pengetahuan tentang struktur kalimat itu dapat menjadi dasar seseorang menentukan jenis-jenis kalimat yang akan dibuat. Pengetahuan tentang jenis kalimat juga perlu dikuasai oleh seorang penulis agar ia dapat memvariasikan jenis-jenis kalimat itu dalam karangannya. Menurut Abdul Chaer (2009: 45), jenis kalimat dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni, berdasarkan kategori klausanya, berdasarkan jumlah klausanya, dan berdasarkan modusnya.

Jenis kalimat merupakan salah satu hal penting dalam pengembangan kalimat yang harus dikuasai oleh para guru bahasa dalam mengajarkan keterampilan menulis, khususnya menulis karangan. Salah satu faktor penentu keberhasilan pelajar terletak pada kemampuan mengajar guru bahasa Indonesia dalam menulis karangan.

(21)

yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang studi tertentu harus mengajarkan bahasa Indonesia di kelas. Akibat dari hal itu adalah banyak kekeliruan dan keterbatasan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik.

Keterbatasan jumlah pendidik banyak dialami sekolah-sekolah yang terletak di daerah terpencil. Permasalahan seperti fenomena tersebut dialami juga oleh guru-guru SD di daerah Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Daerah Mahakam Ulu merupakan daerah baru di Kalimantan Timur. Daerah baru ini masih dalam taraf pembangunan dalam berbagai bidang diantaranya dalam bidang pendidikan. Sebuah situs di internet (disdik.kaltimprov.go.id) menunjukkan bahwa sumber daya guru di sana masih terbatas jumlahnya. Oleh sebab itu, masih banyak guru yang merangkap mengajar pada bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya. Guru dengan latar belakang yang tidak sesuai dengan mata pelajaran bahasa Indonesia kemungkinan sangat terbatas mengajarkan bahasa Indonesia kepada para pendidiknya. Hal inilah yang mungkin menimbulkan kekeliruan-kekeliruan berbahasa, termasuk dalam menulis karangan. Untuk itulah, dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat kemampuan guru-guru dalam memahami bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan menulis karangan.

(22)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

a. Apa sajakah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa pada karangan yang digunakan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur?

b. Apa sajakah jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan yang digunakan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur?

1.3Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa pada

karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu.

b. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu.

1.4Manfaat Penelitian

(23)

penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan penelitian selanjutnya terutama dalam bidang sintaksis tentang jenis kalimat bahasa Indonesia.

1.5Batasan Istilah

a. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh, (TBBBI, 2010: 317).

b. Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat

Fungsi sintaksis unsur kalimat merupakan hubungan atau relasi gramatikal unsur-unsur kalimat. Unsur-unsur kalimat meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K), (Khairah, 2014: 113).

c. Pola Kalimat

Pola kalimat adalah konsep sintaksis yang mencakup konstruksi-konstruksi kalimat. (Kamus Linguistik, 2008: 196)

d. Jenis Kalimat

Jenis kalimat merupakan pengelompokan atau pengklasifikasian kalimat berdasarkan unsur-unsur kalimatnya (TBBBI, 2010: 343).

e. Karangan

(24)

1.6Sistematika Penyajian

Penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

(25)

7 BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1Penelitian Terdahulu

Ada tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu (a) penelitian Galih Puji Haryanto (2015), (b) penelitian Zahrulia Arina Rinanda (2012), dan (c) penelitian B. Bobby Prasetya Nugraha (2010). Penelitian Galih Puji Haryanto berjudul Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan. Penelitian tersebut menganalisis 45 kalimat dengan tiga macam pola struktur, yaitu S-P-K, P-K-Pel berjumlah 28 kalimat; K,(S)-P-O-K berjumlah 7 buah kalimat; K-S-P-Konj.-P-K dan (K)-(S)-P-O-O1-O2-O3-O4-O5, P-O berjumlah 5 kalimat. Dari ketiga struktur itu, struktur S-P-K, P-K-Pel paling banyak terdapat dalam undang-undang pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Zahrulia Arina Rinanda berjudul Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi. Ada dua kesimpulan dalam penelitian tersebut pertama, kalimat pada wacana iklan brosur

(26)

struktur, pertama yakni struktur kalimat tunggal dan kedua struktur kalimat majemuk.

Penelitian B. Bobby Prasetya Nugraha berjudul Struktur Kalimat dalam Kolom “Liputan Khusus” Majalah Sekolah Bikar SMA Stella Duce II Yogyakarta.

Penelitian itu mencakup analisis struktur kalimat dan analisis kelengkapan unsur kalimat. Penelitian tersebut mengambil empat buah majalah sebagai objek penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kolom “Liputan Khusus” terdapat kalimat dengan beberapa struktur, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat yang tidak memiliki kejelasan struktur. Dari beberapa jenis kalimat tersebut, dari kolom majalah itu paling banyak ditemukan kalimat tunggal, yakni 107 kalimat. Peneliti juga menemukan kalimat yang strukturnya tidak lengkap dalam kalimat tunggal dan kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun majemuk bertingkat. Kalimat-kalimat pada kolom majalah Bikar tersebut kebanyakan memiliki kekurangan pada unsur S (subjek), P (predikat), atau S (subjek) dan P (predikat).

(27)

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung temuan sehingga dapat memperkuat penelitian yang dilakukan. Teori yang dimaksud adalah kalimat, jenis kalimat, jenis karangan, dan kompetensi guru sekolah dasar (SD).

2.2.1 Kalimat

Dalam sintaksis, hal yang dikaji meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, penelitian ini hanya akan mengkaji kalimat. Kalimat akan dianalisis dari segi jenisnya yang dipakai dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hasan Alwi, dkk (dalam TBBBI, 2010:317) menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi bunyi diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan (Latin), kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamnya disertakan pula tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.

(28)

Miftaful Khairah (2014: 146) berpendapat bahwa kalimat bisa dibentuk oleh kata, frasa, dan klausa. Satuan bahasa dapat dikategorikan sebagai kalimat atau bukan, tidak bergantung pada banyaknya kata, melainkan pada intonasi final dan keutuhan makna. Dengan demikian, terdapat dua hal penting berkenaan dengan konsep kalimat, yaitu konstituen dasar dan intonasi final. Miftaful Khairah (2014: 147) menjelaskan bahwa konstituen dasar kalimat biasanya berupa klausa karena di dalam klausa sudah terdapat fungsi internal bahasa, yaitu fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatiknya. Fungsi-fungsi ini membangun keutuhan makna sebuah klausa. Jika sebuah klausa diberi tanda baca atau intonasi final, terbentuklah sebuah kalimat yang lengkap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat itu merupakan satuan bahasa terkecil dari tataran analisis bahasa. Dalam pembentukannya, kalimat tidak ditentukan oleh banyak sedikitnya unsur kata yang membentuknya, tetapi oleh intonasi final dan keutuhan makna yang akan disampaikan.

2.2.1.1Bagian-Bagian Kalimat

(29)

yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi. Keduanya masih termasuk ke dalam satuan tata bahasa.

Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dengan klausa. Keduanya sama-sama memiliki unsur predikasi. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap atau keterangan. Perbedaan antara klausa dan kalimat hanya terdapat bagaimana cara pandang dari kedua bentuk itu. Contoh-contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian tentang klausa dan kalimat.

(1) a. dia pandai (S + P) b. Dia pandai.

(2) a. anak itu makan kue (S + P + O) b. Anak itu makan kue.

(3) a. beliau memakai baju warna biru (S+ P + O + Pel) b. Beliau memakai baju warna biru.

Bentuk (1)a, (2)a, (3)a di atas sering diacu sebagai klausa karena terdiri atas unsur-unsur predikasi sekurang-kurangnya unsur (S-P) tetapi tidak memperhatikan intonasi dan tanda baca. Namun, kutipan (1)b, (2)b, (3)b dapat dikatakan kalimat karena memperhatikan unsur-unsur predikasi dengan intonasi atau tanda baca akhir.

(30)

dihilangkan tanpa mempengaruhi arti dari suatu kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat di bawah ini!

(4) Saya bertemu Andi kemarin di parkiran.

Kalimat (4) di atas terdiri atas lima konstituen, yaitu 1) saya, 2) bertemu, 3) Andi, 4) kemarin, dan 5) di parkiran. Dari kelima konstituen kalimat itu, hanya

kemarin dan di parkiran yang dapat dihilangkan tanpa mengubah arti atau makna kalimat itu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibedakan antara unsur wajib dan unsur takwajib (manasuka). Unsur wajib terdiri dari konstituen yang tidak dapat dihilangkan, karena jika dihilangkan akan mempengaruhi arti atau makna kalimat. Sebaliknya, unsur takwajib terdiri atas konstituen yang dapat dihilangkan atau manasuka. Pada umumnya, unsur keterangan pada kalimat termasuk dalam unsur takwajib, seperti contoh di atas. Namun, pada situasi tertentu, unsur

keterangan itu harus hadir, karena sangat berpengaruh terhadap keutuhan makna kalimat. Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa unsur keterangan justru harus hadir dalam sebuah kalimat.

(5) Dia menuju ke pasar. (6) *Dia menuju.

(31)

(7) Paman tinggal di Bandung. (8) *Paman tinggal.

Jika dilihat, kalimat (8) terasa ambigu dibanding dengan kalimat (7) yang diikuti keterangan tempat di Bandung. Kata tinggal pada kalimat (8) bermakna ambigu, yakni tinggal yang berarti diam atau tinggal dalam arti berdomisili. Berbeda dengan kalimat (7) yang diikuti dengan keterangan tempat, yang berarti Paman berdomisili di Bandung. Kedua contoh di atas membuktikan bahwa dalam situasi tertentu konstituen atau unsur tak wajib (manasuka) dapat berubah menjadi konstituen wajib hadir.

2.2.1.2 Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat

Menurut Miftaful Khairah (2014: 113), fungsi sintaksis unsur kalimat berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa. Fungsi sintaksis suatu kalimat meliputi S (subjek) – P (predikat) – O (objek) – Pel (pelengkap) – K (keterangan). Meskipun fungsi-fungsi sintaksis dalam suatu kalimat tidak harus muncul secara bersamaan, kadang dalam penulisan sebuah kalimat masih sering dijumpai kesalahan urutan fungsi-fungsi kalimat itu. Uraian di bawah ini akan membahas fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan secara berturut-turut. A. Subjek

(32)

Subjek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai pelaku, pengalaman, ukuran, peruntung dan pokok (Khairah, 2014:125). Pada umumnya, subjek berupa nomina, frasa nomina, atau pronomina. Contoh kalimat beserta kategori kata, peran dan fungsinya akan diuraikan di bawah ini.

(9) Semua saudaraku berkumpul. S/FN/pelaku P

(10)Perang itu membuat fobia korbannya. S/FN/pngalaman P O

(11) Ia mendapat nilai bagus. S/pronomina/peruntung P O

Fungsi subjek pada kalimat (9), (10), dan (11) dapat ditempati oleh kategori kata selain nomina, seperti frasa nomina dan pronomina. Subjek dalam kalimat (9) berlaku sebagai pelaku, subjek pada kalimat (10) berperan sebagai pengalaman, dan subjek dalam kalimat (11) berperan sebagai peruntung. Widjono Hs (2007: 148) menjelaskan unsur subjek memiliki ciri-ciri, yakni 1) dapat diketahui dari jawaban apa atau siapa, 2) subjek dapat disertai dengan pewatas

yang, dan 3) subjek tidak didahului dengan preposisi.

B. Predikat

(33)

berpola S – P, predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional (Alwi, 2010 : 333). Perhatikan contoh di bawah ini!

(12) Ibuku guru bahasa Inggris (P=FN) (13) Kakaknya tiga (P=FNum)

(14) Adik sedang ke sekolah (P=FPrep) (15) Andi sedang bermain (P=FV) (16) Siswa itu pintar sekali (FAdj)

Kalimat (12) hingga (16) menunjukkan bahwa unsur predikat tidak hanya dapat diisi oleh verba atau frasa verba, tetapi juga dapat diisi oleh kategori kata apapun sesuai dengan konteks kalimatnya. Widjono Hs (2007: 148) menguraikan bahwa unsur predikat memiliki ciri-ciri, yakni 1) dapat diketahui dari jawaban mengapa atau bagaimana, 2) predikat tidak bisa disertai dengan pewatas yang, 3) subjek dapat didahului dengan kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni, dan 4) subjek dapat didahului dengan keterangan modalitas.

C. Objek

Objek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, dan peruntung (Khairah, 2014: 128). Sementara itu, Alwi, dkk (2010: 335) juga menjelaskan bahwa kehadiran objek dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Verba aktif transitif biasanya ditandai dengan afiks meng-, meng-kan, meng-i, memper-kan, dan

(34)

(17)Ibu memberikan.

(18)Ibu memberikan uang saku kepada Andi. S P(transitif) O K

Jika dilihat kalimat (17) dan (18), unsur objek sangat berperan ketika predikatnya berupa aktif transitif. Kalimat (17) tersebut sudah terdiri dari sekurang-kurangnya subjek dan predikat, tetapi kalimat tersebut belum cukup jelas maksudnya. Kalimat tersebut masih memerlukan objek untuk memperjelas makna kalimat itu. Unsur objek tersebut akan menentukan sasaran dari subjek dan predikat. Oleh karena itu, kalimat (18) dapat dikatakan kalimat yang utuh.

D. Pelengkap

(35)

Tabel 1. Perbedaan Objek dan Pelengkap (TBBBI, 2010 : 336)

Objek Pelengkap

Berwujud frasa nominal atau klausa. (19) Contoh: Badai Tsunami

melanda Jepang.

Berwujud frasa nominal, frasa adjektival, frasa verbal atau klausa.

(20)Saksi itu berkata jujur (Adj) (21)Artis itu pandai menari (V) Berada langsung di belakang

predikat. Contoh:

(22) Hakim itu memberikan S P

tersangka beberapa pilihan. O Pel

Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek (contoh a) dan jika ada objek berada langsung di belakang objek itu (contoh b). Contoh:

(23)Negara harus berlandaskan

hukum.

(24) Ahmad menuliskan adiknya S P O surat.

Pel Menjadi subjek setelah pemasifan

kalimat. Contoh:

(25) Jepang dilanda bencana banjir S P O

Tidak dapat menjadi pelengkap setelah pemasifan kalimat. Contoh:

(26)*Hukum harus dilandaskan negara

Dapat diganti dengan pronomina -nya. Contoh :

(27)Presiden memanggil Menteri Pertanian

(28)Presiden memanggilnya.

Tidak dapat diganti dengan –nya. Contoh:

(29)Presiden bertemu beberapa menteri.

(30)*Presiden bertemunya.

E. Keterangan

(36)

Menurut Khairah (2014:131), keterangan berfungsi memberikan penjelasan tambahan bagi unsur inti. Oleh karena itu, dalam struktur kalimat, keterangan termasuk unsur periferal atau tambahan. Letaknya pun paling mudah untuk berpindah. Konstituen keterangan, biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh di bawah ini!

(31)Dia memotong rambutnya kemarin. (Ket.Waktu) (32)Kemarin dia memotong rambutnya.

(33)Dia kemarin memotong rambutnya.

Kata kemarin dalam kalimat (31), (32), dan (33) merupakan unsur keterangan yang tidak terikat. Maksudnya adalah kata kemarin dapat berubah-ubah letaknya baik di depan subjek, di belakang subjek maupun di belakang objek.

2.2.1.3Pola Kalimat

Harimurti Kridalaksana (dalam Kamus Linguistik, 2008:196) mengatakan bahwa pola kalimat merupakan konsep sintaksis yang mencakup konstruksi-konstruksi pembentuk kalimat itu. Adanya pola kalimat itu memudahkan penulis dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan berbagai kalimat agar mudah dipahami.

(37)

lazim. Urutan unsur-unsur tersebut adalah S-P-(O)-(Pel)-(K) dengan catatan bahwa unsur objek, pelengkap, dan keterangan yang ditulis di antara tanda kurung tidak selalu hadir. Hasan Alwi, dkk (2010: 329) memaparkan bahwa umumnya ada enam pola kalimat dasar yang dapat diturunkan dari pola S-P-(O)-(Pel)-(K). Pola kalimat dasar tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Pola-Pola Kalimat Dasar Fungsi

Tipe

Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

S-P Dina Mandi - - -

S-P-O Tito Membeli Bola - -

S-P-Pel Dia Menjadi - ketua kelas -

S-P-Ket Saya Bermain - - di halaman

S-P-O-Pel Ibu membelikan Adik Baju -

S-P-O-Ket Ayah menjemput Tono - di sekolah

Dalam pengembangannya, suatu kalimat dasar itu dapat berubah sesuai dengan konteksnya, sehingga dapat berubah bentuk menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran. Ada pula kalimat yang unsur-unsurnya atau fungsi sintaksinya tidak selalu hadir bersamaan, paling tidak ada konstituen subjek dan predikat. Konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat.

(38)

letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat, baik di awal, tengah maupun di akhir kalimat. Banyak juga kalimat yang predikatnya mendahului subjek kalimat.

Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan mengikuti pola S-P-(O)-(Pel)-(K). Namun, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek. Perhatikan contoh di bawah ini.

(34) Ada pencuri di halaman itu. (35) Demikianlah hasil rapat hari ini.

Verba ada dan demikianlah pada kalimat (34) dan (35) terletak di depan nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah P-S-(O)-(Pel)-(Ket). Namun, susunan itu dapat diubah kembali menjadi urutan fungsi biasa yakni subjek mendahului predikat. Kalimat-kalimat yang predikatnya mendahului subjek tersebut disebut kalimat inversi (TBBBI, 2010: 372).

2.2.1.4 Jenis Kalimat

(39)

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Hasan Alwi,dkk (2010: 343) menuturkan bahwa kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi lima golongan yakni 1) kalimat berpredikat verba, 2) kalimat berpredikat adjektiva, 3) kalimat berpredikat nomina dan pronomina, 4) kalimat berpredikat numeral, dan 5) kalimat berpredikat frasa preposisional.

Kalimat majemuk juga dapat dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut bentuknya atau kategori sintaksisnya, kalimat dapat pula digolongkan menjadi kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif , dan kalimat ekslamatif (Alwi, dkk, 2010: 344).

Bagan 1. Jenis-jenis Kalimat

\

Jenis Kalimat

Jumlah Klausa

Tunggal

Majemuk

Bentuk/Kategori Sintaksis

Deklaratif

Imperatif

Interogatif

(40)

A. Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa

Jenis kalimat dapat digolongkan berdasarkan jumlah klausanya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

1) Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti S dan P hanya ada satu. Dalam kalimat tunggal tentu ada unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak menutup kemungkinan jika ada unsur-unsur manasuka yang ditambahkan di dalamnya, seperti keterangan, pelengkap, dan objek. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu berwujud pendek. Perhatikanlah contoh berikut!

(36) Toni akan pergi.

(37) Mereka akan membentuk kelompok belajar.

(38) Guru Bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri. (39) Pekerjaan Anwar mengurus tanaman di kebun raya Bogor.

Contoh kalimat (36) hanya memiliki satu unsur subjek (Toni) dan satu unsur predikat (akan pergi). Kalimat (37) lebih lengkap karena ada unsur objek. Meskipun demikian, setiap unsurnya hanya ada satu. Kalimat (38) dan (39) juga hanya memiliki unsur wajib, yakni S dan P dan disertai unsur manasuka seperti O, Pel dan K, tetapi semua unsurnya hanya ada satu, baik berupa kata maupun frasa.

(41)

kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional. Di bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa itu.

a.Kalimat Berpredikat Verba

Menurut TBBBI (2010 : 345), kalimat berpredikat verba dapat dibagi pula menjadi kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif. Kalimat ekatransitif dan kalimat dwitransitif merupakan bagian dari kalimat transitif.

Kalimat tidak transitif adalah kalimat yang tidak memiliki objek dan tidak memiliki pelengkap. Kalimat tersebut hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu S dan P. Biasanya predikatnya dengan prefiks ber- atau meng-. Namun, kalimat itu dapat dilengkapi oleh unsur keterangan tempat, waktu, cara ataupun alat. Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat tak transitif dapat dilihat pada kutipan (40), (41), serta (42) ini.

(40) Bu Dina sedang berbelanja.

(41) Padi itu telah menguning.

(42) Samiun belum datang sejak tadi pagi.

Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek tetapi tidak berpelengkap. Kalimat tersebut memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat, dan objek. Dari segi makna semua verba ekatransitif memiliki makna perbuatan. Di bawah ini merupakan contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat ekatransitif.

(42)

Kalimat dwitransitif adalah kalimat yang predikatnya dapat mengungkapkan hubungan tiga wujud. Maksudnya adalah satu predikat dapat menentukan unsur-unsur yang mengikutinya dengan makna yang berbeda pula. Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat dwitransitif dapat dilihat pada kalimat (45), (46), dan (47) ini.

(45) Ida sedang mencari pekerjaan. (46) Ida sedang mencarikan pekerjaan.

(47) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.

Dari kalimat (45), dapat dijelaskan yang mencari pekerjaan adalah Ida.

jika ditambahkannya sufiks –kan pada predikat mencari, kalimat (46) berubah makna menjadi Ida mencari pekerjaan untuk orang lain. Kalimat (47) terdapat objek dan pelengkap yang berdiri di belakang verba dan semakin jelas bahwa makna yang dimaksud adalah Ida mencari pekerjaan untuk adiknya.

b. Kalimat Berpredikat Ajektiva

Menurut TBBBI (2010, 357), kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat statif. Kalimat statif kadang menggunakan verba untuk memisahkan subjek dengan predikatnya apabila subjek atau predikatnya sama-sama panjang. Perhatikan contoh berikut!

(48) Gerakan badan penari pendet itu adalah anggun dan mempesona.

(43)

dan mempesona. Kata adalah dapat digunakan jika subjek atau predikat atau keduanya sama-sama panjang.

c.Kalimat Berpredikat Nomina

Dua nomina yang dijejerkan atau frasa nomina dapat menjadi kalimat apabila syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi (TBBBI, 2010: 358). Syarat untuk kedua unsur itu penting. Jika tidak terpenuhi, jejeran nomina tadi tidak dapat membentuk kalimat. Perhatikan contoh berikut!

(49)Buku cetakan Bandung itu. . . (50)Buku itu cetakan Bandung.

Urutan kata seperti pada contoh (49) tersebut membentuk satu frasa dan bukan kalimat, karena cetakan Bandung merupakan pewatas (pembatas) dan bukan predikat. Sebaliknya, contoh (50) dapat disebut kalimat karena penanda batas itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa, yakni buku itu sebagai subjek dan cetakan Bandung sebagai predikat.

d.Kalimat Berpredikat Numeralia

Selain macam-macam kalimat berpredikat verbal, adjektival, nominal, ada pula kalimat yang berpredikat numeral atau frasa numeral. Perhatikanlah contoh berikut!

(51)Anaknya banyak. (52)Bekalnya hanya sedikit.

(53)Tinggi pohon itu lebih dari tiga meter.

(44)

penggolongan. Sebaliknya, kalimat (53) menunjukkan predikat yang berupa numeralia tentu dapat diikuti penggolongan seperti orang, ekor, buah, dan wajib diikuti ukuran seperti meter (TBBBI, 2010: 360).

e. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional

Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia juga dapat berupa frasa preposisional. Contoh-contoh kalimat di bawah ini menggunakan predikat berfrasa preposisi.

(54)Ibu sedang ke pasar. (55)Andi sedang di sekolah. (56)Kue itu untuk Bagus.

(57)Rumah saya di antara rumah Bela dan Ani.

Tidak semua frasa preposisi dapat dijadikan sebagai predikat kalimat. Kalimat-kalimat di bawah ini terasa tidak pas jika tidak disertai verba.

(58)Toko itu sepanjang malam. (59)Toni dengan Andi.

(60)Tas itu kepada Aji.

Kalimat (58), (59), dan (60) di atas menunjukkan bahwa tidak semua frasa preposisi dapat menduduki fungsi predikat. Frasa sepanjang malam, dengan Andi, kepada Aji meskipun merupakan frasa preposisi tetapi tidak dapat menjadi predikat, sehingga kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki makna.

2)Kalimat Majemuk

(45)

dua jenis, yakni koordinasi (majemuk setara) dan subordinasi (majemuk bertingkat).

a.Kalimat Majemuk Setara

Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut dengan kalimat majemuk setara. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat (Alwi dalam TBBBI, 2010: 392). Maksudnya di sini adalah hubungan antarklausa tersebut tidak saling terikat atau bergantung satu sama lain. Klausa yang satu tidak bergantung dengan klausa yang lain, karena klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain. Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

(61) Stres akan memicu ketegangan di otak. (62) Stres membuat energi otak habis

(63) Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak habis.

(46)

Bagan 2. Hubungan Koordinasi Kalimat

Bagan di atas menunjukkan bahwa konjungtor tidak termasuk ke dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen tersendiri. Kedudukan klausa yang satu dengan klausa yang lain juga terlihat sejajar. Hal itu berarti klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Alwi, dkk (2010: 398), menjelaskan bahwa ada beberapa konjungtor untuk menyusun hubungan koordinasi, yaitu sebagai berikut.

“dan, atau, tetapi, serta, lalu, kemudian lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baik... maupun..., tidak... tetapi..., bukan(nya)... melainkan...” Ramlan (2008: 40) membagi beberapa konjungtor koordinasi dalam beberapa golongan berdasarkan sifat hubungannya. Ada lima golongan konjungtor koordinatif jika dilihat dari hubungan semantisnya.

(a) Konjungsi yang menandai pertalian semantik penjumlahan: dan, dan lagi, lagi pula, dan serta.

(b) Konjungsi yang menandai pertalian semantik pemilihan: atau.

(c) Konjungsi yang menandai pertalian semantikperurutan: kemudian

dan lalu.

(d) Konjungsi yang menandai pertalian semantik lebih: bahkan.

Kalimat

(47)

(e) Konjungsi yang menandai pertalian semantik perlawanan: tetapi.

akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebalikmya, sedangkan, dan sedang.

b.Kalimat Majemuk Bertingkat

Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut kalimat majemuk bertingkat. Hubungan subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih secara bertingkat (TBBBI, 2010: 398). Maksudnya, salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi, klausa-klausa yang disusun dalam kalimat majemuk dengan cara subordinasi itu tidak memiliki kedudukan yang setara atau dengan kata lain hubungan subordinasi menunjukkan hubungan yang hierarkis. Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

(64) Candi Gedung Songo itu menjadi mutiara kehidupan (klausa bawahan).

(65) Candi Gedung Songo menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.

(66) Candi Gedung Songo menjadi mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.

Kalimat (66) di atas terlihat ada penggabungan dua klausa yang saling terikat, yakni klausa (64) dan klausa (65), di mana klausa (64) menjadi klausa utama dan klausa (65) menjadi klausa bawahan dengan konjungtor karena.

(48)

Bagan 3. Hubungan Subordinasi Kalimat

Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen klausa 1 atau bagian dari klausa 1. Klausa 2 yang berkedudukan sebagai konstituen klausa 1 disebut klausa subordinatif, sedangkan klausa 1 meru-pakan tempat dilekatkannya klausa, disebut juga klausa utama.

Menurut Alwi, dkk (2010: 400), ada sepuluh jenis konjungtor subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat. Kesepuluh klausa itu akan dijabarkan pada uraian di bawah ini.

(a) Konjungsi waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.

(b) Konjungsi syarat : jika, kalau, asalkan, bila, manakala.

(c) Konjungsi pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya. (d) Konjungsi tujuan : agar, supaya.

(e) Konsesif: biar(pun), meski(pun), sungguh(pun), sekalipun, walau(pun), kendati(pun).

(f) Konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat.

(g) Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena. (h) Konjungsi hasil atau akibat : sehingga, sampai(-sampai). (i) Konjungsi cara: dengan, tanpa.

(j) Konjungsi alat: dengan, tanpa. Kalimat

Klausa 1

(49)

Ramlan (2008: 45) menambahkan tiga konjungtor subordinatif yang belum dijelaskan dalam TBBBI (2010) tersebut. Ketiga konjungtor subordinatif itu dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

(a) Konjungsi isi atau komplemen: bahwa. (b) Konjungsi perkecualian: kecuali.

(c) Konjungsi penjumlahan: selain dan di samping.

c. Kalimat Majemuk Kompleks (Campuran)

Selain kedua bentuk kalimat majemuk di atas, masih ada satu bentuk kalimat majemuk, yakni kalimat majemuk kompleks. Menurut Chaer (2011: 347), kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari tiga atau lebih klausa. Kalimat tersebut ada yang berhubungan secara koordinatif (setara) dan ada yang berhubungan secara subordinatif (bertingkat). Penggabungannya biasanya dibantu dengan berbagai kata penghubung baik koordinatif maupun subordinatif. Kalimat majemuk kompleks ini biasa disebut dengan kalimat majemuk campuran. Perhatikan contoh berikut!

(66) Untuk pendakian gunung besok pagi, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah bekal makanan.

(50)

frasa hal kedua, predikat pada kata adalah, dan pelengkap pada frasa bekal makanan. Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antarkalimat majemuk campuran.

Bagan 4. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran

B.Kalimat berdasar Bentuk Sintaksis

Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dibagi atas 1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, 2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, 3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan 4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru (TBBBI, 2010: 360). Keempat jenis kalimat tersebut akan dipaparkan pada uraian berikut ini.

1) Kalimat Berita (Deklaratif)

(51)

berupa perhatian dari mitra tutur. Kadang respons atau bentuk dari perhatian itu jawaban “ya” dari mitra tutur. Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, dan kata-kata ajakan seperti

mari, ayo, kata persilakan silakan, serta kata larangang jangan. Dalam bentuk tulisan, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.) sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan nada menurun.

2) Kalimat Perintah (Imperatif)

Menurut Chaer (2011:356), kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Sementara itu, dalam bentuk lisan, intonasi ditandai dengan nada rendah diakhir tuturan. Ada tiga jenis kalimat imperatif, yaitu kalimat perintah, kalimat larangan, dan kalimat seruan. Pada TBBBI (2010), kalimat seruan tergolong pada kalimat eksklamatif.

3) Kalimat Tanya (Interogatif)

(52)

Pada intonasi kalimat berita, bernada akhir turun, sedangkan pada kalimat tanya bernada akhir naik.

4) Kalimat Eksklamatif

Kalimat eksklamatif atau kalimat seru, secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektiva. Kalimat eksklamatif ini berfungsi untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran. Menurut TBBBI (2010: 371), cara pembentukan kalimat eksklamatif sebagai berikut.

a)Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P ke P-S. b)Tambahkan partikel –nya pada (adjektiva) P.

c)Tambahkan kata (seru) alangkah, betapa, bukan main di depan P jika dianggap perlu.

Agar lebih jelas, di bawah ini terdapat beberapa contoh kalimat eksklamatif. Perhatikan contoh di bawah ini!

(67) Pergaulan mereka bebas. (68) a. Bebas pergaulan mereka

b. Bebasnya pergaulan mereka!

c. Alangkah bebasnya pergaulan mereka!

Kalimat (67) di atas merupakan kalimat deklaratif, tetapi dapat dikembangkan menjadi kalimat eksklamatif (68)a, (68)b, dan (68)c. Contoh kalimat (68)a di atas menggunakan cara membalik urutan fungsi S-P menjadi P-S, sehingga predikat bebas berada di awal kalimat. Contoh kalimat (68)b menggunakan cara menambahkan partikel–nya di belakang predikat adjektif

(53)

2.2.2 Karangan

Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca atau dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Karangan secara umum dapat digolongkan menjadi lima jenis, yakni karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, perusasi.

Narasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berisi cerita. Narasi pada umumnya bertujuan menggerakan aspek emosi pembaca. Dengan narasi, penerima (pembaca) dapat membentuk citra imajinasi (Rani, dkk, 2006: 45).

Narasi memiliki unsur-unsur cerita yang penting seperti unsur waktu, pelaku, dan peristiwa (Rani, dkk, 2006 : 45). Perhatikan contoh berikut ini!

(69)Pada bulan Januari 1946, ada sebuah kapal penumpang bertolak dari kota Surabaya menuju Jakarta. Di antaranya ada sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang berasal dari Jakarta. Mereka dikirim satuannya untuk mempertahankan kota Surabaya. Tidak jauh dari mulut Selat Madura kapal tersebut meledak dan tenggelam beserta seluruh isinya (Keraf dalam Argumentasi dan Narasi, 2007). Unsur waktu pada kutipan di atas muncul di awal kalimat, yakni pada bulan Januari 1946. Sementara itu, unsur pelaku pada kutipan di atas adalah

(54)

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis (Keraf, 2007: 3). Dalam karangan argumentasi, penulis menggunakan fakta-fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapatnya apakah suatu hal itu benar atau tidak. Fakta-fakta tersebut dapat menjadi dasar penulis untuk berpikir kritis dan logis, karena dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif, yakni berpikir kritis dan logis. Untuk memperjelas uraian tersebut, di bawah ini disajikan kutipan paragraf argumentasi.

(70) Saat ini sampah berserakan di mana-mana. Hal ini dapat kita lihat di sekeliling kita. Sampah-sampah tersebut biasanya berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat membuat polusi udara. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berkembangbiaknya berbahaya. Sumber penyakit itu akan terbawa dengan udara sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang ada di sekitar kita (www.kelasindonesia.com).

Kutipan (70) di atas merupakan paragraf argumentasi sebab-akibat. Paragraf tersebut dalam pengembangannya berasal dari suatu permasalahan yang diawali dengan sebab-sebab terjadinya permasalahan itu. Setelah itu, paragraf tersebut mengarah pada suatu kesimpulan yang berisi pendapat dengan bentuk akibat yang ditimbulkan dari sebab-sebab yang telah diuraikan sebelumnya.

(55)

tidak mengambil bentuk paksaan terhadap orang yang menerimanya, tetapi berupaya untuk merangsang pembaca mengambil tindakan sesuai dengan yang diinginkan penulis. Upaya-upaya tersebut biasanya berupa bukti-bukti meskipun bukti tersebut tidak setegas seperti yang dilakukan oleh karangan argumentasi. Semua bentuk argumentasi biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan emosi para pembaca. Contoh paragraf persuasi dapat dilihat pada kutipan (71) ini.

(71) Tubuh kita sangat membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral yang berguna bagi kebutuhan hidup kita. Vitamin dan mineral tersebut banyak terdapat pada makanan-makanan yang bergizi, seperti buah, daging, susu, sayuran dan kacang-kacangan. Jika kebutuhan vitamin dan mineral tercukupi, maka kita menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Sebaliknya, jika kita kekurangan vitamin dan mineral maka tubuh kita akan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, agar tubuh selalu sehat, makanlah makanan-makanan yang bergizi. Selain itu, janganlah lupa untuk mengimbanginya dengan olahraga secara teratur (www.prbahasaindonesia.com).

Kutipan (71) di atas menunjukkan bahwa penulis ingin mempengaruhi pembaca dengan cara memaparkan bukti-bukti tentang tubuh manusia membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral. Penulis juga memaparkan akibat seseorang jika kekurangan vitamin dan mineral. Bukti-bukti pada paragraf persuasi bertujuan untuk membangkitkan emosi pembaca. Selain dengan bukti-bukti, penulis juga memberikan kalimat persuasif atau ajakan agar pembaca mau makan makanan bergizi.

(56)

Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut (Keraf, 1982: 3). Bila dibandingkan dengan bentuk karangan lainnya, seperti argumentasi, deskripsi, dan narasi, pada dasarnya semua bentuk karangan itu bertujuan memperluas pengetahuan seseorang. Namun, tujuan yang paling menonjol pada karangan eksposisi adalah memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca sedangkan karangan lainnya menonjolkan aspek yang lain. Contoh kalimat eksposisi dapat dilihat pada kutipan (72) ini.

(72) Para penjual makanan mengeluhkan kenaikan harga BBM. Pasalnya,naiknya harga BBM membuat bahan-bahan baku naik. Alhasil, para penjual harus menyiasati hal ini dengan memperkecil porsi atau menaikkan harga makanan yang mereka jual (www.belajarbahasaindonesia.com).

Hal yang paling ditonjolkan pada paragraf (72) di atas adalah tujuannya untuk memperluas pemahaman pembaca dengan memaparkan ide pokok pengarang. Ide pokok yang dipaparkan pada kutipan di atas adalah para penjual makanan mengeluhkan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan bahan-bahan

baku.

(57)

menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tersebut. Perhatikan contoh kalimat deskripsi berikut!

(73) Pemandangan pantai Pangandaran sangat memesona. Di sebelah kanan terlihat perbukitan yang memanjang. Sementara itu, di sisi kiri terdapat perkampungan nelayan dengan beraneka perahu tradisional. Pantai ini pun banyak dipenuhi kios cinderamata, penginapan, dan toko kelontong. Bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan momen bersama keluarga, pantai Pangandaran sangat tepat sebagai tempat tujuan wisata air (www.slideshare.net). Kutipan paragraf deskripsi (73) di atas bertujuan untuk memberikan perincian-perincian berupa pemandangan pantai pangandaran. Pengarang memerinci pemandangan pantai itu dengan cara menuliskan hasil pengamatannya pada objek tersebut. Hasil pengamatan yang dapat dilihat pada kutipan (73) tersebut adalah pantai pangandaran dibatasi oleh perbukitan yang memanjang di sebelah kanannya. Sebelah kiri pantai tersebut adalah perkampungan nelayan. Rincian-rincian letak objek tersebut merupakan salah satu contoh paragraf deskripsi.

2.2.3 Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD)

(58)

merupakan mata pelajaran wajib diajarkan. Salah satunya adalah pengetahuan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajarannya, salah satu komponen pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah keterampilan menulis. Guru harus siap dan memiliki wawasan yang baik dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia terlebih tentang menulis.

2.2.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kajian teori pada penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis dalam karangan. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis menggunakan teori dari Alwi dalam TBBBI. Hal ini karena teori dari Alwi dirasa lebih relevan dengan data yang akan dianalisis yang berupa kalimat daripada teori lain.

(59)

Kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut TBBBI ada empat penggolongan kalimat antara lain, yakni penggolongan kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk sintaksisnya, yakni kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), dan kalimat seru (eksklamatif).

(60)

Bagan 5. Alur Kerangka Berpikir

KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR

Proses Berpikir

JENIS KALIMAT

Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat

Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan bentuk sintaksis kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah

Analisis Hasil

Kesimpulan

KLASIFIKASI

(61)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hal ini selaras dengan pendapat Moleong (2006:11) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggunakan kata-kata dan gambar (bukan angka-angka) sebagai datanya. Dengan demikian, laporan penelitian nantinya berisi kutipan-kutipan data yang berupa kalimat-kalimat untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Arikunto (2006: 10) berpendapat bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan sementara objek yang diamati pada saat penelitian.

(62)

3.2Data dan Sumber Data

Arikunto (2006: 129) memaparkan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur pada tahun 2015. Data yang dianalisis berupa kalimat pada karangan-karangan tersebut. Berikut ini dipaparkan nama dan judul karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Tabel 3. Nama Guru dan Judul Karangan

No Nama Judul Jenis

Karangan Asal Sekolah

1 Antonius Anyeq Lingkungan Eksposisi SDN 002 Ujoh Bilang

2 Antonius Bunsu Lingkungan Narasi SDN 004 Noha Silat, Kec. Long Apari

3 Albertus Hajang Lingkungan Persuasi SDN 008 Mandak Besar

4 Donatus Dia Jagalah Kebersihan

Eksposisi SDN 001 Lahan 5 Eka Saptha Bahaya Banjir Narasi SDN 001 Ujoh

Bilang

6 Havui Larah,

S.Pd

Buanglah Sampah Pada Tempatnya

Persuasi SDN 005 Long Lunuk

7 Jumsaber Oang Lingkungan Narasi SDN 003 Long Penareh

8 Laan Lenjau Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang

9 Leris Uluk, S.Pd, SD

Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang

10 Marta Hibau Lingkungan Rumahku

Eksposisi SDN 003 Long Bangun

11 Martha Tukau Luhau

Lingkungan Narasi SDN 008

(63)

12 Monika H. Lingkungan Narasi SDN 008 Mamahak Besar 13 Muhamad Nasir Lingkungan Eksposisi SDN 002 Muara

Hatah

14 Natalia Hong Lingkungan Narasi SDN 002 Datah Bilang

15 P. Jaang Ajat Lingkungan Eksposisi SDN 002 Long Pahangai

16 Teofilius Ledok (Tidak ada judul) Persuasi SDN 001 Tiong Bu’u

17 Theresia Hipui Lingkungan Narasi SDN 007

Mahakam Teboq 18 Theresia Novi

Partiwi B.

Lingkungan Narasi SDN 001 Long

Hubung 19 Luhung Huvat Menciptakan

Lingkungan Sehat

Eksposisi SDN 003 Long Tuyoq

20 Ester Ms Libe Akibat Banjir Narasi SDN 011 Long Hurai

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian ini ada dua, yakni jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis. Kedua objek penelitian tersebut terdapat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

3.4Instrumen Penelitian

(64)

memahami serta menilai bentuk dari interaksi di lapangan. Maksudnya adalah peneliti mampu melihat bagaimana kondisi di lapangan yang sebenarnya. Peneliti sendiri melakukan pengamatan dengan cara membaca karangan kedua puluh guru-guru SD se-Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

Moleong (2006: 168) menjelaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode dokumentasi. Hal ini sesuai dengan teori Arikunto (1996: 234) bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Sugiyono (2009: 329) berpendapat bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena karangan guru-guru SD Mahakam Ulu termasuk dalam dokumen yang berbentuk tulisan. Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahap. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar

Tabel 1 Perbedaan Objek dan Pelengkap ........................................................
Tabel 1. Perbedaan Objek dan Pelengkap (TBBBI, 2010 : 336)
Tabel 2. Pola-Pola Kalimat Dasar
Tabel 3. Nama Guru dan Judul Karangan
+5

Referensi

Dokumen terkait

serta kebahagiaan.. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi kalimat dan jenis klausa pada

Menurut KBBI (2012), huruf besar atau huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf biasa). Dalam menulis, huruf kapital

Universitas Muhammadiyah Surakarta,Email :Bhertiana22@gmail.com Tujuan Penelitian ini adalah : mengetahui dan mendeskripsikan penguasaan dan penerapan pola kalimat

Hasil penelitian ini, yaitu: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat,

gagasan pokok, sedangkan kalimat-kalimat yang lain merupakan penjelasannya atau merupakan pengantar jika kalimat topik berada pada akhir paragraf. 4) pada paragraf

Materi mengenai karangan sudah diajarkan kepada siswa sejak berada di sekolah dasar (SD). Dalam menulis karangan, siswa dituntut berpikir kreatif dalam mengungkapkan gagasan-gagasan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kalimat imperatif, mendeskripsikan penanda kesantunan kalimat imperatif, dan mendeskripsikan prinsip kesantunan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Klausa dalam Kalimat Majemuk pada Novel Runtuhnya Martadipura Karya Johansyah Balham: Kajian Sintaksis Dalam pembahasan ini akan dijelaskan jenis atau